4. Mantap kamu, Di

50 4 0
                                    

"Para pemuda dan juga Sutan Syahrir menuntut untuk segera memproklamasikan kemerdekaan, bagaimana ini?" ujar Achmad Soebardjo dengan nada bicaranya yang sedikit tinggi.

Lagi-lagi Soekarno menimpali dengan sikapnya yang tenang namun tegas. "Tapi kita tidak boleh gegabah, kita butuh waktu untuk mempersiapkan semuanya dengan matang dan terencana agar tidak terjadi hal-hal yang tidak kita inginkan."

"Betul," Hatta menimpali.

"Saya setuju. Menurut saya yang terpenting saat ini adalah menghadapi sekutu yang hendak menguasai bangsa kita. Kita harus fokus pada penyelesaian masalah tersebut," lanjutnya.

Seketika mereka terdiam lalu mengangguk perlahan, tanda setuju dengan pendapat dari Mohammad Hatta.

"Lantas bagaimana dengan masalah kemerdekaan?"

Hatta pun kembali bersuara. "Untuk masalah kemerdekaan, kita jalankan sesuai rencana kita sebelumnya. Kita bahas kembali pada sidang PPKI pada tanggal delapan belas mendatang."

"Bagaimana, Bung?" tanya Achmad Soebardjo sambil mendorong kacamatanya.

"Iya, lagipula mereka masih muda. Cara berpikir mereka masih pendek. Kita harus mempersiapkan semuanya dengan matang, agar tidak berantakan," jawab Soekarno.

"Baiklah, berarti kita semua sepakat?" tanya Hatta pada Soekarno.

"Ya," suara tegasnya kembali keluar, "kita sepakat."

∆∆∆∆


Di pagi hari yang cerah, Hadi, Ibu dan Ayu kembali memulai harinya. Hadi keluar dari rumah lalu duduk di bale bambu dengan santai, menunggu adiknya membuatkan teh untuknya. Sambil menunggu, ia menikmati waktu dengan memakan ubi rebus yang sudah tersaji di piring.

Sambil makan, ia memandangi ibunya sedang menyapu halaman dan sesekali menggoda Ibu dengan mengedipkan sebelah matanya saat Ibu melirik ke arahnya. Ibu pun hanya bisa tertawa kecil melihat tingkah anaknya yang masih sama seperti anak-anak dulu.

Ya, sifat anak-anak pada Hadi masih melekat kuat, namun sering bertambah dewasa, sifat itu perlahan mulai jarang ditunjukkan dan hanya muncul sesekali saja, contohnya di saat seperti ini. Mungkin anaknya itu ingin terlihat dewasa dengan jarang memunculkan sikapnya yang sedikit konyol itu. Walaupun begitu, Ibu tetap senang karena bisa melihat kembali sisi anaknya yang lucu.

"Ulah ngagoda keun, maneh,"
("Kamu jangan godain ibu.") ketus Ibu sambil menahan tawanya.

Hadi pun semakin tinggi menarik sudut bibirnya. Ibunya menjadi lucu saat sedang diganggu seperti ini.

"Kalau mau godain orang, ya, godain anak gadis atuh, Bang," seru Ayu saat keluar rumah dengan secangkir teh di tangannya.

"Ibu-ibu, mah, sudah tidak pantas digoda. Cari yang masih muda aja, Bang," sahutnya lagi sembari menyodorkan pesanan kakaknya.

"Terima kasih, Yu." Hadi menanggapi tehnya lalu mulai menyeruputnya pelan.

"Abang, mah, gampang. Sekali kedip semua perempuan nempel sama abang," balas Hadi dengan super percaya diri.

"Heunte amis, Yu ..." lapor Hadi.
(Tidak manis, Yu ...")

"Iya, tidak ada gula. Habis," jawabnya.

Ini Cerita Kita [KELAR ✓]Where stories live. Discover now