02

138 52 24
                                    

Dirga Raphael Antonio

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dirga Raphael Antonio

BAGIAN DUA

Kalian cuma ngabisin waktu dan tenaga yang berharga buat hal yang nggak ada gunanya.

***

"Dean, lo tahu nomor teleponnya Dasha, nggak?" tanya Langga.

"Nggak," balas Dean lalu kembali fokus pada play station-nya yang ia mainkan bersama Dirga di kamar Langga.

Langga sendiri merebahkan dirinya di atas ranjang, dan kali ini tidak ikut andil dalam permainannya di layar televisi.

"Cariin dong," pinta Langga.

"Gocap, ya."

"Ah elah, harga temen, kek!" cibir Langga.

"Gocap mana muat, kalau bisa lebih, lah," komentar Dirga datar.

"Kalian ini ngedukung gue buat deket sama Dasha nggak, sih?" Langga bangkit dari posisinya lalu menatap kedua temannya dengan sorot mata kesal.

Dean mau pun Dirga tetap fokus pada permainan, lalu menjawab kompak, "Nggak."

"Teman macam apa kalian ini," cibir Langga lalu menjatuhkan punggungnya pada ranjang. "Gue belum cinta sama Dasha, tapi gue penasaran sama dia. Kemarin pas kenalan, dia kayak bilang kalau cinta itu dibuktiin dan bukan lisan doang."

"Curhat?" tanya Dean dan Dirga bersamaan.

Langga yang kelewat kesal langsung melempar kedua bantalnya pada Dean dan Dirga.

Keduanya sama-sama tidak rela, hingga perang bantal tidak elit pun terjadi. Kemudian setelah berjalan beberapa menit, ketiganya berbaring bersamaan di atas karpet. Kelelahan.

"Langga," panggil Dirga.

Langga menggumam tak jelas sebagai jawaban.

"Karena gue temen yang baik, gue doain semoga lo gagal dapatin Dasha, ya."

"Asem!"

"Lagian Ga, lo cari tahu dulu kalau lo beneran jatuh cinta apa nggak," komentar Dean. "Kalau cuma penasaran doang, kasian anak orang."

Langga tak membalas. Cowok itu tak benar-benar mencintai Dasha, melainkan hanya penasaran. Wajahnya yang dingin itu membuatnya tertarik untuk mendekat. Lalu kalau sudah dekat?

***

"Dasha!" panggil Langga sambil menghampiri Dasha yang berjalan menuju ruangan kelasnya.

Koridor kelas sepuluh pagi ini ramai dipenuhi siswa, meski bel masuk sebentar lagi akan berbunyi, mereka tetap pada posisi.

Believe [COMPLETE]Where stories live. Discover now