PROLOG

11.4K 525 16
                                    

"Kinan nggak mau, Sar. Alasannya tetap sama. Dia nggak mau jadi yang kedua. Dia takut dianggap perebut. Padahal sudah panjang lebar aku jelaskan, kamu nggak keberatan. Tapi dia tetap berkeras nolak. Kesimpulannya, dia nggak mau berbagi. Bingung rasanya aku."

Sarah menyisirkan jemarinya pada rambut tebal Genta yang kini berada di pangkuannya. Suaminya ini tengah kalut usai mendapat penolakan dari perempuan yang menjadi cinta dalam hidupnya selama ini.

"Kita juga nggak bisa bercerai. Kamu sudah terlanjur hamil. Lagi pula aku nggak mau anakku tumbuh dari keluarga yang nggak lengkap."

Jantung Sarah bak dihantam bom, tak percaya dengan apa yang barusan didengar. Jadi kalau saat ini ia tidak berbadan dua, Genta berniat ingin menceraikannya. Ya Allah, sakit sekali rasanya meski ide gila itu tercetus dari otaknya sendiri.

"Aku nggak habis pikir, bisa-bisanya Mama jodohin kita. Maksa pula!" ujar Genta kala itu.

"Yaudah sih kita turutin aja. Seenggaknya biar Tante Marisa seneng. Kalau nanti nggak cocok tinggal cerai. Hidup nggak usah dibikin ribetlah, Gen!"

Genta melotot. "Sembarangan! Trus kalau kamu hamil gimana? Aku nggak mau ya punya pengalaman payah jadi ayah yang nggak bertanggung jawab."

"Kalau hamil ya nggak jadi cerai. Kita lanjut."

"Trus gimana dengan Kinan? Otakmu kadang-kadang emang suka geser ya, Sar! Nggak paham aku sama jalan pikiranmu."

Sarah mengibas. "Kamu bisa menikahi Kinan, aku nggak masalah."

"Kamu mungkin nggak masalah, tapi Kinan, mana mau dia berbagi."

"Aku cuma nggak mau ribet, Gen! Mamamu udah terlalu baik sama aku. Aku udah nggak punya siapa-siapa di dunia ini. Aku beruntung banget Tante Marisa mau merawatku seperti anaknya sendiri. Aku nggak bisa nolak. Caraku membalas budi ya dengan menuruti semua yang Tante Marisa mau."

Saat itu, Sarah mengira kesanggupannya menerima perjodohan adalah hal yang sederhana. Sehingga ia tak pernah memperhitungkan bagaimana kelak hatinya di kemudian hari. Baginya menikahi Genta semudah menjentikkan jari, karena selama ini Sarah memang menyayangi Genta layaknya seorang sahabat. Belasan tahun tinggal satu atap di bawah asuhan orang tua yang sama, perasaan saling menyayangi itu tumbuh, lebih pada perasaan sebagai sahabat dan saudara. Tapi entah mengapa seiring berjalannya waktu, dengan status mereka yang berbeda, perubahan pun ikut dirasakannya. Perasaan yang selalu Sarah kesampingkan karena baginya takkan pernah terjadi, belakang ini lebih sering muncul. Sarah tak punya nyali hanya sekedar untuk mengartikan. Cinta kah? Cemburu kah?

Haram bagi Sarah memiliki perasaan ini. Ia tak ingin membenci Genta hanya karena cintanya yang tak terbalas. Niat awal pernikahannya terjadi karena permintaan ibu angkatnya. Sarah tak ingin balas budinya menjadi tak berarti.

"Kayaknya aku naksir Kinan deh, Sar!" ungkap Genta di suatu sore, usai keduanya bersepeda bersama.

Sarah menyeruput jus melon, sebelum menolehkan kepala pada lelaki di sebelahnya. "Kinan siapa?"

"Anak baru."

"Oh, sekelas sama kamu, anak IPA ya mana ku tahu!"

"Cantik banget, Sar. Tapi juteknya minta ampun."

"Dia anaknya Pak Handoyo, kan? Pindahan dari Bandung."

Pak Handoyo adalah salah seorang dari pemilik yayasan tempat Sarah dan Genta bersekolah.

"Kok kamu tahu?" selidik Genta.

"Gosipnya gitu, dari anak-anak. Dia dipindah karena ketahuan pacaran sama gurunya." Sarah mengurangi nada suara di ujung kalimatnya.

Genta menggeleng remeh. "Gosip itu! Dia cantik, jelas banyak yang naksir. Kayak nggak ada yang lain aja sampai mau sama om om. Nggak masuk akal banget."

Sarah hanya mengendikkan bahu. Memang gosipnya seperti itu, mengapa harus tak masuk akal? Ternyata jatuh cinta mampu menendang akal sehat seorang Genta Prambudi.

Dulu saat mendengar nama Kinan disebut, dielu-elukan oleh Genta karena keelokan raganya, akan dengan senang hati Sarah menanggapinya tanpa beban. Sangat menyenangkan saat kamu bisa menjadi pendengar yang baik untuk sahabatmu. Tapi mengapa sekarang terasa sangat menyesakkan mendengar suami sendiri memuji kelebihan wanita lain. Hati Sarah bak diremas oleh duri.

Belahan Jiwa (TAMAT)Where stories live. Discover now