Guard ; Screwed [Last]

3.6K 293 110
                                    

Guard ; Screwed

Genre : Eromance/Contemporary Romance, Action, Angst, Mature (Hard).

Season III [Last Season]

Ps ; Beberapa nama karakter diganti untuk membuat keseragaman dan trademark. Mulai sekarang A-Noona pakai ;

Ryu Jeongoo

Ok Taekyung

Choi Jumin

(Ps ; di cerita ini jadinya terap Choi Jimin)


+++


"Kim Taeri... kau tahu jelas bahwa hubunganmu dan Taekyung itu tidak sehat, bukan? Toxic," ujar Jimin seraya mengancingkan kemejanya sambil berdiri di depan cermin.

Taeri hanya mengedikan bahu dengan begitu santai. "Begitulah," jawab Taeri yang masih berbaring di atas kasur. Di bawah selimut yang menutupi tubuh telanjangnya.

Setelah selesai mengancingkan semua pakaian, Jimin menoleh menatap kembali wanita yang didambakan Ryu Jeongoo dan digilai Ok Taekyung. Mengerti dengan jelas alasannya. Kim Taeri luar biasa sekali terutama di atas kasur. Rasanya ingin lagi dan lagi. "Jangan sampai Taekyung tahu tentang kita. Aku tidak ingin kehilangan dirinya," ucap Jimin, entah memberi ultimatum atau semua permintaan.

Mendengar itu, Kim Taeri tetawa. Sulit menahannya. Choi Jimin sekarang persis seperti badut sirkus. Apa yang keluar dari mulutnya lebih lucu dari lelucon sebenarnya. "Kalau tidak mau kehilangan Taekyung, kau tidak seharusnya meniduriku, seksi," jawab Taeri masih sedikit menggoda. Atau memang yang keluar dari mulut wanita itu memang selalu rayuan.

Keadaan ini adalah di mana ketika dua perayu ulung saling berhadapan.

Tidak terlihat kesal, Jimin mengedikan bahunya. "Susah, kau nikmat sih." Memang bajingan.

Sejujurnya bertemu Taekyung benar-benar menyajikan pengalaman gila, kungkungan dan segala sensasi berbeda. Bersama Jimin, ada hal lain, seperti melihat cerminan dirinya. Seperti tempat dituju ketika sedang bosan, bermain-main. Tujuan mereka sama. Mereka juga sama berengseknya.

"Lucu juga, kalau Taekyung menggenggam sangat erat, Jeongoo ingin memiliki, kau malah tidak mau ada yang tahu," kata Taeri seperti menggumam namun jelas terdengar—sengaja.

Jumin terkekeh. Matanya menyipit. Tapi bukan tawa ramah, melainkan tatapan remeh. "Aku akan selalu memilih teman-temanku sampai kapanpun, sayang sih. Tapi aku juga akan mendapatkanmu. Itu sudah cukup. Terikat pada satu orang dalam hubungan yang berkomitimen bisa membuatku gila. Aku juga sangat posesif kalau sudah berkomitmen sih. Masalahnya, lihat saja wanita yang membuatku tertarik yang seperti kau. Taekyung yang segila dan seposesif itu saja, kau masih nakal."

Giliran Taeri tertawa terbahak-bahak. Puas sekali. Nyatanya dia memang menikmatinya. Sejak awal, Kim Taeri tidak pernah menjadi protagonist dalam kisah hidupnya. Dia selalu menjadi antagonis dan menikmatinya.

Masih tinggal bersama Ok Taekyung, Taeri membagi waktu untuk tetap pulang ke rumah. Ia butuh memantau banyak hal. Di rumah dia juga tidak hanya sendiri. Ada salah satu kakak dari ibunya yang akhirnya memilih tinggal di kediaman utama ketika terungkap bahwa dia memiliki seorang anak yang masih sangat kecil di luar pernikahan. Iya, dia tidak mau menikah. Taeri sama sekali tidak masalah karena dia menyukai anak-anak sekalipun tidak ingin menjadi seorang ibu. Tentu saat di rumah, dia akan menyempatkan diri untuk menghubungi Choi Jimin yang pada akhirnya mereka akan berakhir di ranjang.

Jimin merangkak kembali ke atas kasur yang seprainya beraroma vanilla dan citrus, campuran harum kedua insan tersebut. Berhenti di depan Taeri, Jimin memberikan kecupan di dahi sebelum kembali melumat sambil tangannya menangkup dada Taeri. "Aku harus segera kembali. Kau bilang, Taekyung akan datang hari ini kan?"

Taeri mengangguk. "Tenang saja, dia bilang akan datang sore. Ada yang harus dia urus."

Jimin terkekeh. "Kau terdengar seperti ingin kembali bermain, ehm? Kuat? Nanti kalau Taekyung mengajak bermain juga, bagaimana? Dia agak keras kan? Memangnya kuat berkali-kali?" goda Jimin. Taeri menggigit bibir bawahnya sebelum kembali mengecup bibir tebal itu. "Sampai jumpa lagi nanti di atas kasurku."

Setelah memakai sepatu LV miliknya, Jimkn segera bergegas. Pria yang mengerti tentang penampilan selalu membuat Taeri tergoda. Jimin menyisir rambutnya ke belakang dengan jemari. Tampan dan seksi. Teringat semalam ketika Jimin meminta dirinya di atas.

Persis seperti apa yang Jumin katakan bahwa hubungan Taeri dan Taekyung jauh dari kata sehat. Kacau, berantakan. Pukul tujuh pagi, Taekyung sengaja berangkat pagi untuk memberikan kejutan pada Taeri. Lagipula tiga hari tidak bertemu, membuatnya cukup gila. Sekalipun ia memantau pergerakan Taeri dari GPS, tetapi tetap saja tidak ada cctv yang membuatnya dalam mengawasi terus-terusan. Di samping itu, Taekyung tidak sabar untuk membiarkan bibirnya kembali menjajah kulit pucat itu.

Datang disambut oleh Bibi Seulbi, kakak dari Ibunya Taeri, ia memberikan senyuman. Sekalipun Taekyung memang memiliki hubungan buruk dengan keluarga Taeri, tetapi tidak dengan Seulbi. Setidaknya dia satu-satunya yang tidak akan menyakiti Taeri. Kalau Paman Jun, Taekyung selalu bersiap untuk membunuh pria itu kapanpun menyusahkan Taeri. Di samping Bibi Seulbi, ada seorang anak kecil yang umurnya baru sekitar tiga atau empat, lucu sekali. Dikuncir dua dengan bibir merah dan pipi mengembung. Taekyung yang memang menyukai anak kecil, langsung berjongkok dan menyapa.

"Kau bisa langsung ke kamar saja. Seperti biasa, Taeri masih tidur," ujar bibi Seulbi yang kegiatan hari ini pasti seperti biasa, perkumpulan sosialita.

Taekyung mengangguk seraya mengusak rambut anak perempuan kecil yang bernama Cali. "Cali, Kakak menemui Taeri dulu ya," pamitnya. Tapi tangan Taekyung langsung dipegang seraya Cali menggeleng. "Tida boyeh," ujarnya dengan cara bicara terbata-bata. Lucu. Taekyung terkekeh.

Seulbi merasa tidak enak. "Cali, Kak Taekyung mau menemui Kak Taeri. Jangan begitu. Nanti bertemu lagi kok." Taekyung sama sekali tidak masalah karena lucu sekali. Bahkan di dalam kepalanya jadi berpikir bagaimana jika dia dan Taeri memiliki anak.

Cali menggeleng. "Bukan. Jangan. Kak Taeri bayeng tida sendiyi. Jangan diganggu. Kak Jimin di sana," jawab Cali dengan begitu inosen.

Taekyung terdiam seketika.

Seulbi tegang Langsung menelan ludahnya sendiri. Menatap raut Taekyung yang seketika berubah. Tatapan mengintimidasi. Rahang mengeras. Bagaimanapun Taekyung adalah mafia dan pernah membunuh orang beberapa kali.

Seulbi segera menggendong Cali. Merutuki kenapa anaknya harus berkata seperti itu. Bahkan dia sendiri tidak tahu kalau Jumin di rumah. Di kamar Taeri. Selama ini selalu berusaha tidak mau ikut campur. Lagipula Jimin juga baik kepada anaknya.

Perlahan, raut wajah Taekyung berubah. Tersenyum. Bangkit berdiri. Namun jelas senyuman itu bukan kebahagiaan. Senyuman menyeringai yang begitu dingin. "Baiklah, sepertinya aku ada sedikit urusan dengan Taeri. Terima kasih Cali sudah mengatakannya," ujar Taekyung seraya mengusak rambut Cali yang tersenyum bangga karena mendapatkan pujian. Kalau Seulbi, jelas hanya berharap anaknya baik-baik saja setelah mengatakan itu. Setelah ini mereka akan langsung pergi keluar sebelum ada baku hantam dan pembunuhan.

Taekyung menggulung lengan kemejanya. Urat-urat tangannya terlihat. "Mari kita hukum mereka berdua dengan cara yang berbeda."

Keadaan menjadi teramat kacau.

[]

Kegilaan dan kekacauan akan memenuhi season akhir.

Akan dibuka tanggal 29 Agustus --- 2 September. Wah lama nih sekarang. Akan ada bonus short story untuk dua hari pertama.

Season 1 dan 2 masih bisa dipesan saat open po nanti. Ebook lain sudah tidak bisa dipesan. Harga seperti biasa, 50K ada bonus Fanart Choi Jimin yang ya ampun.. Mau dong didominasi.

Ebook Project A-NoonaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang