7. Pacaran?

13.3K 1.6K 22
                                    

الابتعاد عن المعاصي أخف من تحمل ألم الندم.
Menjauhi dosa itu lebih ringan daripada menanggung rasa sakit dari sebuah rasa penyesalan.

¶¶¶

Khalisa mengecek handphonenya, sudah tertera pukul 21.34 pm dan dirinya masih berada di rumah Abi.

Jangan salah paham dulu! Mereka bukan hanya berdua, tapi Adelia, Surya dan Farel juga bersama mereka. Ibu dan juga adik perempuan Abi, juga ada di sana.

Khalisa tidak terbiasa tidak ada di rumahnya pada jam segini. Ia sudah berapa kali mengecek handphonenya untuk melihat jam.

"Astaga, gue kayaknya harus pulang duluan. Adik gue tiba-tiba aja sakit dan sekarang adik gue di rumah sakit." Suara histeris itu berasal dari Adelia setelah membaca pesan dari mamanya.

"Yaudah, lo pulang aja Del! Biar kita yang lanjutin tugasnya," balas Abi.

"Terus aku pulangnya nanti sama siapa dong?" tanya Khalisa. Memang, saat berangkat ke rumah Abi, Adelia lah yang menjemput gadis itu ke rumahnya.

"Aduh Sa, sorry banget ya. Soalnya kasian ibu gue sendirian di rumah sakit. Lo pulang nanti sama Abi aja ya," balas Adelia. Khalisa hanya menghela napas pasrah mendengarkan perkataan gadis itu.

Adelia beralih menatap Surya dan Fendi. "Sur, Fen! Gue duluan ya. Bye!" lanjutnya dan langsung melangkah untuk pulang.

***

Aroma tubuh Abi sangat tercium jelas oleh Khalisa karena saat ini Abi sedang memunggungi dirinya dengan jarak yang hanya beberapa centi. Tidak! Khalisa harus menguatkan imannya, ia tidak boleh merasa senang berada dalam jarak sedekat ini.

Tapi jujur, Khalisa sangat merasa senang.
Khalisa menggulung keras memikirkan semua itu. Itu tidak pantas. "Astaghfirullah!" sentaknya.

Sepertinya cowok di depannya saat ini, tidak mendengarkan dirinya karena kebisingan malam di jalanan ibu kota. Untung saja, Khalisa sempat membawa jaket tebal sehingga tubuhnya merasa hangat.

Awalnya Khalisa menolak untuk diantarkan pulang oleh Abi. Tapi Khalisa tidak mampu menolak saat ibu pria itu yang menyuruhnya karena merasa khawatir.

Selama perjalanan, mereka berdua sama sekali tidak saling bicara. Entahlah, mungkin mereka berdua sedang sibuk dengan pemikiran masing-masing.

Tiba-tiba saja, motor yang dikendarain oleh Abi berhenti mendadak. Membuat kepala Khalisa refleks mengenai leher bagian belakang laki-laki itu.
"Awh!"

"Eh maaf Sa, kayaknya ban motor aku kempes deh. Aku cek dulu ya."

Khalisa mengangguk mendengarkan perkataan Abi, ia lalu turun terlebih dahulu baru kemudian Abi.

Khalisa sudah dapat memastikan, pasti saat ini sudah lebih dari jam sepuluh. Orangtua nya pasti merasa khawatir.

"Iya Sa, ban belakang aku kempes. Soalnya ada paku. Maaf ya," ujar Abi.

"Astaghfirullah, terus ini gimana?!"

"Maaf," lirih Abi.

Astaghfirullah, Fuckboy Husband! [END]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ