#29

1.3K 240 49
                                    

Nayeon masih terdiam, tak ingin bicara dan memilih menjauhkan dirinya dari yang lain. Dia sungguh tak tahu harus melakukan apa selain menangis sekarang.

"Kau tak lelah?" tanya Taehyung sambil menyeka air mata Nayeon dengan tangannya. "Aku kasihan pada matamu. Dia pasti lelah karena kau terus saja membuatnya mengeluarkan air mata."

"Pergilah, aku hanya ingin sendiri," pinta Nayeon dengan suara gemetar, menahan isakan-isakan yang sejak tadi membuat dadanya merasa sesak. Tapi dia tak ingin memperlihatkan tangisannya lagi sebab hal itu hanya akan membuat yang lainnya semakin lemah.

Taehyung merangkul Nayeon, membiarkan gadis itu bersandar pada bahunya. "Kau tahu? selama ini kau selalu menjadi kekuatan untuk yang lainnya. Apa kau hanya akan menutupi sisi rapuhmu sendirian?"

"Aku tak punya pilihan," lirih Nayeon yang kembali menangis, membuat Taehyung mengusap lengan Nayeon.

Nayeon menegakan duduknya, meraih senapan kesayangannya lalu memberikannya pada Taehyung. "Tembak aku."

"Kau gila?"

"Aku merasa sudah tak punya tujuan lagi. Saatnya aku beristirahat untuk selamanya," ujar Nayeon, membuat Taehyung kembali memeluk Nayeon dengan erat. Dia tak peduli meskipun Nayeon terus memukul dadanya dengan keras. Dia hanya ingin Nayeon kembali berpikir jernih.

Tzuyu melirik Nayeon. Kejadian ini seolah dibuat mirip oleh takdir, membuatnya kembali mengingat kenangan paling menyakitkan dalam hidupnya--kehilangan orang terkasih tepat di depan mata.

Air mata tiba-tiba saja jatuh, membuat Tzuyu dengan segera membaringkan tubuhnya, membelakangi Jungkook yang duduk tepat di sebelahnya. Ini sungguh seperti mimpi buruk yang tak akan ada usainya, membuat Tzuyu sungguh lelah. Andai hari itu dia bisa mencegah kejadian buruk itu terjadi, mungkin hari ini dia tak akan mendapat luka dalam yang tak pernah ada obatnya.

Usapan di bahunya membuat dada Tzuyu semakin sesak. Dia tahu pasti Jungkook yang melakukannya sebab pria Jeon itu nampaknya masih merasa bersalah telah menembak kedua orangnya.

"Kau sudah tidur? apa kau bermimpi buruk?"

Pertanyaan Jungkook semakin membuat dirinya ingin menangis terlebih karena Jungkook juga mengusap halus kepalanya, persis seperti sang ayah jika dia tak bisa tidur.

Jungkook membaringkan tubuhnya di samping Tzuyu, memeluknya untuk memberikan sedikit kekuatan. "Maaf karena aku yang membuatmu terus bermimpi buruk."

Kondisi Nayeon sepertinya berpengaruh pada suasana hati yang lainnya. Mereka jadi ingat pada pertanyaan soal keluarga mereka. Bahkan sebagian besar dari mereka masih tak tahu bagaimana nasib keluarga mereka.

Jihyo mendongakan kepalanya, menatap cahaya lampu temaram pada ruangan itu. Air matanya tiba-tiba saja menetes mengingat hari dimana keluarganya dibantai habis hanya karena sebuah dugaan. Dia lantas menenggelamkan wajahnya pada tumpukan tangannya, mencoba mengeluarkan rasa sesak yang mulai memenuhi hatinya meskipun dia tahu luka itu tak akan pernah terobati.

"Kau tak sendiri. Bukankah aku selalu bersamamu?" Suara yang sangat dia kenal membuat Jihyo mengangkat wajahnya, menatap samar pria yang kini tersenyum padanya. "Jika tak sekarang, aku berharap kau akan bertemu kembali dengan keluargamu di kehidupan berikutnya."

Jihyo tersenyum, berniat memeluk pria itu namun saat dia tersadar, dia mengurungkan niatnya itu. Dia yakin pria Min yang berada di hadapannya tak ingin jika dia memeluknya.

"Kemarilah, kau mungkin membutuhkannya." Yoongi merentangkan tangannya, membuat Jihyo tersenyum lalu memeluknya.

Di saat yang lain saling menguatkan, Sana ternyata memilih menjauh. Ya, tak ada yang menyadari ini sama sekali sebab penerangan pada ruangan itu benar-benar minim.

Danger (Z)one✔️Where stories live. Discover now