10. Ending

62 6 0
                                    

"Ayu, Mas-nya dibuatkan teh atuh," kata Ibu saat melihat Ali yang baru datang.

"Ada Mas Ali, Bu?" teriak Ayu dari dalam rumah sambil berlari menuju halaman depan. Sesampainya di sana, ia langsung tersenyum saat melihat pujaan hatinya. Ali pun juga ikut tersenyum.

Ayu langsung memeluk Ali dan mendekapnya erat.

"HEH!" Hadi menampar lengan yang melingkar di tubuh adiknya. "Belum mukhrim," serunya.

"Bilang aja kalau kamu iri, Di," sahut Ali.

"Sabodo teuing," balasnya acuh kemudian masuk ke rumah.

"Udah, Nak. Cepat dibuatkan tehnya," kata Ibu setelah menyuruh Ali duduk.

"Iya, Bu..."

Beginilah mereka sekarang. Sejak beberapa bulan ini Ali sukses mengambil hati Ayu, bahkan Ayu sudah dilamar olehnya. Dengan pendekatan yang bisa dibilang cukup sebentar, rasanya Ali termasuk ahli menggait hati wanita. Dan nasib Hadi....

Ya, begitulah.

Masih sendiri, masih teringat dengan perempuan yang pernah, tepatnya masih disukainya.

"Saya suka sama kamu." Akhirnya kata 'suka' mampu keluar dari bibirnya, sungguh, kabar jantungnya sedang tidak baik sekarang.

Perempuan di depan Hadi tersenyum, "maaf," ucapnya pelan.

"Saya sudah bersuami."

Deg.

Bagai ditusuk panah, hatinya kini terasa sakit dan perih.

"Apa Mas belum tahu kalau saya sudah menikah? Saya istri Laksamana Maeda."

Jika dipikir lagi memang sepertinya Hadi lah yang salah tanggap, dia bahkan tak berpikir sampai ke sana. Pikirannya hanya fokus tentang menyatakan perasaan, titik, hanya itu.

Pantas saja kemarin ia berada di rumah Laksamana saat matahari belum muncul, ternyata memang di sanalah tempat tinggalnya.

"Maaf, ya, Mas...."

Hadi yang tubuhnya masih membeku kini mulai kembali sadar, ia menatap mata perempuan itu lalu tersenyum.

"Iya, tidak apa, ini salahnya mas," ucapnya dengan senyuman agar terlihat tetap tegar.

Perempuan itu kembali tersenyum lalu memegang lengan Hadi, "tapi, terima kasih sudah suka sama saya. Mas orang baik, pasti jodohnya baik juga."

Hadi pun kembali tersenyum, sepertinya mereka memang bukan jodoh.

"Masih banyak perempuan yang cantik dan muda, pasti mereka kesemsem sama mas," katanya lagi. Hadi tau jika perempuan itu tengah berusaha menyemangatinya.

"Saya kira kamu orang Indonesia, saya tidak sangka kalau kamu istrinya Laksamana," kata Hadi.

Perempuan itu tertawa kecil, "wajah saya Indonesia banget, ya, Mas?"

Tanpa sadar Hadi ikut tertawa, "iya, mirip orang Jawa," ujarnya.

"Memang, saya keturunan Jawa dan Jepang."

"Oh begitu...."

"Mas sendiri orang apa? Sunda, ya?"

Mereka mulai mengenal satu sama lain dan membuka obrolan ringan. Walaupun kecewa, Hadi tetap senang bisa kenal dan bicara dengan perempuan manis ini. Jika memang bukan jodohnya, ia bisa apa? toh ia sudah menyerahkan seluruh hatinya pada Tuhan, biarlah itu menjadi urusannya.

∆∆∆∆

Ya Allah, akhirnya selesai jugaa.. pengen buat kata pengantar rasanya. Terima kasih kepada google sebagai sumber referensiku, terima kasih kepada tik tok dan instagram yang menjadi selinganku, terima kasih kepada kamus KBBI offline, dan juga terima kasih kepada PseuCom

Thank you all

Ini Cerita Kita [KELAR ✓]Where stories live. Discover now