Bab 21

27.1K 5.9K 541
                                    

2,5k utk buka bab selanjutnya bisa?
.
.
.

Kallia tercenung sesaat ketika lagi-lagi ketika dia pulang mobil Jagad belum terparkir di carport. Sudah lebih dari seminggu, selalu Kallia yang pulang lebih cepat. Ini bahkan belum akhir bulan, tetapi sepertinya Jagad malah lembur setiap hari. Lembur? Kallia bahkan tak tahu suaminya itu benar-benar bekerja atau ada hal lain yang diurusnya.

Kallia tahu seharusnya ini tak perlu mengganggunya. Bagaimana pun Jagad tak pernah mencampuri pekerjaannya, sudah seharusnya dia melakukan hal yang sama. Namun, bagaimana jika yang dilakukan Jagad di luaran sana bukan murni karena bekerja seperti yang Kallia lakukan? Ada tusukan halus yang menusuk hati Kallia. 

Tetapi, bukankah selama ini Jagad bersikap perhatian dan manis padanya? Dan bukankah ini kehidupan pernikahan yang Kallia inginkan? Kallia segera menghalau otaknya yang mulai berpikir tak wajar dan langsung melangkah masuk menuju kamarnya. Sepertinya dia perlu banyak-banyak meditasi, untuk menormalkan hati dan pikirannya kembali. Kallia takut perasaannya benar-benar tak imun terhadap perhatian Jagad—sementara masih besar kemungkinan ini hanya permainan. Hatinya biar dia yang kendalikan, namun orang lain tak boleh sampai tahu dia jatuh ketika suatu saat ada yang menjegal.

Kallia meletakkan clutch-nya dan langsung menuju kamar mandi, otaknya sangat penat, dengan hati yang tak mood sama sekali.

Tak sampai setengah jam Kallia keluar dari kamar mandi, dan langsung berganti dengan gaun tidurnya. Bahkan malam ini dia terlalu malas mengeramasi rambutnya, besok pagi saja, pikirnya.

Kallia mengambil ponselnya dan merebahkan diri di atas kasur ketika melihat jam di dinding menunjukkan pukul sembilan kurang lima menit. Kallia jadi kembali teringat kehidupannya sebelum ini, dia bahkan tak pernah pulang sebelum jam sepuluh malam, dan dia juga tahu Jagad tak bisa melarangnya jika dia ingin pergi dengan teman-temannya. Lalu kenapa sekarang Kallia menolak semua ajakan hang out teman-temannya?

Jemari Kallia bergulir di ponsel, tak ragu untuk langsung membuka aplikasi CCTV di ponselnya dan langsung tersentak ketika melihat mobil Jagad sudah terparkir di sana.

Sejak kapan??

Kallia buru-buru turun dari ranjangnya, dan keluar kamar, tak menemukan siapa pun di sana, meski dia melongokkan kepalanya ke lantai satu. Kallia langsung menuruni anak tangga, dan seketika terpaku melihat dari lorong yang mengarah ke selasar kolam renang karena mendapati Juwita yang berdiri di sana.

Kallia mendekat, sementara yang ditatapnya masih punggung wanita itu. Ketika sudah semakin dekat... “Juwita,” panggil Kallia, yang spontan membuat wanita muda itu membalikkan badannya. Sementara melalui bola matanya yang bergerak, Kallia bisa melihat Jagad tengah berenang... malam-malam?! Lalu di kursi beranda ada tumpukan baju kerja Jagad.

Dada Kallia nyaris meledak karena emosi.

“Kamu cukup letakkan handuk dan bathrobe yang kamu pegang di meja. Nggak perlu menunggui suami saya berenang.” 

“I—iya, Bu.” Juwita langsung mengikuti arahan Kallia dan dengan kepala menunduk kembali melangkah ke dalam.

“Juwita,” panggil Kallia lagi dan gadis belia itu langsung menghentikan langkahnya serta membalikkan badan.

“Ya Bu?”

“Kenapa kamu selalu memperhatikan kebutuhan suami saya, sementara kamu nggak pernah bertanya apa yang saya butuhkan?”

Juwita terperangah, lidahnya kelu, kebingungan harus menjawab apa. “Sa—Saya, hanya spontan, Bu.”

“Apa kamu selalu mengecek kapan suami saya pulang?”

Delicate LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang