Part 46

201 25 0
                                    

Jejaknya
.
.
.
.

Fauzan tanpa sengaja mendengar ucapan Bastian dan teman-temanya.

'Apa! Bastian ingin ngajak Syifa nikah? Gak bisa dibiarin nih, aku akan yang lebih dulu ngajak Syifa nikah.' batin Fauzan sambil menunjukkan senyum liciknya.

Sebelum ketahuan keberadaannya ia segera pergi meninggalkan Bastian dan teman-temannya.

***

Lonceng pulang sekolah berbunyi.

Semuanya bergegas pergi meninggalkan lingkungan sekolah.

Seperti biasanya Bastian langsung pulang ke rumah. Dia sudah mulai sedikit demi sedikit belajar tentang pekerjaan kantoran.

Ia sekarang sedang memeriksa berkas-berkas yang telah ayahnya berikan untuk dia kerjakan.

Tidak terlalu sulit untuk Bastian mengerjakan tugasnya karena memang dia anak yang teliti dan pintar jadi mudah untuk dimengerti dan diselasaikannya dengan segera.

Baru saja Bastian menyelesaikan tugasnya sekarang dia menunjukkan hasil kerjanya kepada ayahnya.

"Yah, ini udah selesai." ucap Bastian lalu duduk di samping ayahnya.

Ia belajar pekerjaan kantoran hanya di dalam rumah mereka karena di situ ada tempat khusus ruangan kerja.

Lalu Santoso mulai membuka berkas yang telah diberikan Bastian.

"Bagus, ayah bangga padamu kamu dengan mudah mengerjakannya. Tidak salah lagi kau yang akan mengurus perusahaan ayah setelah lulus nanti." ucap Santoso bangga sambil menepuk bahu putra kesayangannya.

Bastian hanya mengangguk dengan senyuman yang terus terpancar olehnya.

'Apa ini saatnya aku mengatakan pada Bastian bahwa aku telah menjodohkannya?' tanya batin Santoso.

"Mmm Nak. Ayah ingin berbicara sesuatu hal yang serius." Santoso menatap serius Bastian.

"Hal serius? Apa Yah?" tanya Bastian.

"Emm ... begini, ayah telah menjodohkanmu sejak lama dengan seorang anak dari teman ayah," jelas Santoso hati-hati.

"A--apa yah, dijodohkan?" tanya Bastian kaget.

"Iya, maafkan ayah yang telah menjodohkanmu tanpa sepengetahuanmu," jelas Santoso lalu tertunduk.

"Tidak apa yah, tapi Bastian tidak bisa menerima perjodohan ini. Bastian sudah mencintai perempuan lain." ungkap Bastian merasa tak enak dengan ayahnya.

"Apakah perempuan yang kau cintai juga mencintaimu Bas?" tanya Santoso.

"Belum tahu Yah," ucap Bastian tertunduk.

"Jika belum jangan batalkan perjodohan ini," ucap Santoso.

"Kenapa?" tanya Bastian bingung.

"Karena dia tidak pasti sedangkan ini, jelas pasti kau akan menikah dengan wanita pilihan papah." tegas Santoso.

"Tunggu yah, beri Bastian waktu. Bastian akan menyatakan perasaan Bastian dan mengajaknya menikah setelah lulus. Tapi jika cinta Bastian tak terbalaskan ... Bastian siap menerima perjodohan ini Yah," ucap Bastian menatap ayahnya dengan mata memelas berharap ayahnya mau memberikannya waktu.

"Baiklah Bas, ayah akan memberimu waktu. Tapi ayah harap secepatnya karena teman ayah sudah menunggu jawaban perjodohan ini." jelas Santoso.

Bastian sangat lega ketika mendengar ayahnya tidak terlalu mengekang perjodohannya.

"Terimakasih Ayah," ucap Bastian sambil memeluk sang ayah.

"Tidak perlu berterimakasih, karena bagi ayah kebahagiaanmu adalah kebahagiaan ayah juga." ucap Santoso membalas pelukan anaknya.

Keduanya saling hanyut dalam suasana kasih sayang antara anak dan ayah.

Bersambung ....

Rahasia_Takdir (END)✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang