Chapter 13 Penyihir Spirit✨

57.4K 7.8K 143
                                    

2 Bulan Kemudian....

Waktu berjalan cepat tanpa disadari. Semua orang sibuk melakukan pekerjaan mereka di pagi hari. Di sisi taman samping belakang, seorang remaja dengan setelah merah dan celana panjang hitam sambil menggenggam pedang di tangannya dan dilehernya ada seekor ular hijau yang melingkar dengan tenang.

Aiden tumbuh semakin tinggi dan wajahnya menjadi lebih tampan dari saat dua bulan lalu. Hari ini dia sedang bermain di taman dengan Cenora. Hubungan mereka semakin baik dan kadang dia akan menginap di ruangan gadis itu.

"Cenora!!" Serunya dengan suara lebih keras. Gadis itu tidak terlihat sejak tadi dia datang, padahal mereka janjian bermain hari ini.

Perlahan langkah kaki berjalan mendekat dan pemuda itu berbalik ke belakang. Matanya tidak bisa menyembunyikan kelembutan melihat sosok itu. Gadis dengan gaun kuning seperti bunga matahari dan rambut perak yang digulung sederhana. Di sampingnya seorang pemuda dengan mata yang 'amethys' yang menakjubkan berjalan di dekatnya.

Cenora sudah tumbuh lebih tinggi dan kulitnya sudah tidak seburuk dulu, bahkan sekarang putih seperti susu . Dia juga makan dengan teratur dan bentuk tubuhnya sudah menjadi sangat berisi dan indah.

"Kenapa suka sekali berteriak sih kak? Aku tidak tuli kok." Ucap gadis itu dengan kesal.

"Hehehe....aku khawatir kamu pergi tanpa pamit padaku." Ujar Aiden dengan aneh.

Cenora menghela nafas frustasi dengan kata-kata yang sudah sering dia dengar selama 2 bulan ini. Sejak permintaannya untuk keluar itu, Aiden menjadi lebih posesif dan waspada disekitarnya. Dia selalu mencoba memastikan bahwa dia masih berada di satu tempat dengannya atau masih ada dalam jangkauan matanya.

"Aku tidak akan lari," kata Cenora dan berjalan menuju gazebo. "Bukannya pergi latihan, kakak malah datang kesini dan mengajakku bermain. Tidak takut jika Duke nanti marah? Aku tidak ingin membantu nantinya."

"Dia tidak akan marah." Ujar Aiden dengan percaya diri. "Hari ini aku mendengar akan ada festival panen di kota nanti. Aku datang untuk mengajakmu, bagaimana?"

"Festival? Aku ikut." Jawab Cenora.

Abigail yang sedari tadi diam juga menjawab. "Aku juga akan ikut."

Aiden mendelik kesal kepada pemuda itu. "Ck. Aku mengajak adikku, bukan kamu."

"Dia juga adikku dan sudah kewajiban ku untuk menjaganya."

"Aku bisa menjaga adikku sendiri!!"

"Aku tidak bertanya," balas Abigail dengan nada santai. "Lagipula kamu sangat lemah dan tidak bisa dipercayai untuk menjaga Cenora di luar nantinya."

"Ka-Kau bajingan sialan!!" Umpat Aiden dengan marah.

"Oh," balas Abigail dengan nada mengejek.

Cenora yang menjadi penonton hanya diam dan memperhatikan bunga ditaman yang hari ini mekar dengan baik. Tanpa terasa sudah beberapa waktu berlalu untuk dia hidup di dunia ini. Kemampuan sihir yang di pelajari dari Aiden dan Abigail juga sangat membantunya. Beberapa hari yang lalu, dia menemukan sebuah hal menakjubkan. Kemampuan baru yang dimilikinya adalah bisa berkomunikasi dengan Roh Alam.

Menurut buku di perpustakaan yang mencatat banyak sejarah terdahulu, orang yang mampu berkomunikasi dengan para [spirit] sangatlah langka dan kemampuan yang mereka miliki juga sangat kuat.

[PENYIHIR SPIRIT/ROH]

Sebuah sebutan untuk mereka dengan kemampuan aneh tetapi sangat berharga. Konon para penyihir spirit sangat mudah menggunakan kekuatan alam karena mereka bisa meminjamnya dari roh yang mereka [Kontrak] dengan itu sangat mudah menggunakan sumber energi alami.

Cenora belum menceritakan kepada siapapun soal ini karena menurutnya hal ini masih sangat berbahaya untuk dia yang kemampuan dan kekuatannya sangat rendah.

Matanya berkilau seperti permata yang indah saat memandang aliran danau buatan yang dekat dengan pohon yang lokasinya beberapa meter dari mereka. Dia bisa melihat beberapa makhluk kecil yang bermain di atas permukaan air.

[Undine]

[Spirit Elemen air. Undine termasuk spirit air yang berada ditingkat paling rendah dan juga mereka lebih mudah diajak berkomunikasi. Sifat mereka pemalu dan juga ramah pada orang yang mereka sukai.]

Cenora kadang melihat mereka bermain di air mancur di taman, tapi dia tidak mencoba mendekati mereka. Dia tidak mau ambil resiko di tolak dan akan di serang air nantinya. Saat dia akan menarik pandangan matanya kembali, tanpa sengaja matanya bertabrakan dengan sosok spirit di danau.

Deg!!

Cenora langsung memutar pandangannyake samping dan memegang dadanya yang berdetak aneh tadi.

"Itu apa tadi?"

Dia bisa merasakan makhluk itu masih saja memandang ke arahnya. Tapi dia tidak berani atau belum mau menatap kembali.

•••

Hutan Terlarang

Para Prajurit dengan pakaian besi dan senjata di tangan mereka berbaris di depan pintu masuk hutan yang paling dalam dan gelap di bagian barat Kerajaan.

Duke Riyan melihat ke arah dalam hutan dengan tatapan tajam. Aroma amis darah menguyar kuat keluar dari balik kegelapan hutan. Kesatria kepercayaan miliknya yang berdiri di samping pria itu. Ada bekas sayatan di bagian rahang bawahnya sampai ke pipi, tidak membuat dia terlihat jelek malah menambah aura buas dan gagah pria itu.

"Kenapa anda sangat buru-buru memeriksa area ini, Duke?" Tanya Brian.

Brian Michelle Will yang menjadi Kesatria Unit Pertama kerajaan dengan kemampuan pedang terbaik, bahkan menjadi Warrior di usia muda.

Brian sangat setia pada Duke Riyan bahkan dia rela menjadi umpan musuh agar Duke bisa menyerang Benteng pertahanan musuh. Kepercayaan pria itu bukan tanpa sebab, hal ini karena Brian pernah di selamatkan oleh Duke saat menjadi korban perang.

Keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan kakak perempuannya tewas dalam Medan perang saat musuh melewati desa miliknya, membantai semua penduduk. Dia berhasil selamat karena di sembunyikan di dalam peti oleh keluarganya.

Sebutan untuk Brian adalah Macan Emas dari Adolfo karena kekuatannya sebagai Paladin dan Pengguna kekuatan cahaya. Dia selalu berhasil mengalahkan musuhnya tanpa membuat satupun korban dari pihaknya.

Duke Riyan menarik tali keduanya kuat. "Aku harus pulang cepat agar bisa bermain dengan putriku."

"Putri anda? Maksud anda Nona Cenora? Anda akhirnya bersikap layaknya seorang manusia daripada mesin pembunuh lagi." Balas Brian dengan setengah mengejek.

"Aku selalu bersikap manusia." Jawab Duke lagi.

"Jangan mencoba mengelak Duke. Anda itu sangat dingin dan tahunya mengayunkan pedang saja. Bahkan kedua tuan muda saja anda biarkan berlatih pedang di umur 5 tahun, orang tua mana yang bisa sekejam anda."

Brian itu tipe orang yang terus terang sesuai dengan apa yang di lihat olehnya. Dia sudah melihat Leo dan Aiden tumbuh dari kecil dan juga menjadi pelatih bela diri mereka.

Duke itu tipe orang tua yang kaku dan cuek, dia terlalu sibuk memikirkan menjaga wilayah perbatasan dan sering jarang pulang ke rumah juga.

Duke menunduk tidak menyembunyikan senyum tipis dibibirnya. "Putriku lebih penting daripada kedua bajingan itu." Ujarnya seakan yang dihina bukan darah dagingnya tapi anak orang lain. " Lagipula, aku yakin saat ini mereka sedang sibuk membuat gadis kecil itu membuka diri pada mereka, aku pun sedang mencoba menjadi sosok ayah walau sudah terlambat."





























Bersambung......

I'AM [NOT] VILLAINNESSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang