01. NAMANYA MARS

13.5K 1K 228
                                    


-HAPPY READING, DEAR-

"Duniaku hanya berupa kegelapan, sekalipun lampu yang menerangi semua tetap sama, gelap"

-Mars Sanjaya Aldebaro-




"Ambilin gue ikan gorengnya!" perintah pemuda yang sekarang ia akan menyatap makanan.

"Baik den," balas pemuda bernama Mars itu, ia harus memanggil kakak kandungnya sendiri dengan sebutan seperti itu.

Sejak kecil, dirinya tidak pernah merasakan kasih sayang dari keluarganya, bahkan seluruh orang tak pernah mengasihani dirinya. Ia seperti sampah yang tercampakkan, seperti aib yang selalu ditutupi dari mereka semua. Mars, remaja berusia tujuh belas tahun yang harus menanggung seluruh penderitaan hidupnya. Sakit sekalipun ia hanya mampu meramalkan doa dan berharap bahwa mereka menyayanginya.

"Sudah sana pergi! Saya jadi mual kalau lihat wajah brengsek sepertimu!" bentak seorang wanita paruh baya dengan mendorong tubuh Mars, anak itu terjatuh dilantai dengan kasar.

"Sudah-sudah jangan pedulikan anak sialan itu, lebih baik kita mulai makan malamnya dengan tenang," timpal pemuda yang sudah jengah dengan sikap keluarganya.

Malam ini, seluruh keluarga melakukan makan malamnya seperti biasa, dengan makanan yang tertata rapi diatas meja. Membuat seorang pemuda bernama Mars tergiur, bahkan bau harum dari masakan itu sangat menyengat indra penciumannya bahkan cacing-cacing diperutnya sudah berteriak sejak tadi. Namun, apalah daya ia harus menunggu mereka selesai makan dan itu pun jika makanannya sisa.

Ia langkahkan kakinya menuju ke sebuah ruangan yang sangat jarang dimasuki oleh semua, sebuah gudang yang selama ini menjadi saksi bisu dirinya tersiksa. Mars membaringkan dirinya pada selembar koran yang menjadi alas tidurnya selama ini, hingga air matanya turun tanpa ia perintahkan. Hatinya sakit saat seluruh keluarganya tak pernah menganggapnya ada, ia ingin menjerit namun ia hanyalah sampah yang tak berguna.

"Sampai kapan semua ini terjadi, Tuhan? Mars udah nggak kuat jalani ini semua," katanya dengan mata yang sudah mengeluarkan air matanya sejak tadi.

Ia masih menangis, hingga seorang pembantu memasuki gudang itu hanya sekadar memerintahkan dirinya untuk mencuci piring. Mars lantas menghapus air matanya, dan berjalan sempoyongan ke wastafel, saat dilihat masih ada sedikit makanan yang ada disalah satu piring. Mars kemudian menyingkirkan nasi itu, ia lantas memakan bekas dari keluarganya itu dengan lauknya garam.

Ia kemudian mendudukan dirinya dilantai dapur dengan tangan yang masih memegangi piring tadi, hanya ada ada nasi dipiring itu tapi senyumnya sedari tadi tak pernah luntur. Ia lantas memakan nasi itu dengan lahap namun, lagi-lagi keberuntungan belum berpihak kepadanya. Piring itu direbut paksa oleh Sela-ibu kandungnya, Sela lantas membuang nasi itu ke lantai dapur.

"Saya tidak sudi kalau piring saya kamu gunakan untuk makan! Kamu boleh makan dilantai itu dan ingat jangan sampai kamu makan kecuali sisa dari kita semua!" bentak Sela membuat Mars lagi-lagi meneteskan air matanya.

"Baik nyonya," balas Mars kemudian ia memakan nasi dilantai itu dengan mata yang menangis, Sela sudah pergi sejak tadi. Sedangkan disisi lain seorang pemuda menatap adiknya dengan pandangan yang sulit diartikan. Ia lantas mendekat kearah Mars yang sedang memunguti nasi yang sudah kotor itu.

MARSWhere stories live. Discover now