🌱Bab. 19 - Dora Mati🌱

94 27 157
                                    

Gada bacotan ya lagi kehabisan stok😐😐

"Pergi lo! Pergi lo!" Dori melempar-lempar wajan, panci, cobek, mangkuk, piring, sendok, gayung, dan lain-lain ke arah Dora---adiknya tersayang yang terlahir dari rahim yang sama, dari seorang ibu yang teramat cantik hasil hubungan cintanya dengan...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Pergi lo! Pergi lo!" Dori melempar-lempar wajan, panci, cobek, mangkuk, piring, sendok, gayung, dan lain-lain ke arah Dora---adiknya tersayang yang terlahir dari rahim yang sama, dari seorang ibu yang teramat cantik hasil hubungan cintanya dengan sang ayah yang teramat tampan juga bernama Choi Siwon.

Dora melindungi kepalanya dengan tutup panci supaya kepalanya yang berharga itu tidak gegar otak dikarenakan lemparan barang-barang dapur obralan yang dibeli Dori dari pedagang kaki empat yang keliling kompleks pakai mobil itu. "Aduh, Kak Dori. Apa-apaan sih ini? Jangan lempar-lempar terus, dong!"

"Biarin aja! Lo nggak nyadar kalo sekarang ini gue lagi marah, hah?! Ngapain lo make beha gue segala? Lo kira itu beha murah yang dibeli dari pasar kayak yang lo lakuin selama ini?! Itu beha impor tahu? Gue belinya langsung online dari Korea."

Dora menurunkan pelindung kepalanya yang tak lain adalah tutup panci, dan menatap mesra ke arah Dori---kakaknya tercintrong itu. "Hah? Beha? Beha yang mana, Kak?"

"Itu beha motif kotak-kotak yang ada gambarnya Lee Min Ho artis paporit gue."

"Oh, yang itu." Dora baru ingat. "Iya, gue emang pinjem sebentar soalnya beha gue kagak kering semuanya, Kak. Kak Dori kan tahu kalo beberapa hari ini hujan nggak reda-reda. Ya beha gue basah semuanya."

"Basah gimana? Kayaknya lo punya beha banyak banget? Dua kamar tuh isinya beha obralan lo semua, lo kira gue bakal percaya gitu aja?" Dori melempar garpu ke arah Dora dan kali ini sukses mengenai kepala Dora. Segerombolan kutu terbang-terbang dari rambut Dora.

Sebuah cengiran manis nan manja terukir di relief Candy Borobudur---maaf terukir manis di bibir Dora yang tipis nan merah itu, sebuah tanda V berhasil dibuat dengan jari tangannya. "Sorry, Kak. Kakak kayak nggak tahu aja, kalo beha gue selain gue pake sendiri juga gue loakin ke pasar loak. Lumayan kan, bisa buat ngirit uang bulanan. Tapi MASALAHNYA, Kak ....

"Udah sebulan ini pembeli sepi, Kak. Nggak ada yang beli beha gue, makanya beha gue yang dua kamar itu gue gadein aja buat biaya sekolah gue. Jadi gue kehabisan beha, makanya minjem beha Kakak." Dora dramatis.

Apapun alasan Dora tidak akan bisa meredakan amarah Dori yang semakin menjadi-jadi dan sudah terlanjur memanas itu. Keduanya sama-sama koleksi beha untuk kepentingan masing-masing dan Dori tidak akan menerima penjelasan apapun dari mulut Dora.

Di puncak kemarahannya itu, Dori mengambil sesuatu dari dalam laci meja. Sebuah benda bulat gepeng yang langsung dilemparkannya ke arah Dora. Dan ....

BUAGGHHHHH ....

Dengan kepala tanpa perlindungan apapun, benda bulat gepeng nan gede itu pun mengenai kepala Dora dan Dora pingsan seketika dengan mulut menganga dan mata melotot.

Dori melotot, ketakutan, kepanasan, kedinginan, kegemetaran, kecemasan, dan ke-ke lainnya, bukannya panik melihat Dora yang pingsan tapi melihat benda gepeng bulat yang tadi dia lempar. "DAKOOOO ....!!!" teriaknya histeris.

Dunia Rendra (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang