Bab 37

32.2K 6.8K 896
                                    

Bab ini panjang... Klo ngk pencet tombol bintang kelewatan ih.. 😅
.
.
.

Ada yang salah ketika Kallia meraba sisi sebelahnya yang terasa kosong mata Kallia serta merta terbuka, dan kepalanya mendadak pusing karena bangun tiba-tiba. Kallia langsung beranjak turun, membuka pintu kamar mandi, kosong. Lalu membuka pintu kamar, dan tak ada Jagad di manapun.

Kallia segera kembali lagi ke kamarnya dan mencari-cari ponselnya. Ketika menghubungi nomor Jagad, justru ruang kamar-lah yang dipenuhi dering ponsel. Jagad meninggalkan ponselnya? Dia pergi meninggalkan semuanya??

Dengan panik Kallia menuju sumber suara, mencampakkan bantal dan menemukan ponsel Jagad di bawahnya. Kallia mematikan panggilannya.

Hal yang membuat tubuh Kallia seketika kaku, ketika mendapati foto mereka berdua berada dalam wallpaper ponsel Jagad. Kallia menarik ponsel Jagad dan menggenggamnya erat. Ketika kembali keluar langkah cepat Kallia sekonyong-konyong melambat, melihat pintu yang terbuka.

Jagad berdiri di sana dengan plastik belanjaan di tangannya.

Beban yang tadinya seperti menimpa tubuh Kallia mendadak menguap seperti abu. Kallia mendekat dengan bibir mengerucut. Padahal tadinya dia yang berniat membuai Jagad hingga terlelap, tapi yang sepertinya terjadi kebalikan, Kallia yang terlelap hingga tak sadar waktu telah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi dan Jagad meninggalkannya keluar.

“Kamu sengaja pergi di saat aku tertidur nyenyak, kan?” tuding Kallia.

Jagad terkejut menatap istrinya yang memegang dua ponsel di kedua tangannya. “Bukan. Aku—mau mandi dan sadar nggak ada baju ganti, jadi aku ke minimarket bentar.”

Bibir Kallia menipis, tak lama napasnya terhela panjang. 

“Kamu nyariin aku?” Bukannya udah jelas? Batin Kallia dengan bibir tambah mengerut. Jagad kemudian menuju meja pantry dan meletakkan belanjaannya. “Aku keluar nggak lama. Kirain pas balik kamu masih tidur.”

Dahi Kallia mengerut karena Jagad justru mengeluarkan kantung beras dari dalam plastik. 

“Buat apa beli beras?” tanya Kallia ketika mendekat. “Mau masak? Ngapain repot-repot? Kita tinggal beli.”

Jagad tersenyum, yang kali ini justru terasa janggal di mata Kallia. “Nggak apa-apa. Biar ada kesibukan.”

Entah berada di mana pikiran suaminya itu berada saat ini. Tetapi Kallia tak sampai hati menanyakan apa yang dipikirkan Jagad.

Kallia duduk di stool ketika Jagad mencuci beras dan menaruhnya ke wadah ricecooker.

“Aku mandi dulu ya,” ucap Jagad kemudian mengecup kening Kallia sekilas.

Ekor mata Kallia hanya terus menyoroti hingga tubuh Jagad menghilang dari balik pintu kamar. 

Perhatian Kallia kemudian teralih ke ponsel Jagad yang berada di tangannya. Menggulir-gulirkan ibu jarinya dengan sudut bibir yang sedikit terangkat, melihat wajah cantiknya disandingkan dengan wajah kalem Jagad. Ibu jari Kallia berhenti bergerak, berapa kode sandi Jagad? Mungkinkah...? 

Kallia memasukkan tanggal pernikahan mereka. Bibirnya menipis karena kunci tak terbuka. 

Kallia lalu memasukkan tanggal lahirnya. Dan serta merta mendengus karena sudah jelas salah.

Tanggal lahir Jagad? Ah... Kallia mulai mengingat-ingat, empat bulan lagi, masih lumayan lama Jagad berulang tahun. Dan... tetap tak cocok.

Lalu berapa??

Kallia menggeram kesal, lalu menekan icon kamera pada ponsel Jagad. Foto bareface-nya pasti jadi kejutan. Dan ketika Kallia mengubah menjadi kamera depan, seketika itu juga Kallia memekik. Wajahnya sangat kacau balau dengan bagian bawah mata bengkak dan menghitam, lalu bekas eyeliner yang tidak dibersihkan sempurna... lalu sejak tadi Jagad melihatnya dalam keadaan seperti ini?!!

Delicate LoveDonde viven las historias. Descúbrelo ahora