Part 27

245 8 1
                                    

Vote
.
.
.
.
.
.
.

"Hai," sapa seseorang di samping Rose saat Rose sudah satu langkah di depan pintu masuknya kelas.

Rose langsung mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah samping kirinya.

Dan ternyata orang yang menyapanya tadi adalah Rival.
Rose hanya diam tanpa ada niat untuk menjawabnya dan berlalu begitu saja.

"Kau sombong sekali," ucap Rival, yang kini mengejar Rose dengan langkah yang cepat.

Rose hanya diam dan melangkah menuju mejanya.

"Hei," panggil Rival yang mulai kesal karena terus diabaikan Rose.

"Jangan ganggu aku!" ucap Rose dingin tapi penuh dengan penekanan bagi setiap katanya.

"Aku tidak mengganggumu, aku hanya ingin berkenalan dengnmu, apa itu salah?" tanya Rival yang kini berdiri tepat di meja Rose.

"Namaku Rose. Sudahkan? Jadi berhenti sekarang berbicara padaku!" ucap Rose lalu mengalihkan pandangan matanya.

"Rival," ucap Rival senang.

"Hm," ucap Rose acuh.

"Aku hanya ...." ucapan Rival terpotong ketika guru memasuki kelas.

'Aku tak akan menyerah' batin Rival. Lalu segara duduk di bangkunya.

***

(Istirahat pertama)

Rose dengan santai berjalan ke belakang sekolah dengan membawa kotak bekalnya dan sebotol air mineral dalam plastik hitam.

Rose langsung duduk di kursi yang di sediakan untuk orang bersantai di taman belakang sekolah.

"Wahh ... makanannya tetap sama," ucap Rose girang.

"Sama-sama nasi, telur, sayur, dan lebih sama masakannya nasi goreng lagi. Tentu rasanya sama dengan masakan Kakak Fandi, karena memang Kak Fandi yang masak hihi ...." gumam Rose berbicara sendiri.

Ya, beginilah Rose, dia ingin sekali punya teman. Akan tetapi, lagi-lagi itu terhalang dengan rasa takutnya. Takut akan dibully dan dikhianati!

"Kenapa gak makan di kantin?" ucap seseorang tiba-tiba.

Rose langsung menoleh ke belakang dan ternyata orang itu lagi-lagi Rival.

"Ngapain sih, kamu ke sini, sengaja ngikutin aku ya?" tanya Rose tak suka.

"Kalo iya, emang kenapa?" jawab Rival enteng.

"Aku gak suka!" tegas Rose menatap tajam Rival.

Hey! Lihat Rose sekarang, dia sama sekali tidak takut berbicara dengan Rival, bahkan sekarang Rose terang-terangan mengatakan bahwa dia tidak menyukai kehadiran Rival!

"Tapi aku suka," lagi, Rival berucap dengan entengnya. Dan sekarang malahan Rival duduk di samping kanan Rose.

"Hey!" ucap Rose mulai ingin protes.

"Stts ...." Rival menaruh telunjuk tangannya di bibir Rose.

"Aku hanya ingin menjadi temanmu," ucap Rival lembut, lalu melepaskan tangannya yang menempel di bibir Rose.

"Tapi aku tidak ingin berteman dengan siapapun, termasuk kamu!" tegas Rose ingin berdiri.

Rival yang melihat Rose berdiri, segera menarik tangan Rose sehingga menyebabkan Rose terduduk kembali.

"Ka—ka—mu, mau apa lagi sih?" tanya Rose, yang sekarang tiba-tiba takut kepada Rival.

"Tenang, aku gak ada niatan buat nyakitin kamu. Aku serius pengen jadi teman kamu," ucap Rival serius menatap manik mata Rose.

"Aku tidak percaya," ucap Rose dengan keringat dingin yang mulai keluar dari pelepisnya.

"Tatap mataku, aku tidak bohong, lihat!" pinta Rival memegang kedua pipi Rose agar menghadap ke arahnya.

"Apa kau menemukan kebohongan di mataku hm?" tanya Rival.

Rose yang menatap mata Rival tidak mendapat apapun selain dari ketulusan dan binar harapan di matanya.

'Apa aku harus mempercayainya? Aku memang bosan sendiri karena takut dibully. Tapi ... aku tidak bisa hidup dalam trauma ini, aku harus bangkit dan melupakan perlakuan buruk yang aku dapat dari mereka!' batin Rose.

"Kau tidak bohongkan? Kau tidak akan menyakitiku 'kan? Kau tidak akan memanfaatkan aku, kan?" Beberapa pertanya ke luar dari mulut Rose tanpa jeda.

"Iya, iya, iya, iya! Aku tidak akan menyakitimu," ucap Rival dengan lantang.

"Jika kau masih tidak percaya dengan kata-kataku ini, kau bisa melaporkan aku pada kakakmu yang amat posesif itu, biar dia yang akan memberi hukuman jika aku sampai menyakitimu!" ucap Rival mantap.

"Baiklah aku ... percaya," ucap Rose.

"Benarkah?" tanya Rival menatap Rose tak percaya.

"Ya," jawab Rose singkat diiringin senyuman.

"Jadi sekarang kita teman!" teriak Rival girang dan mengangkat jari kelingkingnya di hadapan Rose.

"Teman," jawab Rose dengan senang dan mengaitkan jari kelingkingnya dengan jari kelingking Rival.

'Tak akan aku sia-siakan keparcayaanmu Rose!' batin Rival.

Bersambung ....

Maaf ye setiap part emang pendek≥3≤

ADIK TIRIKU CINTAKU (END)✔️Where stories live. Discover now