Epilog: Sweet Ending!

3.1K 175 46
                                    

Makasih banget udah baca ceritaku sampai akhir ^~^
Buat yang mau apresiasi untuk membelikanku kopi biar semangat nulis, bisa banget klik link saweria di bio aku yah ^~^.

Makasih banget udah baca ceritaku sampai akhir ^~^Buat yang mau apresiasi untuk membelikanku kopi biar semangat nulis, bisa banget klik link saweria di bio aku yah ^~^

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Hoeeek!

Lagi, sudah ketiga kali di pagi ini, Luffy memuntahkan semua isi perutnya. Hal yang sangat jarang bagi seorang Monkey D. Luffy, meskipun dia suka makan banyak, seberapa kenyang pun, dia tak pernah memuntahkannya lagi. Tapi sekarang beda, Luffy merasa mual bukan karena makan terlalu banyak, melainkan mual yang dia sendiri tak tau apa sebabnya.

Dan yang membuatnya semakin tersiksa, mual-mual yang dia rasakan ini selalu terjadi hampir setiap pagi, dan jika dihitung, mual-mualnya ini sudah berlangsung selama tiga minggu.

"Oi! Baka! Coba periksakan dirimu ke dokter! Aku tak mau disalahkan oleh Jii~chan, nanti aku disangka tak merawatmu disini. Padahal kau yang selalu menghabiskan stok makanan di kulkas." Sabo menggerutu, dia sedang di dapur, tengah memasak untuk sarapan.

Luffy pun muncul dari kamar mandi, sambil menyeka mulutnya, wajahnya terlihat sedikit pucat.

"Urusai! Aku baik-baik saja. Lagi pula, aku merasa mual hanya di pagi hari saja kok." sahut Luffy, seraya berjalan ke kamarnya. Bersiap untuk pergi ke kampus.

"Mual, hanya di pagi hari, nee?" batin Sabo bersuara, dia pun mengulas senyum tipis.

"Coba tanya kekasihmu, mungkin saja dia tau penyebab kenapa kau sering mual." kata Sabo sedikit berteriak.

Entah Luffy mendengarnya atau tidak, sebab dia sudah menghilang ke dalam kamarnya. Dan satu hal lagi, hubungan Hancock dan Luffy kini kembali seperti dulu lagi, seperti saat Luffy memeluk Hancock di rooftop kampus, seperti saat Luffy mengajak Hancock makan di pasar kuliner Arabasta, seperti saat Luffy mengajak Hancock berkenalan dengan keluarganya.

Setelah mereka berhasil melalui badai prahara yang menerpa jalinan asmara mereka, Luffy dan Hancock kini menjadi sepasang insan yang memiliki ikatan cinta yang luar biasa.

Dan beberapa saat kemudian, Luffy pun keluar, sudah siap untuk pergi ke kampus.

"Kau bilang apa tadi?" tanya Luffy, sebelah alisnya terangkat.

"Iya, lupakan saja." Sabo mengibas tangannya pelan.

"Dasar gak jelas," gerutu Luffy, "Jaa~ne, aku berangkat." lanjutnya pamit.

Diwaktu yang sama, namun di tempat yang berbeda.

Hancock tengah termenung, raut wajahnya terlihat bingung. Kurang lebih, sudah lima menit dirinya menatap kalender di dinding kamarnya-di samping meja riasnya. Satu tangannya menunjuk tanggal hari ini, dan satu tangannya lagi memegang dagunya.

"Perasaan, ini sudah lewat. Tapi, kenapa aku belum datang bulan?" gumam Hancock.

Ternyata, alasannya memandangi kalender adalah mengecek tanggal dimana dia bakal datang bulan. Dan ternyata, dia baru sadar, bahwa dirinya tak kunjung mendapatkan tamu bulanan itu. Padahal seharusnya, dia sudah datang bulan sejak dua minggu yang lalu.

SWEET KARMA (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang