29| Teralih Oleh Waktu √

4.3K 684 95
                                    

Yellona Isabella — Semester 3, Managemen, Yello ini sosok yang ceria, humble dan bersahabat, kelemahan Yello ini terlalu pemikir dan tidak peka, namun sosok yang bisa dihandalkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yellona Isabella — Semester 3, Managemen, Yello ini sosok yang ceria, humble dan bersahabat, kelemahan Yello ini terlalu pemikir dan tidak peka, namun sosok yang bisa dihandalkan.
















.
.
.



















Semenjak insiden di puncak Becici Doy merasa Yello menjaga jarak dengannya, bahkan sisa seminggu sebelum masuk perkuliahan Yello sama sekali tidak ke kos-an, mungkin karena kakinya sudah sembuh, makanya Yello tak perlu berkunjung dan mengurusi dirinya, pikir Doy.

Hari pertama kuliah banyak anggota BEM U yang tidak sibuk karena memang hari pertama kebanyakan dosen basa-basi bercerita seputar liburan atau istilahnya pemanasan.

“Oh ya Yell, nih gue beliin bandol tas pas gue balik ke Lombok,” kata Jeno yang menyodorkan oleh-oleh yang dibelinya saat pulang kampung, di sekre.

“Wah, makasih, lucu banget ini, gue pasang di totebag nih,” balas Yello sambil memasang bandolnya.

“Yell, lo bener nggak balik ke Solo? Gara-gara ngurusin kak Doy?” tanya Jeno, Yello merespon anggukan.

“Berdua doang di kos-an?”

“Iya, tapi gantian sama bang Toni sama kak Junan, kadang kak Jefion juga. Pernah juga gue sama kak Shelly nemenin kak Doy di kos-an.”

“Ohh.”

“Keren banget bandolnya, gue suka banget,” kata Yello sambil meluk-meluk totebagnya.

“Nih Yell.” Chandra yang baru saja masuk sekre menyodorkan secup jus mangga yang dibelinya di kantin.

“Makasih cintaku sayangku segalanyaaa,” ucap Yello yang langsung membuat Chandra bergidik.

Maneh nyari laki kek, biar nggak ngenes gitu, maneh butuh belaian mah.”

Satu tapukan tangan mendarat sempurna dimulut Chandra. “Lo kalo ngomong bagus dikit napa?? Hmmmm,” ujar Yello melotot, Jeno sudah ketawa-tawa saja lihat tingkah dua temannya itu.

“Noh kang Jefion, Yell.” Chandra menoel bahu Yello sambil nunjuk Jefion yang berdiri di ambang pintu sekre.

“Eh Yello,” sapa Jefion yang baru saja masuk.

“Eh Kak Jefion,” balas Yello.

Setelah itu Jefion menghampiri Kun yang duduk di bangku bergelut dengan laptopnya, kepo sibuk apa padahal kuliah aja baru dimulai.

“Kang Jefion kok gitu, Yell.”

“Gitu gimana Chan.”

“Kaya nggak ada apa-apa sama maneh, nggak kaya laki yang pdkt gitu sama maneh.”

BEM U ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang