25| Euforia Rasa Dan Karsa √

4.8K 719 88
                                    

"Johnny Akbar Maulana — semester 7, Hukum, Johnny orang yang santai, selalu berkepala dingin, sosok yang bisa memberi batas antara kehidupan pribadi dan organisasi, Johnny selalu bertindak dewasa, namun ada kalanya ia bertindak sesuai suasana, bis...

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Johnny Akbar Maulana — semester 7, Hukum, Johnny orang yang santai, selalu berkepala dingin, sosok yang bisa memberi batas antara kehidupan pribadi dan organisasi, Johnny selalu bertindak dewasa, namun ada kalanya ia bertindak sesuai suasana, bisa menyesuaikan dengan siapa ia bergaul."




























.
.
.





















“Jen, bantuin aing masang ini di depan gerbang kampus yok,” pinta Chandra, sembari membawa MMT yang baru saja diantarkan.

“Oh oke, berdua doang?”

“Iya berdua aja, tinggal ngiket doang, udah aing ambilin tangga, tak taruh di samping pos penjagaan.”

“Oke-oke.” Jeno bergegas lalu keluar dari sekre bersama Chandra.

Disisi lain Yello masih sibuk sama surat peminjaman sapras bersama Mark, yang air wajahnya mendingan, setelah mengeluarkan apa yang ia tahan kepada mantan kekasihnya, Dewi.

“Mark,” panggil Yello kepada Mark yang merebahkan kepalanya di atas tumpukan buku di meja.

“Hmmm,” balas Mark, matanya masih terpejam.

“Lo tau nggak, kalo bikin kopi itu, bisa ngilangin stress, lo ntar mau ikut gue nggak ke kafenya Kak Jefion, bikin kopi di sana.”

Mark membuka matanya, menatap Yello yang duduk di sebelahnya. “Gue keliatan banget kaya lagi rapuh gitu ya, Yell?”

“Nggak cuma rapuh, tapi kek orang nggak ada harapan buat hidup, lagian lo kan udah ngungkapin semua ke mantan lo, apa lagi yang lo pikirin?”

“Iya sih, harusnya gue dari awal nggak deketin Dewi, kalo tau ujung-ujungnya kaya gini,” kata Mark sembari duduk tegap, lalu mengucek matanya.

Yello menepuk bahu Mark pelan. “Mark, namanya perasaan itu nggak bisa disalahin, lo nggak bisa nentang sesuatu yang emang udah jalannya, tapi setiap permasalahan selalu ada jalan keluarnya.”

Mark tersenyum simpul. “Thanks Yell, lo temen paling ngertiin gue, okelah ntar gue ikut bikin kopi sama lo, bayar nggak?”

“Nggak, gratis hahaha,” balas Yello terkekeh, membuat Mark terkekeh pula.

“Wihh, udah ketawa aja lo, Mark,” sambung Nada yang menenteng sekantong cemilan tak lupa juga semika cireng goreng siap santap— lalu duduk di samping Yello.

“Ya kali gue harus nangis, Na.”

“Jangan, lo laki-laki, lemah kalo harus nangis.”

“Laki-laki juga manusia kali Nada, masa nangis nggak boleh,” celetuk Yello.

“Ya udah, nangis aja sekarang Mark, cewek kan nggak pernah salah, kalo disanggah panjang urusannya ntar, kek tol jagorawi,” kata Nada sambil membuka bungkus kuaci.

BEM U ✔Where stories live. Discover now