PROLOG

53 3 0
                                    

This is my first story. Happy reading guys!

🐥

"Arvind, lagi ngapain?" tanya Kei. Gadis berwajah cantik itu berjongkok disebelah Arvind. Gadis dengan mata sedikit berwarna biru, bibir mungil dan tipis, bulu mata lentik dan kulit pipi nya yang merah merona membuat Kei terlihat jauh sangat cantik dari pada gadis seumurannya.

"Kei jangan omongin ini ke Bunda sama Ayah ya, Arvind mau kubur burung ini dulu. Dia mau mati." jawab Arvind. Padahal, burung itu belumlah mati. Hanya saja sayap dan kakinya patah dan mengeluarkan darah. Dan Arvind berasumsi kalau burung itu akan segera mati.

"Tapi kalau diobati burung itu pasti sembuh, Vin." ujar Kei. Gadis yang tengah memeluk boneka teddy bear itu menatap burung pipit yang masih terlihat sedikit bergerak gerak.

"Nggak mau! kelamaan. Nanti burungnya tersiksa." dengan sadisnya, Arvind memasukkan burung itu kedalam lubang yang ia buat dan menutupnya menggunakan tanah.

"Udah lah, Arvind mah susah dibilanginnya. Burung itu belum mati, kenapa dikubur?!" tanya Kei kesal. Gadis kecil itu bangkit lalu berjalan meninggalkan Arvind sendiri.

Arvind yang sadar kalau Kei sedang marah langsung mengejarnya dan mencekal tangan Kei hingga Kei berhenti. Dia memeluk Kei erat, tidak peduli pada kedua tangan dan bajunya yang kotor.

"Kei.. hiks.. jangan pergi. Kalau Kei pergi, Arvind sama siapa?" tanya laki laki itu yang sekarang sudah terisak. "Jangan tinggalin Arvind."

🐥

Ini baru kilasan masa lalu aja. Cerita utama ada di part satu. Jadi, kalian tunggu yya ^-^

Childish but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang