Ch. 12 ; Bodoh

18 9 3
                                    

Pengingat!
Tulisan miring bergaris bawah adalah Lily berbicara dalam bahasa isyarat.
Dan tolong maafkan kalo ada typo.
Happy reading😀.



***

Dulu setelah Lily mengalami kecelakaan dan menjadikan dirinya seperti sekarang keadaan keluarganya semakin hari semakin memburuk, keharmonisan mulai memudar dan kasih sayang tak bisa lagi tersalurkan.
Kesulitan keuangan hingga usaha ayahnya yang tidak mendapati kemajuan membuat kedua orang tuanya sering bersitegang.

Ayahnya semakin kasar dan sering uring-uringan, sedang ibunya memilih menyibukkan diri dengan mengambil berbagai macam pekerjaan asalkan masih bisa mengurus rumah dan juga Lily.

Sang ayah tak lagi mau memandang Lily, sekedar tersenyum pun tak pernah bahkan keinginan Lily untuk mendekat selalu berakhir dengan semburan amarah darinya. Hari yang lelah dan mengesalkan selalu menjadi alasan dari cacian dan makian terhadap Lily serta ibunya, sebagai seorang anak kecil tentu dia tak begitu mengerti akan masalah orang dewasa tapi yang dia tahu adalah yang dia rasakan, takut, sedih dan sakit hati meninggalkan bekas jelas di memorinya dan merubahnya menjadi sebuah trauma.

Masa kecil seharusnya menyenangkan serta berlimpah cinta kasih tapi bagi sebagian anak termasuk Lily hal itu tak didapatkan oleh mereka. Segala ketidak beruntungan yang didapatkan sang ayah selalu disangkut pautkan kepada Lily dengan mengatakan 'gara-gara dia anak pembawa sial', 'kalau saja dia tidak mengalami kecelakaan kita tidak perlu mengeluarkan banyak biaya hingga berhutang seperti ini' 'Dasar anak menyusahkan' 'untuk apa mempunyai mulut dan telinga jika tidak ada gunanya'

Menyakitkan hingga timbul bekas tidak hanya bagi Lily namun juga ibunya, puncaknya perseteruan mereka hingga melukai fisik, melayangnya berbagai macam benda dari keduanya hingga berakhir dengan perginya sang ayah malam itu dan menghilang begitu saja sampai saat ini tak pernah dijumpai lagi.

Keduanya terpaksa berpindah karena rumah dan seluruh harta mereka habis digunakan untuk melunasi hutang-hutang, seluruhnya ditanggungkan kepada sang ibu.

Kesulitan demi kesulitan terus mereka hadapi sampai akhirnya mereka bertemu seorang wanita yang begitu baik hati mau membantu dan memberi mereka tempat tinggal, rumah yang mereka kontrak saat ini adalah milik wanita tersebut, dia membiarkan mereka tinggal dan membayar semampunya. Bukan hanya dia tapi seluruh keluarganya memiliki hati yang begitu mulia.

Wanita itu menjadi tetangga, saudara bahkan ibu kedua bagi Lily, yang tak lain adalah Mama dari Alden dan sejak itu pula kedekatan Lily juga Alden terjalin. Walaupun belakangan mereka tidak sering bertemu karena kesibukkan Mama Alden sebagai pegawai negeri mereka tetap berkomunikasi sekedar menanyakan kabar dan keadaan.

Tak pernah diminta tapi Alden menjadi pria pertama yang selalu ada disana untuk Lily, menjaga dan menyayanginya sebagai seorang adik kepada kakak, namun tentu saja seiring berjalannya waktu semua hal yang mereka lakukan bersama menjadi rasa yang berbeda.

***

"Katanya janjian setengah tiga, ini udah jam tiga lebih tuh orang nggak dateng juga kak... nggak disiplin banget jadi orang."

Alden terus saja menggerutu membuat Lily geram.

"Kamu nggak capek yaa ngeluh terus daritadi?, lagian siapa juga yang nyuruh kamu ikut!."

"Kan aku udah bilang nggak akan aku biarin kakak ketemu sama itu orang sendirian, sapa yang tau kalo ternyata dia cowok mesum."

Love Doesn't Talk (COMPLETE)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora