Keinginan Banyu

105 17 50
                                    

Usai sarapan, Ratih langsung memerintahkan Banyu untuk kembali beristirahat dan Terra harus menemaninya. Menurut Ratih, memperbanyak waktu berdua adalah salah satu cara cepat yang mujarab untuk menumbuhkan cinta keduanya. Selain itu, mengingat kondisi Banyu yang drop, Ratih menjadi merasa sangat kasihan pada putra semata wayangnya.

"Yakin mau mandi?" tanya Terra pada Banyu dengan tatapan sangsi. "Gak mau diseka aja badannya?"

"Iyalah, Ra, lengket kalo gak mandi. Lagian gak enak juga, aku udah bau kecut." Banyu menarik ujung kaus yang dia kenakan lalu meloloskannya melalui leher, membuat dada yang bidang dan sandarable itu langsung terekspos dengan bebas. Kulit tubuh Banyu yang berwarna sawo matang, membuatnya tampak begitu jantan dan menantang.

"Gak papa kali? Kamu, 'kan, lagi sakit. Wajarlah!" Terra berusaha menahan diri untuk terlihat biasa saja, meskipun pada kenyataannya dia merasa risi luar biasa. Namun, ketika menyadari wajahnya terasa panas, mau tak mau, Terra akhirnya berpaling. Dia takut menjadi bahan ledekan jika sampai Banyu melihat semburat merah yang perlahan membakar wajahnya.

"Aku wangi aja, kamu gak tertarik. Apalagi kalo aku bau macam kaus kaki yang abis dipake sebulan, Ra?"

"Banyu, ih! Gak ada hubungannya kali?" Terra mengekor Banyu beranjak dari tempat tidur. "Yakin bisa sendiri?"

"Kalo aku bilang gak bisa, emangnya kamu mau mandiin aku?" tanya Banyu tersenyum jail. Matanya mengerling menggoda, tetapi dalam hati, dia begitu berharap Terra mengiyakan tantangannya atau paling tidak menganggukkan kepala.

"Ya, gak juga. Aku, 'kan, udah mandi. Ntar basah lagi," kilah Terra memupuskan harapan Banyu.

"Alasan!" Banyu mencibir seraya menenteng handuk menuju kamar mandi. Terlalu lesu dan gontai membuka langkah kaki.

Tak berapa lama, Banyu keluar dari kamar mandi. Dia jauh lebih cepat menuntaskan aktivitas mandinya dari hari-hari biasa. Meskipun mandi dengan air hangat, nyatanya dia merasa dingin yang luar biasa kembali merayapi sekujur tubuhnya.

"Bajunya udah aku taruh di atas ranjang." Terra memberitahukan Banyu tanpa berani mengangkat kepala. Dia memilih berpura-pura sibuk menata pakaian Banyu ke dalam lemari.

"Oke!" jawab Banyu secepat kilat menyambar pakaian yang sudah disiapkan Terra untuknya. Sweater dan celana training pilihan Terra tampaknya sudah cukup untuk menghalau serangan dingin yang menyergap. Namun, di luar harapan, ternyata pemikiran Banyu salah. Sweater lengan panjang turtleneck itu masih tak mampu memberi kehangatan dalam waktu singkat.

Dengan terburu Banyu membenamkan diri di bawah selimut. Terra yang melihat hal itu, semakin merasa bersalah saja. Dia lalu menghentikan aktivitasnya dan mengekor Banyu ke arah tempat tidur. Tumpukan baju Banyu dia biarkan saja tergeletak di depan lemari. Dia masih bisa melanjutkan pekerjaan itu nanti.

"Banyu ... maaf," mohon Terra sekali lagi. Dia berada tepat di sisi Banyu, membantu lelaki itu menaikkan selimut hingga ke bagian dada.

"Udah dibilangin dari tadi, aku gak papa. Cuma masuk angin biasa aja." Banyu membenahi posisinya. Tubuhnya bersandar pada tumpukan bantal, mencari posisi ternyaman.

"Udah dibilangin juga, gak usah mandi. Masih aja ngeyel. Ini, nih, akibatnya!" sungut Terra meraba kening Banyu. Dia menarik napas lega karena suhu tubuh Banyu memang tidak sepanas tadi pagi.

"Cuma kedinginan, Ra."

Terra berdecak karena Banyu begitu keras kepala. "Kepalanya gak pusing lagi?"

Banyu menggeleng pelan, berusaha tampak baik-baik saja. "Kan, tadi udah minum obat," jawabnya tersenyum lembut pada Terra.

From Friendsweet To Chocolova Sweet Couple ✅ (Terbit : Beemedia Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang