Part 1

47 2 0
                                    

Happy reading!

-

Arvind menyeringai saat melihat korbannya sekarang terpojokan. Laki laki itu mengeluarkan sebuah tang yang entah dari mana ia dapatkan. Korban ketiga bulan ini yang entah kenapa belum membuat Arvind merasa puas.

"Sebenarnya sih kamu ga punya salah apa apa. Hanya saja, kamu punya beban. Jadi, aku akan meringankan bebanmu." ujar Arvind. Dia menarik tangan wanita itu dengan kasar, meletakkan ujung tang ke kuku wanita itu. Dalam sekali tarikan, kuku panjang wanita itu terlepas.

Wanita itu berteriak keras karena merasa sakit. Arvind tidak peduli, dia masih mencabuti kuku yang ada di jari wanita itu hingga disemua jarinya tidak ada lagi kuku yang tersisa. Hanya ada darah segar yang mengucur dengan deras.

"Bebanmu adalah kamu itu anak dari keluarga yang kurang mampu tapi kamu ingin hidup kaya agar bisa berfoya foya," laki laki itu meletakkan tang disebelahnya dan mengambil pisau lipat dari saku jaketnya. "Seharusnya kamu bersyukur karena masih bisa hidup sampai sekarang!"

Arvind menggores tangan wanita itu membentuk sebuah pola bunga dan kata 'MATI' disana. Arvind sangat menyukai teriakan korbannya yang mengalun indah ditelinganya. Beruntung Arvind menggunakan sarung tangan agar saat dia meninggalkan korban itu keberadaannya tidak akan ada yang tau. Arvind juga menuliskan tanggal ia membunuh korbannya.

"Kedua tanganmu cantik" gumam Arvind. Dia melihat kedua tangan wanita itu yang berlumuran darah.

"Bagaimana dengan kepala kamu?" tanya Arvind yang mendapat gelengan dari wanita itu. Dia sudah menangis histeris dan terus berteriak minta tolong tapi tidak ada yang datang untuk menyelamatkannya.

"Kenapa kamu ga jawab?" tanya Arvind. Sepertinya wanita itu sangat takut sampai sampai yang bisa ia lakukan hanya berteriak.

"Baiklah baiklah. Sepertinya kamu udah ga sabar." ujar Arvind. Wanita itu menggeleng. Dia memperhatikan Arvind yang menyimpan pisau lipatnya, sekarang malah kembali memegang sebuah tang.

"Aku ga tau ini sakit apa ngga. Tapi kita coba saja," ujar Arvind dengan nada rendah. Dengan satu kali ayunan, Arvind memukulkan tang itu pada kepala korbannya.

Sakit, bahkan sangat sakit sampai wanita itu berteriak keras. Arvind menyeringai
jahat, teriakan dan rintihan rasa sakit dari korbannya tidak membuat Arvind berhenti. Dia malah semakin gencar memukulkan benda keras itu ke kepala korbannya.

Sampai, Arvind berhenti saat sudah tidak mendengar sebuah teriakan lagi. Arvind
bangkit, dia melihat korbannya sudah berbentuk mengerikan. Kepalanya hancur dengan darah mengucur dimana mana.
Beruntung, karena isi kepala tidak sampai terlihat.

"Ah kenapa kamu mati dulu sebelum isi kepalamu terlihat?" tanya Arvind kecewa. Dia menghembuskan nafasnya kasar. Dia bangkit, lalu berjalan meninggalkan wanita itu menuju tempat mobilnya berada. Dia masuk, membersihkan tang itu dengan tissue yang ada dimobilnya.

Arvind memperhatikan wajahnya dicermin. Terlihat kacau karena terlihat banyak darah diwajahnya. "Bagus. Tapi nanti kalo Kei lihat, Kei bisa menjerit lagi."

Arvind mengedikkan bahunya, dia membersihkan wajahnya sampai bersih. Setelah tidak ada darah lagi, Arvind menjalankan mobilnya menuju rumahnya. Dia harus menemui gadisnya.

🐥

Kepala Arvind menengok kekanan dan kekiri sebelum dia membuka kamar milik Kei. Laki laki dengan nama lengkap Devian Arvind Vernando itu memasukkan kunci pintu kamar Kei. Memutarnya sampai pintu itu terbuka.

Arvind tersenyum senang, dia membuka pintu itu perlahan, lalu tubuhnya masuk. Tidak lupa menutup pintunya dan menguncinya lagi. Setelah Arvind berada didalam kamar Kei, laki laki itu bisa bernafas lega karena sudah terbebas dari penglihatan kedua orang tuanya. Ditambah, kamar Kei yang kedap suara membuat Arvind semakin senang.

Mata laki laki itu melihat tubuh Kei yang tengah tertidur lelap dengan dibalut selimut tebal yang menghangatkan. Ditambah, hujan diluar yang baru saja turun membuat udara semakin dingin.

Arvind berjalan mendekat, dia ikut masuk kedalam selimut Kei dengan perlahan. Arvind tersenyum senang, dia memeluk Kei dari depan membuat si pemilik tubuh tersentak karena kaget.

"Arvind? Kenapa kamu ada disini?" tanya Kei. Gadis cantik itu melirik jam yang ada diatas nakasnya. Jam setengah satu pagi.

"Sstt! Arvind mencoba untuk tidur. Arvind cape banget," gumamnya sambil menutup mata. Kepala Arvind menyeruak ke leher Kei.

"Iya, tapikan kamu punya kamar sendiri, Arvind," ujar Kei. Gadis dengan nama lengkap Keisya Anandhita Vernando itu mencoba menjauhkan tubuh Arvind dari tubuhnya.

Arvind menggeleng "Ngga mau! Arvind mau tidur disamping Kei!" bantah laki laki itu sambil mengeratkan pelukannya pada tubuh Kei. "Nyaman."

Kei menghela nafas. Sebenarnya dia juga
tau kalau dirinya bukan adik kandung Arvind. Diluar sana, mereka mengenal Arvind dan dirinya adalah saudara kembar walaupun aslinya bukan. Wajah mereka yang sedikit mirip membuat mereka yakin kalau Arvind dan Kei itu saudara kembar.

Tapi, sikap Arvind yang terlalu manja dan posessive pada Kei membuat mereka harus berfikir dua kali, apakah Arvind dan Kei benar benar saudara kembar?

Gadis cantik berusia 18 tahun itu mendadak buyar lamunannya saat dengan sengaja Arvind mencium lehernya. "Arvind apa yang kamu lakukan?" tanya Kei. "Jangan begini, Arvind!"

Laki laki itu langsung menjauhkan wajahnya, matanya berubah sendu dan berkaca kaca membuat Kei jadi merasa bersalah. Dia paham kalau maksud Arvind melakukan ini karena laki laki itu tau kalau mereka bukan saudara kandung. Tapi, Kei sekarang sudah menjadi bagian dari keluarga Vernando. Itu berarti Arvind tidak bisa melakukan itu padanya.

"Kita saudara, Vind. Kamu ga boleh seperti ini." Kei mencoba berbicara dengan nada halus yang sepertinya sia sia saja.

Mata Arvind berair, bibirnya bergetar, Kei yakin, sebentar lagi Arvind akan menangis. Kei merutuki kebodohannya dalam hati, dia sudah membuat anak sulung keluarga Vernando sedih. Sebelum laki laki itu benar benar menangis, Kei memeluk kepala Arvind. Menyenderkan wajah Arvind didadanya.

"Oke oke maafin aku. Kamu boleh tidur disini," ujar Kei pasrah. Wanita itu menghela nafas sambil mengelus punggung dan kepala Arvind.

Diam diam, Arvind tersenyum kemenangan. Dia senang karena Kei tidak akan bisa apa apa jika dirinya menangis. Biarlah Arvind dikatakan brengsek karena mencintai gadis yang sekarang sudah menjadi adiknya. Menurut Arvind, Kei itu bukan adiknya. Tapi, gadisnya. Hati Arvind pada wanita lain beku sejak bertemu dengan Kei.

Arvind tidak bisa menyukai wanita lain selain Kei. Tidak bisa karena sedari kecil, dia sudah menyukai Kei. Dan Kei hanya miliknya. Sampai kapanpun itu, Kei akan tetap jadi miliknya. Tidak boleh ada yang merebut gadis itu darinya.

Laki laki itu mempererat pelukannya pada tubuh Kei. Yang Arvind rasakan saat ini adalah hangat dan nyaman. Arvind akan merasa nyaman saat berada didekat Kei.

Mungkin, dalam keadaan apapun Arvind akan selalu merasa nyaman didekat Kei. Mungkin, waktu yang akan datang, Arvind akan bilang pada kedua orang tuanya kalau dirinya mencintai Kei. Tapi, untuk saat ini dia harus bisa membuat Kei percaya padanya. Tapi, kalau tidak bisa, Arvind akan memaksa Kei sampai gadis itu menjadi miliknya.

"Ya, karena sampai kapanpun, Kei tetap akan jadi milik Arvind. Ga boleh ada yang milikin Kei selain Arvind." batin laki laki itu sambil menyeringai tipis.

🐥

Gimana gimana? Brengsek banget kan?😹

Yang suka sama ceritaku, tinggalkan vote dan komentar yya. Tenang aja, Arvind aslinya romantis kok😽

Childish but PsychoWhere stories live. Discover now