24. Air Putih

26 3 0
                                    

Kamu kayak air putih. Dingin dan jernih.

♡♡♡

Batu

Sya itu kayak air putih.

Batu

Dingin, hambar, jernih. Polos banget wkwkk

Anda

Ehhh kok gituuu 😶

Anda

Tapi kalau air putihnya disandingin sama air sirup, pasti yang bakal kepilih itu air sirup

Batu

Yang pasti gak ada orang yang bosen buat minum air putih 😊

Ia bilang aku adalah si air putih. Begitu polos, jernih, begitu mudah ditebak, dan begitu hambar.

Perumpamaan yang cocok sekali denganku, kurasa. Aku memang tidak se-menarik orang lain yang ada di sekitarnya, aku cenderung kaku ... dan begitu serius. Sama sekali tidak menarik hati.

Lalu dia menerima datangku dengan hati lapang, membuatku yang kaku mencoba keluar dari zona nyaman. Berusaha terlihat menarik demi dapat dilihat olehnya, meski aku harus berulang kali mencoba. Tak apa, aku takkan menyerah untuk mendapat secuil dari perhatiannya.

Dan kurasa takdir sedang berbaik hati padaku.

Inginku terkabulkan, aku dilihat olehnya meski tak diberi kesempatan untuk memiliki dirinya.

Tapi sekali lagi ku katakan; tak apa.

Ini saja sudah cukup untukku.

Mendambanya diam-diam, mendoakan dari jauh atas apa yang terbaik untuknya. Itu lebih dari cukup bagiku.

Cukup seperti ini saja, meski aku tak tahu kami akan berakhir bagaimana.

***

Aku menghela napas. Jam pertama di kelasku kosong hari ini, membuat keadaan kelas semakin rusuh. Memilih untuk belajar pun barangkali bukan keputusan yang bagus karena tentu saja, siapa yang tahan untuk tetap fokus belajar di saat keadaan sekitar seperti medan perang yang baru saja pecah?

Ah, aku sudah berada di akhir semester. Banyak orang yang sibuk di sekolah. Guru-guru sibuk mendata nilai, siswa sibuk mengisi kekosongan nilai, juga persiapan untuk ujian akhir. Macam-macam, semua orang seperti sibuk dengan diri sendiri.

Saat ini aku punya banyak waktu luang sebab nilaiku mencukupi hingga tak perlu mengulang atau mengejar tambahan nilai. Aku sangat bersyukur untuk itu namun sayangnya karena itu juga aku mudah merasa bosan di sekolah. Tak banyak yang bisa kulakukan. Datang, duduk, ke kantin, belajar sebentar yang sebenarnya tidak terlalu efektif karena hanya membahas bab terdahulu atau mendata siswa yang nilainya tidak mencukupi.

Itu saja. Membosankan memang.

Kak Wafi juga tak membalas pesanku sejak semalam. Sepertinya ia sedang sibuk atau entahlah. Percakapan kami berhenti begitu saja tadi malam, pesan yang mengatakan bahwa aku itu seperti air putih.

Aku tersenyum diam-diam saat mengingatnya.

Kak Wafi itu seperti kotak pandora bagiku. Ada banyak hal tak terduga di dalamnya, dan aku merasa tak pernah siap untuk itu.

"Sya dengerin apa?"

Aku menoleh dan melepas salah satu earphone-ku saat Nadia datang dengan membawa beberapa buku.

52 Reasons Why I Love You [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang