Khitbah

420 50 4
                                    

Happy Reading 🖤

______________________________________

30 menit mereka habiskan untuk makan malam, setelah makan malam mereka memutuskan untuk sholat berjamaah, dari sana orangtua Rania dan Alya tau bahwa William merupakan atheisme, mereka pikir itu hanya isu tak bertuan. Ternyata tidak, itu semua benar adanya. William, pria tampan dihadapan mereka merupakan manusia tak ber Tuhan, dan saat itu pula Rania merasa gelisah, takut Abi dan Umminya melarang Rania dekat dengan William. Sejauh ini Ailani dan Hamdi tidak membahas atau mempermasalahkan hal itu.

Sekarang mereka duduk berpisah, ibu-ibu sibuk membahas banyak hal sambil tertawa, sedangkan bapak-bapak terlihat serius dengan sesekali terkekeh dengan pembicaraan mereka. Alya dan Malika sibuk mencicipi makanan yang ada disana, mereka terlihat sangat akrab karena Malika yang ternyata sama seperti Alya. Rania sibuk berbincang dengan Uwais dan Afnan sambil tertawa, Uwais dan Afnan terlihat begitu semangat dalam pembicaraan mereka. Sedangkan yang lainnya, mereka memilih duduk sambil memperhatikan yang ada disana, contohnya William yang saat ini memperhatikan Rania yang tertawa melihat Uwais dan Afnan mempraktikkan tarian yang lagi viral dengan semangat.

Mata Afnan tidak sengaja menangkap Abiandra yang ikut tertawa melihat mereka. Ia berjalan mendekati Abiandra, William, Cello dan juga Alvin, berpindah duduk ketempat mereka sambil melontarkan beberapa pertanyaan dan candaan.

Rania yang sadar Afnan berpindah tempat berniat melihat Afnan tapi pandangannya malah bertemu dengan pandangan William, ia langsung mengalihkan tatapannya menghindari tatapan William.

"Kamu kaget?" tanya Uwais setelah Rania mengalihkan tatapannya dari William.

Rania menatap Uwais dengan bingung. "William dan Abiandra adik kakak," jelas Uwais setelah menangkap ketidakpahaman Rania.

Rania tersenyum simpul sambil berjalan menuju kursi dan kemudian menduduki kursi tersebut. Ia mengangguk kecil mengiyakan pertanyaan Uwais. "Aku aja yang telat sadarnya."

Uwais menyusul Rania duduk. "William. Kamu suka dia?"

Rania sedikit tersentak dan kemudian menatap Uwais sambil tersenyum masam. "Aku harap cuma William yang suka aku."

Senyum kecil terbit di bibir Uwais, ia mengusap kepala ponakannya. "Nggak ada yang namanya cinta terlarang, asal semua itu atas ijin Allah. Kita nggak tau kan, kedepannya gimana. Mudah bagi Allah membolak-balikkan hati ciptaanNya, tak terkecuali William. Terus do'akan dia kalau emang dia yang kamu cintai, tapi jangan lupa batasannya. Ingat zina, juga semua yang berlebihan juga nggak bagus."

Rania menatap Uwais penuh makna, "Apa aku bisa? Dia bahkan nggak percaya Tuhan itu ada, Uncle."

"Uncle harap kamu nggak lupa ada yang lebih parah dari kisahmu. Aisyiyah sang ahli surga seorang istri dari Fir'aun yang ahli neraka. Kamu nggak tau dimana tempat William nantinya, berbeda dengan Aisyiyah yang sangat sadar kalau suaminya pasti bertempat di neraka. Atas ijin Allah, mereka disatukan dalam satu ikatan. Kamu tau intinya apa? Nggak ada yang nggak mungkin bagi Allah."

Uwais mengusap puncak kepala Rania. "Yang penting tetap tawakal, berdo'a, ingat batasan. Allah tau mana yang terbaik untukmu." Senyuman Uwais menjadi akhir percakapan mereka tentang William saat itu.

Cello menghampiri Rania yang masih sibuk dengan pikirannya. "Ngelamun?" tanyanya membuka pembicaraan.

Sedikit terkejut dengan kehadiran Cello, gadis tersebut kemudian tersenyum ramah seperti biasanya.

"Ayo kesana, semua udah kumpul. Tinggal kita," ajaknya, Rania refleks mengalihkan pandangannya pada objek yang Cello maksud.

Ternyata benar, tak jauh dari mereka nampak semua orang telah berkumpul. Rania mengangguk lalu mengikuti Cello yang jalan mendahuluinya. Ia mengambil posisi duduk disamping Alya dan Malika yang masih sibuk berbincang perihal makanan.

RANIAWhere stories live. Discover now