Part 4

30 1 6
                                    

Ngga semua kebahagiaan dan kesedihan harus diumbar.

-

"Kei yang nyetir. Arvind ga mau" ujar Laki laki itu sambil bersedekap dada, Kei bingung sendiri, dia mau mau saja
menyetir. Tapi, kemampuannya belum
terlalu bagus Dia akan menjalankan
mobilnya dengan sangat pelan. Kei melirik
jam yang melingkar ditangan kirinya. Jam tujuh kurang dua puluh menit

"Arvind."

Laki laki itu menggeleng, dia mengerucutkan bibirnya. Dia malas untuk membawa mobil. Kei menghela nafas akhirnya dia mengangguk Arvind tersenyum lebar, laki laki itu langsung masuk kedalam mobil. Duduk disebelah kursi kemudi.

Kei hanya bisa menghela nafas, dia masuk
kedalam kursi kemudi. Menjalankan
mobilnya dengan hati hati karena takut
menabrak. Dia tidak mau mati mendadak
hari ini.

Akhirnya, jam tujuh kurang dua menit, Kei
sampai disekolah dengan selamat. Sedari
perjalanan jantung Kei berdegup kencang
karena takut.

Mereka berdua keluar dari mobil, berjalan bersama sama menuju kelas mereka. Seperti biasa, saat sampai dikelas, Arvind akan duduk disebelah Kei. Menatap tidak suka pada murid laki laki yang menatap Kei kagum

"Gue punya pengumuman, Bu Hesti ga masuk hari ini. Dan ga ninggalin tugas.
Jadi, dua jam kedepan kita kosong" seru Arka, sang ketua kelas. Kelas langsung heboh saat mendengarnya, mereka senang karena terbebas dengan pelajaran Fisika, Kei yang mendengar itu hanya menggeleng tau begini lebih baik tadi dia tidak buru buru.

Gadis itu mengeluarkan kotak makan yang sengaja ia bawa karena dia maupun Arvind tidak sempat makan.

"Sarapan dulu. Kita belum sarapan kan," ujar Kei sambil membuka tutup kotak bekalnya.

"Suapin." Arvind menatap Kei sambil tersenyum manis.

Kei menggeleng "Ini disekolah, Arvind. Jangan aneh aneh." Mata Arvind berkaca kaca mendengar ucapan Kei, bibirnya bergetar. Kei gelagapan melihat Arvind yang hampir menangis. Kei mengangguk cepat membuat Arvind kembali tersenyum.

Akhirnya, Kei menyuapi Arvind dengan telaten. Dia menulikan pendengarannya
saat teman teman sekelasnya mulai
membicarakan dirinya dan Arvind. Kei juga mengenyampingkan rasa malunya sekarang. Daripada melihat Arvind menangis malah membuat Kei bertambah malu.

🐥

Tidur Kei terusik saat dia merasakan
seseorang tengah menciumi lehernya.
Perlahan, dia membuka matanya dan
matanya membulat saat melihat Arvind yang melakukannya.

"Arvind! Apa yang kamu lakukan?" gadis
itu mendorong tubuh Arvind menjauh. Mengambil bantal untuk menutupi tubuh
bagian atasnya.

"Ngelakuin hal yang menyenangkan." jawab Arvind enteng tanpa merasa bersalah sedikit pun. Laki laki itu berniat mengambil bantal yang Kei gunakan untuk menutupi tubuhnya.

"Jangan lakuin itu, atau aku akan berteriak." ancam Kei membuat Arvind tertawa keras. Kei sangat takut sekaligus heran dengan tingkah Arvind sekarang. Apa laki laki didepannya ini stress?

Jantung Kei berpacu cepat saat Arvind mulai mendekatinya, dia memekik tertahan saat Arvind mengambil bantal itu paksa lalu membuangnya sembarang. Dia mendorong tubuh Kei sampai terbaring diatas tempat tidur dengan Arvind diatasnya.

"Arvind, jangan! Kam-"

"Apa? Arvind udah bilang kalau Arvind cinta sama Kei?" tangan Arvind menelusuri wajah cantik Kei. Suaranya yang rendah dan serak membuat Kei sangat takut.

"Arvind cinta sama Kei sejak dulu. Apa Kei ga sadar?" Ucapan Arvind benar benar membuat Kei ingin membenturkan kepala Arvind ketembok.

"Aku adikmu, Vind. Kamu ga boleh cinta sama aku!" Arvind langsung menatap Kei tajam, dia mencengkram dagu Kei membuat gadis itu tidak bisa berbuat apa apa. Tubuh Arvind yang menimpanya membuat dia tidak bisa berkutik sama sekali. Laki laki itu mendekatkan wajahnya ke wajah Kei. Hembusan nafas hangat Arvind membuat Kei takut.

"Peduli apa? Arvind ga peduli kalo kita
saudaraan. Arvind cuman mau Kei!" desisnya lalu langsung mencium bibir Kei rakus. Laki laki itu tidak peduli pada tubuh Kei yang memberontak.

"Arvind!" teriak Kei saat Arvind melepas tautannya begitu juga dengan piyama yang dia gunakan. Air matanya semakin turun dengan deras. Dia tidak menyangka, Arvind akan melakukan ini padanya.

"Jangan lakukan itu, aku mohon, Vind." Kei sudah tidak tau lagi harus berbuat apa. Dia hanya bisa menangis sekarang Meratapi apa saja kesulahannya dimasa lalu.

"Katakan kalau Kei milik Arvind. Maka, Arvind ga akan ngelakuin ini." ujarnya. Dia sudah meloloskan dalaman atas Kei.

Tanpa banyak fikir, Kei mengangguk. "Iya,
aku milik kamu, Arvind." Laki laki itu menyeringai mendengar ucapan Kei.

"Bagus. Kei emang milik Arvind." Arvind bangkit dari atas tubuh Kei, berbaring disebelah Kei lalu memeluknya erat. Dia sudah membuang selimut itu jauh jauh agar Kei hanya mendapatkan kehangatan darinya.

Kei hanya bisa menangis didalam pelukan Arvind. Laki laki itu tidak merasa bersalah
sama sekali setelah apa yang dilakukannya. Kei menggenggam tangannya kuat kuat. Dia benci posisinya seperti ini.

"Jangan menangis atau Arvind lakuin sekarang biar Kei jadi milik Arvind." gadis
itu langsung menghentikan tangisnya saat
mendengar suara tajam Arvind. Dia mengigit bibirnya kuat kuat agar Arvind tidak tau kalau ia menangis.

"Kamu gila, Arvind!" maki Kei dalam hati. Tidak ada yang bisa ia lakukan lagi sekarang.

🐥

Maaf kalo gimana gimana. Walaupun ini masih tahap wajar. Iya ga sih?

Maaf juga kalo pendek banget karena aku ngetik ini pas lagi ga mood dan ga tau mau ngetik apa lagi :(

Kalau suka sama ceritaku, jangan lupa tinggalkan vote dan komentarnya ^-^

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 07, 2020 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Childish but PsychoWhere stories live. Discover now