6. Rengasdengklok

83 6 0
                                    

Sesuai rencana yang sudah matang. Pagi-pagi buta kini mereka sudah bersiap melancarkan rencana tersebut. Segala persiapan sudah siap. Saatnya meluncur!

Untuk menyamarkan hilangnya Soekarno dan Hatta secara tiba-tiba, ada kelompok kecil di Jakarta yang bertugas membuat keributan

Sesuai dengan pembagian kelompok kemarin, Singgih, Darwis, Hadi, Ali dan Chaerul Saleh bergegas menuju kediaman Soekarno, sedangkan sisanya berangkat menuju kediaman Mohammad Hatta.

Sesampainya di sana mereka langsung melancarkan rencana. Demi terlihat alami, mereka mulai dengan mengetuk pintu layaknya saat mereka bertamu demi mengundang Soekarno keluar.

Tok ... tok ... tok ....

"Assalamualaikum...." Tak lama keluarlah Fatmawati. Tak sesuai rencana, ternyata yang keluar adalah istrinya.

"Wa'alaikumsalam," jawabnya.

"Tolong panggilkan Bung Karno, kami ingin bertemu," seru Singgih.

"Tumben, pagi sekali." Para pemuda hanya membalasnya dengan tersenyum, mereka juga bisa bersikap ramah pada tempatnya.

Tak lama Soekarno keluar, ternyata Fatmawati ikut menemani suaminya menemui mereka di depan pintu.

"Begini, Bung," kata Singgih. "Akan ada banyak massa yang akan melakukan pelucutan senjata,"

"Mereka semua adalah para pemuda yang tidak sabar dengan terealisasinya kemerdekaan. Bung lebih baik jika anda bersembunyi dahulu, kami khawatir kalau Jepang akan mengira bahwa Bung Karno dan Bung Hatta lah provokatornya. Kami khawatir kalian akan terluka," tutur Singgih.

"Sepertinya akan banyak tentara bersenjata Jepang yang akan berjaga, sebaiknya Bung ikutlah dengan kami untuk bersembunyi sementara."

Setelah melewati beberapa pertanyaan, akhirnya Soekarno setuju untuk bersembunyi terlebih dahulu, paling tidak sampai suasana tenang barulah mereka akan menyelesaikan masalah ini.

Soekarno, Fatmawati dan Guntur, putra mereka ikut pergi ke tempat yang ditentukan.

∆∆∆∆

Tok ... tok ... tok ....

"Assalamualaikum...."

"Wa'alaikumsalam," terdengar balasan salam seiring dengan bunyi pintu yang akan terbuka dan muncullah seorang pria gagah dengan baju kaos polos dan celana panjang longgar yang tidak lain adalah Mohammad Hatta.

"Begini, Bung...." Soekarni menyampaikan pesan dengan sama persis dengan yang diucapkan Singgih. Berkat hal tersebut, Hatta pun juga setuju dengan rencana mereka.

Setelah beberapa waktu di perjalanan, tibalah mereka di rumah salah seorang pasukan PETA. Rencana tempat penahanan Soekarno dan Hatta yang semulanya di markas PETA, telah diubah karena dinilai memungkinkan orang lain tahu keberadaan kedua pemimpin bangsa tersebut.

Dipilihnya rumah ini karena tempatnya yang tidak terlalu jauh dari tempat semula dan juga rumah ini berada sedikit jauh dari pemukiman dan tertutup rimbunan pepohonan sehingga meminimalisir terbongkarnya tempat penahanan Soekarno-Hatta.

Sesampainya di sana, Soekarno dan Hatta langsung di masukkan ke dalam satu kamar yang sama, ia disuruh duduk di kursi dan mulailah para golongan muda untuk kembali mendesak Soekarno dan juga Hatta untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

"Cepat, Bung. Kami ingin kemerdekaan saat ini juga, yang rakyat butuhkan sekarang adalah kemerdekaan," seru Wikana.

"Jadi ini tujuan kalian membawa kami ke sini?" tanya Soekarno.

Ini Cerita Kita [KELAR ✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang