8 -- Eva dan Eza (Try)

32.6K 1.6K 56
                                    

Author POV

Matahari kembali dari peristirahatan nya, meninggalkan memori-memori yang kembali dikenang Eva semalam. Pagi ini tak ada lagi kesakitan, hanya kebahagiaan yang mesti mendominasi.

Eva masih belum ingin menyibakkan selimutnya, ia masih ingin terlelap. Sedangkan Eza, selepas sahur dan subuh tadi dirinya tidak bisa kembali tertidur, bahkan kantuk pun tak menggelayuti matanya. Ia sudah memiliki janji dengan Gianna, pagi ini akan pergi ke pasar membeli bahan-bahan untuk hari raya, padahal lebaran masih seminggu lagi.

“Maa... Mamaaa...” Eza berteriak sambil mengitari seluruh sudut rumah mencari keberadaan Gianna.

“Mamaaaa... Mama....” Eza masih tak menemukan batang hidung Gianna.

”Apa Mama tidur lagi, ya? Coba deh ke kamar nya.” Gumam Eza.

Tokk..

Tokk..

Tokk..

“Maa... Jadi ke pasar, nggak?” Eza memanggil Gianna sambil terus mengetuk pintu kamar yang ditempai Gianna dan Harris.

“Mama kemana, sih?” Gerutu Eza saat pintu kamar tak kunjung terbuka.

“Mama lagi ngga enak badan. Ke pasarnya besok aja, katanya.”

Eza menoleh dan berjingkat kaget, Harris muncul dari belakang tubuhnya tiba-tiba. Sepertinya Harris baru selesai mandi, karena bau sabun menyeruak ke hidung Eza.

“Pa.. ngagetin aja, sih!” Eza mengelus dada nya. Sedangkan Harris hanya terkekeh dan mengacak rambut Eza. “Minggir, Papa mau ganti baju.” Eza memiringkan tubuhnya memberi akses jalan untuk Harris.

“Pa...” panggil Eza.

“Apalagi?” kata Harris seraya membuka pintu kamar.

“Papa mau kemana pagi-pagi udah mandi?” Eza sangat tahu kebiasaan Papa nya, kalau tidak ada urusan penting, Harris sangat jarang mandi pagi.

“Mau ke kantor nya Kenan.” Jawab Harris sambil mengambil kemeja dan celana bahan nya didalam lemari pakaian.

“Emm.. aku boleh ikut, nggak? Ke pasar nya kan ngga jadi, trus aku ngga tau harus kemana, dirumah terus bosen” Eza tidak tahu jalanan di Jogja, daripada ia kesasar lebih baik ikut Harris ke kantor Kenan.

“Yaudah, tapi jangan rewel, ya”

Eza terkekeh, “Hahaha nggak lah. Aku ‘kan ngga rewel kayak Mbak Eva.” Eva memang sangat rewel bila diajak ke kantor, melihat orang-orang disana mendesign dan membicarakan tentang design membuatnya iri, ia sama sekali tidak bisa mendesign, sangat berbeda dengan Eza yang mempunyai bakat menggambar maupun mendesign yang diturunkan dari sang Papa.

“Iya. Sekarang siap-siap. Papa udah ditunggu sama Kenan”

Eza mengangguk dan berlalu dari pintu kamar lalu kembali masuk kedalam kamarnya untuk mengganti pakaian. Dilihatnya Eva masih tertidur pulas di kasur. Padahal ia ingin dipilihkan pakaian yang cocok untuk dipakai ke kantor Kenan. Eza memang tidak terlalu pandai dalam memilih busana, selera nya sangat dewasa untuk gadis seumurannya. Tak jarang Eva yang membantu nya memilih pakaian yang manis sesuai usianya, karena Eva sangat pandai memilah style yang pantas untuk Eza.

Blouse biru langit tanpa lengan dan celana jeans berwarna putih kini melekat di tubuh semampai nya. Syal putih telah dililitkan dilehernya, rambut ikalnya ia biarkan tergerai karena ia sangat suka saat angin membelai rambutnya.

“Eza..ayo jalan. Telat, nih.” terdengar teriakan Harris dari luar rumah. Eza segera menyambar tas kecil warna putih di tangan kanan nya. Ia lalu berlari keluar rumah dan segera masuk kedalam mobil.

Our HopeDove le storie prendono vita. Scoprilo ora