16. Kuncir biru muda

97 7 0
                                    

16. Kuncir biru muda

Morgan duduk seorang diri di meja makan. Tidak ada sesiapa yang menemaninya di sini. Rumah ini memang besar—sangat besar, rumah ini pun ramai bahkan sangat karna keluarga besarnya datang kerumahnya untuk acara arisan keluarga sekaligus ucapan selamat untuk Cantika—mamahnya. Tapi, dirinya merasa sunyi di rumah ini. Mereka tertawa dan tersenyum tanpa Morgan.

Nanti, akan ada beberapa reporter untuk wawancara. Dirinya pun akan ikut serta dalam wawancara tersebut dalam rangka perilisan Novel baru yang di terbitkan oleh Cantika. Novel yang berjudul Bunga edelweis itu ternyata banyak diminati masyarakat. Tentang novel itu, Morgan tidak tahu pasti.

Seluruh keluarganya berada di ruang tamu, sedangkan dirinya berada di ruang makan seorang diri dengan badan yang berbaluti kemeja serta jas hitam formal dan celana bahan berwarna hitam disertai dasi yang melingkar di lehernya—sangat menyesakkan.

Morgan mengambil ponselnya dari saku celana bahannya. Menghidupkannya kemudian mencari kontak seseorang untuk di hubungi.

Morgan.
Lo dimana? Cepet kesini

Damian.
Gua udh di depan, lagi jalan masuk

Itu Damian. Diantara keenam temannya hanya Damian saja yang benar-benar tau banyak tentang dirinya. Damian benar-benar kadang seperti kakak yang selalu melindunginya juga kadang sebagai adik yang harus Morgan lindungi juga. Keduanya saling melindungi layaknya saudara.

Jika ada acara seperti ini, Damian selalu menemani nya. Alasan Damian selalu ikut hanya karena cowok itu tidak mau Morgan terluka dengan perkataan saudara-saudaranya. Di keluarga ini, Morgan bukan siapa-siapa, dia hanyalah Seorang manusia yang selalu di anggap tak berguna oleh keluarganya.

"Persiapkan dirimu, sebentar lagi para wartawan akan datang" ucap Cantika yang berada di belakang Morgan membuat cowok itu menolehkan pandangannya.

Cantika berjalan mendekati Morgan kemudian duduk di depan cowok itu.

"Kali ini, jangan bertingkah." peringat Cantika membuat Morgan menatap diam wajah mamahnya itu.

Kata-kata 'jangan bertingkah' bukanlah kata-kata yang ingin Morgan dengar. Bukan kata-kata seperti itu yang Morgan inginkan.

"Jawab yang benar pertanyaan wartawan nanti," kata Cantika lagi.

"Ya." balas Morgan singkat.

"Berbohong lah jika perlu,"  Morgan menaikkan alis kananya.

"Apa?" bingung Morgan. "Berbohong. Bisa kan? Walaupun kamu tidak berguna disini, seenggaknya hari ini kamu bisa berguna. Jawab semua pertanyaan dengan kebohongan, maka kamu akan berguna" kata Cantika dengan berdiri.

Morgan menggeleng. "Kamu tidak mau? Maka keluarlah dari sini" kata Cantika.

"Kalo aku berbohong, apa mamah akan nurutin kemauan aku?" tanya Morgan.

Cantika tampak diam, "Tidak." balas Cantika.

"Jangan bertingkah dan mengajukan syarat atau kemauan Morgan. Kamu disini hanya sebagai peran pengganti menggantikan Indy yang kamu buat koma di rumah sakit." kata Cantika lagi.

"Aku tau, aku yang membuat Indy masuk rumah sakit. Fakta itu memang benar, tapi aku juga anak mamah!"

Cantika tertawa renyah. Lucu sekali anak ini. Kemudian Cantika mendekati Morgan, menaruhkan tangannya di bahu kiri Morgan.

"Kamu itu hanyalah kesalahan, berhenti berlagak berlian kalau nyatanya kamu hanya sampah yang tidak berguna" kata Cantika dengan tersenyum kiri.

"Morgan!" Panggil Damian setelah sekian lama bersembunyi di balik tembok. Benar, Damian mendengar percakapan Cantika dengan Morgan dari awal sampai saat ini.

MOCHI [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang