Part 2

34 1 0
                                    

Gimana gimana? Pada suka?

Happy reading!

-

Dua orang siswa yang tengah berjalan menuju kantin menjadi perhatian. Apalagi, siswa laki laki yang meletakkan tangannya pundak seorang siswi membuat siapa saja yang melihatnya iri. Mereka terlihat sangat serasi dan cocok.

"Arvind, kita diliatin. Emang ga malu apa?" tanya Kei lirih. Dia sudah sangat malu sejak mereka keluar kelas. Terlalu banyak mata yang menatapnya iri secara terang terangan.

"Arvind ga peduli. Yang jelas, Arvind bisa sama Kei." jawab laki laki itu tidak peduli. Dia menarik Kei agar duduk bersama teman teman mereka.

"Lengket banget," cibir Elda. Gadis itu duduk didepan Kei. Teman beda kelas mereka.

Elda, Cindy, Miko, Gevin, Kei dan Arvind adalah teman teman beda kelas mereka. Elda kelas 12 IPA 1, Cindy kelas 12 IPA 3, Miko kelas 12 IPS 2, Gevin kelas 12 IPS 3 dan Kei juga Arvind kelas 12 IPA 2. Jadi, diantara mereka yang satu kelas hanya Kei dan Arvind. Pertemanan mereka terjalin karena awal MPLS dulu. Karena dihukum bersama sama membuat mereka jadi berteman dan berlangsung
sampai sekarang.

Walaupun mereka berteman sudah sangat dekat, tapi mereka tidak tau kalau
sebenarnya Kei dan Arvind bukanlah saudara kandung. Mereka menyembunyikan identitas mereka yang sebenarnya.

"Sirik aja! Makanya punya pacar. Jangan jomblo terus." cibir Arvind yang mendapat
pelototan dari Elda.

"Sialan!" maki Elda. "Ohh lupa. Lo juga jomblo." gadis itu terkekeh kecil. "Jomblo ngomong jomblo."

"Ehh ehh lo pada tau ga?" tanya Miko. Awalnya Arvind ingin membalas ucapan Elda, tapi tidak jadi karena suara Miko.

"Tau apaan?" tanya Cindy, dia sedang menikmati mie ayam pedasnya. Gadis yang suka pedas dan memiliki mulut yang pedas juga.

"Di gang kamboja, ditemukan mayat korban pembunuhan. Serem, njir! Kepalanya hancur, dan itu baru terjadi semalem." ujar Miko sambil bergidik. Dia tidak bisa membayangkan kepala hancur dengan darah yang berceceran.

"Beneran lo? Semalem? Gila! Cowok apa
cewek?" tanya Gevin mulai kepo.

"Cewek. Gue yang denger dari tetangga aja
sampe merinding. Gue jadi takut lewat situ," jawab Miko.

"Heran, kok sekarang banyak banget kasus pembunuhan. Dan anehnya, si pelaku selalu meninggalkan jejak ukiran bunga dan tanggal dibunuhnya." ujar Elda diangguki oleh semuanya.

"Dan gue denger, itu udah korban ketiga
bulan ini. Itu psikopat ga ada puas
puasnya sama sekali," Miko meminum gelas berisi es teh miliknya. Cowok tinggi yang mempunyai kulit putih.

"Psikopat ngga bakal ada puasnya, Ko. Ngga ada yang bisa nyembuhin mental mereka kecuali dari diri sendiri. Dan dari orang yang mereka cinta." ujar Cindy, dia meletakkan sendok yang tadi ia gunakan keatas mangkuk. "Itu sih yang gue tau dari film."

"Lagian apa sih enaknya membunuh?" tanya Kei, dia menopang wajahnya menggunakan tangan kanannya. Menatap satu persatu teman temannya.

"Ya gue ngga tau." Gevin mengedikkan
bahunya. "Vind, lo kan suka tuh film film
kayak psikopat atau yang action nya bikin
merinding. Lo pasti tau dong sensasi
membunuh."

Arvind yang awalnya tengah memakan
batagor langsung terhenti. Dia mengernyit
sambil menatap Gevin. "Cuman suka. Lagi
pula, gue ga pernah ngebunuh makhluk
lain. Jadi, gue ga tau sensasinya gimana."

Karakter psikopat yang ada ditubuh Arvind memang sangat terlihat. Pandai berbicara dan menarik perhatian karena parasnya yang tampan. Hanya saja, orang orang terlalu mengagumi ketampanan Arvind sampai mereka tidak sadar kalau pembunuh yang sebenarnya adalah dia.

"Ya siapa tau lo pernah ngebunuh." ujar
Elda. Dia menjauhkan piring yang berisi mie goreng yang sudah habis.

"Pernah," jawab Arvind yang mendapat
pelototan dari teman temannya.

"Berarti lo psiko-"

"Nyamuk sering gue bunuh. Dan sensasinya malah telapak tangan gue yang sakit." potong Arvind yang mendapat dengusan dari teman temannya.

Arvind. Laki laki yang pintar dalam pelajaran maupun raut wajah. Laki laki itu sangat pintar dalam bermain raut wajah. Tidak ada yang tau jika Arvind saat ini tengah berbohong. Ya, Arvind tau kalau yang sedang dibicarakan teman temannya adalah dirinya. Sepertinya dia harus bermain lebih rapih sekarang.

"ARVIND!" teriakan yang begitu melengking itu terdengar diseluruh kantin.
Arvind yang tengah meminum harus berhenti saat mendengar suara dari orang yang teramat ia benci. Bella namanya. Teman temannya biasa memanggilnya dengan sebutan Bellang. Karena Bella memiliki wajah yang sangat putih, tidak kontras dengan lehernya yang sedikit hitam.

"Kok kamu kesini ga nungguin aku sih?"
tanya Bella dengan suara manjanya yang
membuat teman teman Arvind ingin muntah.

"Ga peduli" balas Arvind dingin. Dia tidak
menatap Bella sama sekali.

"Kok Arvind jahat sih sama aku?" tanya Bella. Dia memeluk lengan kanan Arvind.
Laki laki itu menatap Bella tajam, dia
menghempaskan tangan Bella begitu saja.
Dia bangkit, tidak lupa menarik tangan Kei agar ikut bangkit. Arvind berdiri disebelah Bella. Senyum iblisnya terlihat walaupun tipis.

"Tunggu nanti malem jam setengah delapan didepan gerbang sekolah. Gue punya kejutan buat lo." bisik Arvind kelewat lirih disebelah telinga Bella dan hanya Bella saja yang bisa mendengar bisikan Arvind.

Setelah mengatakan itu, Arvind menarik
tangan Kei pergi. Meninggalkan Bella
yang sudah berfikir macam macam. Apa
nanti malam Arvind akan mengungkapkan perasaannya pada Bella? Tapi kenapa harus nanti malam dan disekolah? Bella menggeleng, tidak penting. Yang jelas nanti malam dia akan menjadi milik Arvind.

🐥

"Kei, Arvind mau pergi dulu. Kalo Bunda sama Ayah cariin, bilang aja Arvind lagi ada urusan sama temen temen." ucap Arvind sambil menatap Kei yang tengah tiduran diatas tempat tidur miliknya.

"Emang kamu mau apa sih? Aku ngga
diajak?" tanya Kei, dia bangkit lalu
menyilangkan kakinya. Menatap Arvind
penuh tanda tanya.

"Intinya Arvind ada urusan sebentar." laki laki itu mencium pipi Kei sekilas laku langsung ngacir meninggalkan Kei.

Arvind masuk kedalam mobilnya, menjalankannya meninggalkan rumah
mewah milik Bunda dan Ayahnya. Laki laki itu pergi menuju kesekolah. Tempat janjinya dengan Bella. Sampai, mobil Arvind berhenti sedikit jauh dari sekolah. Laki laki itu melihat Bella yang tengah berdiri sambil melihat jam yang melingkar dipergelangan tangannya.

Arvind menyeringai, jam menunjukan pukul delapan malam. Arvind jamin, sekarang yang akan lewat didepan jalan sekolah akan sedikit. Laki laki itu keluar dari dalam mobil. Tangannya memegang sebuah sapu tangan yang sudah ia campurkan dengan obat bius. Berjalan mengendap endap kearah Bella.

"Ish kemana sih Arvind. Kok ngga dateng
dateng" dengus Bella. Dia menghentak
hentakkan kakinya karena serangga
penghisap darah terus menyerang kakinya. Arvind menyeringai semakin lebar, dia membekap mulut Bella membuat gadis itu meronta tapi hanya sebentar setelah itu tubuhnya melemas karena efek obat bius.

Arvind membuka gerbang sekolahnya dengan mudah, beruntung penjaga sekolah tidak masuk dikarenakarn sakit. Jadi, Arvind bisa melakukan apa saja sesukanya tanpa ketahuan oleh orang lain.
Arvind meletakkan tubuh tidak berdaya Bella didepan pohon besar yang ada dihalaman depan sekolahnya. Dia mengikat tubuh Bella menggunakan tali yang ia bawa. Membekap mulut Bella menggunakan sapu tangan yang sama. Tangannya yang terbalut sarung tangan membuat ia tidak khawatir.

"Baiklah, ajalmu akan segera tiba." Arvind
menyeringai jahat.

🐥

Sedikit banget? maaf yya hhe

Kalau suka sama part ini jangan lupa tinggalkan jejak😽

Childish but PsychoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang