Lingerie dan Banyu di Vmale Secret

72 15 2
                                    

Seminggu berlalu dalam kebekuan. Terra dan Banyu seolah terlampau nyaman dengan kebisuan. Mereka memang tidak bermusuhan, tetapi tidak juga terlibat obrolan.

Tidak ada sikap manja maupun senyum manis yang Terra berikan untuk Banyu. Tidak ada lagi canda dan keusilan Banyu yang membuat Terra cemberut atau pun marah.

Terra menenggelamkan diri dengan segudang kesibukan di luar rumah. Semua dia lakukan demi meminimalisir pertemuan dengan Banyu. Bukan dia membenci, tetapi hanya menjaga jarak. Dia tidak mau terbebani jika suatu saat mereka harus berpisah. Mereka masih bisa menjadi saudara nantinya.

Banyu sendiri semakin terkesan tak acuh. Mereka hidup di bawah satu atap, dalam satu bilik bernama kamar tidur, tetapi teramat jarang berinteraksi. Saat dia merebahkan diri di atas tempat tidur, saat itu juga Terra berbalik memunggungi. Banyu merasa Terra semakin sulit disentuh. Sikap Terra yang dingin membuat Banyu perlahan mengurai jarak. Dia ingin memberi Terra waktu untuk sendiri. Paling tidak, sampai dia memiliki kesempatan untuk mempertegas hubungan mereka di depan Mo. Selain itu, dia masih bingung bagaimana menjelaskan kepada Terra siapa Mo yang sebenarnya dan bagaimana hubungannya dengan Mo tanpa mengumbar aib sahabatnya itu.

"Gercep banget kamu. Udah ngumpul skripsi aja. Padahal jadwal wisuda masih tiga bulan lagi, loh, Ra." Ocha bersandar pada punggung kursi berbentuk kepala kucing warna soft pink. Perutnya begah akibat terlalu penuh dengan makanan. Dia sama sekali tidak membuang kesempatan begitu mendengar kata 'traktiran'. Suara sendawa mengudara tanpa bisa ditahan.

"Makin cepat makin baik, 'kan? Biar cepat santai. Lagian, aku gak ada kerjaan di rumah. Revisi juga gak banyak, jadi buat apa mengulur waktu?" Terra meminum milkshake cokelat dari gelas tinggi. Matanya mengedar ke sekeliling kafe bertema Hello Kitty tempatnya menghabiskan waktu sore hari bersama Ichi dan Ocha.

"Kalo gitu, besok abis dari kampus kita main ke rumah kamu lagi, Ra. Buat belajar masak season dua." Ichi membuang gumpalan tisu ke atas meja. Ponsel dalam genggaman dia letakkan dalam backpack andalannya.

"Siip. Biar rumah keliatan bernyawa. Abisnya sepi banget, sih! Berasa kayak di kuburan aja. Bikin males di rumah jadinya."

"Eh, omong-omong, Kak Banyu gak bakal marah, 'kan? Udah sering ditinggal buat ngurus kuliah, terus ditinggal ngemol. Sekalinya kamu di rumah, malah ngundang gerakan pengacau keamanan. Kapan coba waktunya buat berduaan?"

Terra menggeleng cepat. Tawa sumbang lolos dari celah bibirnya sebelum dia menjawab, "Banyu sibuk. Dia pulang larut malam." Itu pun kalo ingat pulang. Dia terlalu sibuk di luar.

"Kalian pasangan pengantin baru, kok, kayak gak ada panas-panasnya? Yang satu sibuk ngurus skripsi, satu lagi sibuk kerja. Rencana mau pergi hanimun juga kayaknya gak ada," celetuk Ocha.

"Namanya juga kejar target, 'kan, Ra." Ichi menengahi, tidak ingin menggiring Terra pada prasangka buruk terhadap Banyu.

Sebenarnya Ichi merasa ada yang tidak beres. Kejanggalan dalam rumah tangga Terra dan Banyu terlalu jelas di matanya. Hanya saja, pantang baginya untuk bertanya lebih jauh jika Terra tidak membuka mulut lebih dulu. "Semua pasti diusahakan selesai sebelum acara resepsi kalian digelar. Aku dengar dari Tante Ratih, kalian bakal ngadain resepsi bulan depan."

Terra mengedikkan bahu tak acuh. Segaris senyum membayang di bibirnya yang dipoles liptint nude. "Semuanya Mama yang atur. Kami tinggal terima beres aja," sahutnya tanpa rasa. Matanya menerawang hampa. Rumah tangganya mungkin saja tidak akan berjalan sejauh itu.

"Abis ini kita jalan-jalan ke mana?" Ichi mengalihkan topik begitu melihat wajah Terra berubah murung. "Kita ke Girly, yuk! Aku mau cari aksesoris," sambungnya memberi usulan.

From Friendsweet To Chocolova Sweet Couple ✅ (Terbit : Beemedia Publisher)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang