• Part 13

1.3K 124 33
                                    

Mata Junmyeon tak terlihat lelah walau sedari tadi ia memandang sekretarisnya itu dengan seksama. Bahkan tanpa berkedip!

Ia sendiri tidak tahu apa yang membuatnya begini. Ia baru saja menyadari kalau sekretarisnya itu.. lumayan cantik.

Junmyeon tersenyum kecil saat membayangkan sekretasrisnya itu. Ia berdeham dan kemabli berfokus pada objeknya.

Junmyeon kebingungan saat objek pemandangannya tiba-tiba hilang. Irene pergi dari kursinya. Tak lama kemudian pintunya diketuk, membuatnya buru-buru berfokus pada laporan di meja.

"Masuk."

Irene masuk dengan membawa laporan dan lelaki di sampingnya. "Pak Jimin ingin menemui Anda. Saya permisi."

Junmyeon mengangguk dan melihat sekretarisnya itu bahkan sampai ia kembali duduk di kursinya.

Jimin yang sedari tadi di situ hanya menggeleng-geleng dan melipat kedua tangannya di depan dada. "Jadi gue gak boleh duduk nih?"

Junmyeon memandang Jimin lalu berdeham. "Gak."

Jimin tertawa dan menghempaskan tubuhnya di sofa. "Matanya santai aja kali. Lihatinnya gitu amat, boy."

Lagi-lagi Junmyeon berdeham. Ia bangkit dari kursinya dan duduk di samping Jimin. "Ngapain lo ke sini?"

Jimin menoleh. "Sialan! Lo lupa kalo gue sekarang patner kerja lo?"

"Canda doang gue, baper amat," ucap Junmyeon sambil mengendurkan dasinya. "Lagian lo telpon aja kan bisa, alibi kan lo biar bisa caper ke karyawan gue?"

Jimin menepuk-nepuk dada Junmyeon. "Sabar bos."

"Kapan mau rapat?"

"Masalah rapat bisalah kita pikir akhir-akhir," ucap Jimin sambil menaik-turunkan alisnya.

"Maksud lo?"

Tok tok tok..

Pintu kembali diketuk dan Irene masuk membawa dua cangkir kopi untuk tamunya dan bosnya.

"Makasih cantik," ucap Jimin sambil mengedipkan mata kanannya.

Junmyeon menoleh ke arah Jimin dan bersiap menyerangnya kalau saja Irene tidak ada di sini. Sayangnya Irene masih ada di dalam dan ia harus menjaga image­-nya.

Irene hanya mengangguk dan berpamitan untuk keluar.

"HOYYY, MATA, MATA!" Jimin mengejutkan Junmyeon membuat Junmyeon murka dan menepuk pundak Jimin keras.

"Sialan ya lo," kesal Junmyeon sambil merapikan jasnya. "Sekali lagi lo godain sekretaris gue, abis ya lo!"

Jimin hanya menanggapinya dengan tawa puasnya. "Kalo suka ya deketin lah."

"Siapa suka siapa?"

"Kalo lo gak mau, gue embat juga nih," kekeh Jimin sambil menyesap kopinya. "Enak juga nih kopi."

"Bukannya gue gak mau.."

"Terus?"

"Ya lo tahu sendiri gue baru aja ditinggal nikah," ucap Junmyeon lalu mengambil cangkir kopinya.

"Lo masih trauma?"

Junmyeon mengendikkan bahu. "Dia juga baru aja putus dari pacarnya. Ibarat lagu nih, kita tuh 'Waktu Yang Salah'. Jadi gak bisa secepet itu."

"Sok-sokan lo, emang dia suka sama lo?"

Junmyeon menoleh dan memelototkan matanya. "Gak juga sih."

Jimin tertawa kencang mendengar penuturan sobatnya itu. "Cupu banget lo. Yakin temen gue?"

Junmyeon ikut melipat kedua tangannya di dada. "Gak."

My Boss // SURENETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang