Bab O3 ; New World

3.2K 496 17
                                    

Sorry for typo...
~Happy Reading~





















Sinar mentari mencoba menembus tirai tipis dengan alunan angin yang membantu masuk ke dalam sebuah kamar bernuansa hangat itu. Terlihat seorang Pemuda yang tengah terlelap dalam tidur panjangnya mulai itu, kini mulai mengerjapkan mata indahnya perlahan.

Semua terlihat buram dikerjapan pertamanya, matanya melirik ke arah sinar mentari yang masuk. Mungkin hari telah beranjak siang, sudah berapa lama aku tertidur?

Hanya itu pertanyaan yang masih terselip di kepala Sang Pemuda. Cahaya mentari seakan menusuk matanya setelah sekian lama hanya gelap yang dirasakannya.

"Eughh…" Suaranya melenguh pelan.

Dia mencoba menggerakkan tangannya, tapi hanya terasa sedikit tertahan akan sesuatu. Dia hanya ingin mengusap matanya pelan, karena tidak bisa dia berakhir mengerjapkannya sedikit cepat agar pengelihatan buramnya menjadi lebih baik.

Setelah bisa melihat cukup jelas, diarahkannya pandangan matanya menuju setiap sisi tubuh miliknya. Hatinya membucah saat itu juga, sudah terlalu lama dia tidak melihat mereka sedekat ini. Jika ini mimpi dia hanya bisa memohon dibiarkan tinggal sebentar lagi.

"Ka-kalian?" Suaranya hampir tercekat di tenggorokan saat dia melihat mereka tengah mencoba mengusap mata sembab itu perlahan.

"Eughh…Kak Echan bangun! dia sudah sadar!" Suara cempreng khas itu tak pernah bisa dia lupakan dari ingatannya.

Dia tersenyum tipis melihat Pemuda manis itu yang tengah berusaha membangunkan sosok manis disisi lain kanannya kini, sepertinya tidurnya terlalu lelap.



















----o0o----





















Greppp

Greppp...

"A-aku sungguh hiks…bersyukur ka-kau sadar Kak Renjun." Ucap pemuda dengan surai blonde yang kini tengah memeluk Sang Pemuda sambil menangis.

"Hiks…kau membuat kami khawatir Renjun." Ucap pemuda bersurai caramel yang kini tengah menangis tersedu-sedu sembari memeluku erat.

Sang Pemuda bernama Renjun itu hanya bisa mengusap punggung mereka pelan hingga tangisan itu sedikit mereda.

"Chenle,bi-bisa mengambilkan a-aku mi-minum? Aku sa-sangat haus." Ucap Renjun lirih dengan suara yang begitu parau.

"Ah,ya ini minum pelan-pelan." Ucap Chenle sembari memberinya segelas air di gelas kaca dengan perlahan.

Renjun meminumnya dengan sedikit tak sabaran, dia benar-benar haus sekarang. Entah berapa lama dirinya tertidur yang jelas tenggorokan Renjun terasa kering mencekat.

"Terima kasih Chenle sekarang menjadi lebih baik. Ngomong-ngomong itu air apa? Terasa enak di lidahku." Renjun sepontan berkata sembari melihat Chenle yang tampak kebingungan untuk menjawab.

"Itu darah hewan Renjun, kau tentu tau bahwa itu sangat kau butuhkan jika haus." Balas Pemuda yang kini tengah menaruh gelas itu di nakas samping tempat tidurku.

"A-ah,..pantas saja rasanya segar. Terima kasih Haechan." Renjun tersenyum tipis.

Saat hendak bertanya lebih jauh tiba-tiba pintu kamar ini di buka paksa dari arah luar.

Brakk

Aku-Renjun dan saudaraku menoleh kaget ke arah pintu dengan wajah yang cukup heran. Saudara?, ya mereka adalah saudara yang terpisah cukup lama dariku. Aku begitu senang melihat mereka baik-baik saja sekarang. Aku masih takjub dengan kemunculan seorang Pemuda yang kini tengah menatapku kaget.

Half of You - NorenminWhere stories live. Discover now