06. KECELAKAAN

6.6K 712 119
                                    

-HAPPY READING, DEAR-

"Sebutir sampah dibandingkan dengan sebutir mutiara, jelas beda dan jelas memiliki tugasnya masing-masing"

-Mars Sanjaya Aldebaro-

Setelah mendapatkan hadiah dari keluarganya, Mars kembali menjalani hari-harinya. Menjadi pembantu dirumahnya sendiri, tak apa sudah kewajiban baginya. Ia harus ingat bahwa dirinya hanyalah sampah, sampah yang tak dapat lagi diubah fungsinya. Buat apa berharap lebih jika pada akhirnya justru menyakitkan diri sendiri.

"Mars harus kuat." Itulah sepenggal kalimat yang selalu menjadi semangatnya selama ini. Menyemangati dirinya sendiri saat tak ada satu pun yang memberinya semangat, memang sulit namun buktinya Mars bisa melakukannya.

"Mars tolong buatkan jus mangga dan bawa ke taman belakang!" perintah seorang pembantu yang kini justru sedang bersantai-santai dengan tangan yang terus bermain pada benda pipi pintar itu.

"Baik Bi," balas Mars singkat, ia pun langsung mengambil beberapa mangga dan mengupasnya hingga bersih. Mencucinya sebelum ia memasukan kedalam blender. Ia menambahkan sedikit gula dan susu putih didalamnya.

Tangannya sangat lihai dalam memasak atau pun membuat makanan lainnya. Wajar saja, selama ini kehidupannya hanya berputar pada dapur dan membersihkan rumah.

Selesai membuatkan jus mangga, Mars membawanya menuju ke taman belakang, tepat dimana keluarganya bercanda, bernyanyi dan tentunya tanpa kehadiran Mars.

"Tuan, nyonya ini minumannya," ucap Mars meletakan minuman itu diatas meja taman yang diatasnya sudah ada beberapa camilan dan kue-kue kering yang dibuat oleh beberapa pembantu lainnya.

"Sudah sana pergi!" bentak Bintang-kakak tertua, saat melihat Mars tak kunjung pergi dari hadapan mereka semua. Ia menganggap Mars seperti sampah, menganggu pemandangannya.

"Baik tuan muda, Mars permisi kedalam dulu," pamit Mars kemudian ia membawa nampan itu dan berlalu meninggalkan keluarganya yang sekarang mungkin sedang family time.

Sebenarnya Mars tidak kembali ke dapur, ia memilih untuk bersembunyi dibelakang pot bunga besar. Matanya terus menatap keharmonisan keluarganya, tanpa sadar pula air matanya menetes. Ada rasa perih dihatinha baahkan hatinya mungkin sudah hancur berkeping-keping, untungnya anak itu mudah memaafkan.

"Semoga suatu saat nanti Mars bisa bercanda seperti saat ini bersama kalian, Aamiin," gumamnya kemudian matanya manangkap sosok Sela yang sedang mengangjat telepon namun beberapa detik kemudian pandangannya kosong. Karena rasa penasaran yang begitu besar, Mars memberanikan diri untuk mendekat.

"Sayang ada apa?" tanya Hendra yang menatap Sela dengan kekhawatiran yang sangat mendalam.

"Bara." Hanya kata itu yang mampu diucapkan oleh Sela, kemudian Hendra mengambil ponsel Sela dan meneruskan sambungan telepon yang tertunda beberapa saat tadi.

"Kita ke rumah sakit sekarang!" perintah Hendra kepada keluarganya kecuali Mars yang diacuhkan kehadirannya.

Mars hanya diam, mungkin mereka tak menyadari kehadirannya disini. Yang ia lihat hanyalah Sela yang menangis dan tampak kacau sedangkan Hendra, orang itu sudah mati-matian untuk tidak sekacau Sela.

MARSOù les histoires vivent. Découvrez maintenant