Part 3

30 1 0
                                    

Happy reading!

-

Plak

Sebuah tamparan mendarat mulus di pipi Bella. Arvind tanpa belas kasih menampar pipi Bella berkali kali dan cukup keras. Ini sudah satu jam sampai efek obat bius itu habis. Tapi kenapa Bella belum bangun juga?

Arvind menyeringai saat melihat mata Bella mulai terbuka. Gadis itu membulatkan matanya, dia memberontak berharap ia bisa terlepas. Tapi, harapan hanyalah harapan. Bisa terjadi dan tidak bisa terjadi.

"Ya gue ga mau lama lama. Ada bidadari yang harus gue temui" Bella menggeleng,
air matanya luruh begitu saja. Dia tau kalau sesuatu yang buruk akan terjadi.

Arvind mengambil pisau lipat kecil miliknya. Seperti biasanya, dia akan menggambar pola bunga. Laki laki itu menggambar pola bunga dipipi kanan Bella lalu menulis tanggal terjadinya dipipi kiri Bella. Gadis itu hanya bisa memejamkan matanya sambil menangis, jeritan keras terjadi didalam  hatinya. Dia merasakan perih dan panas secara bersamaan diwajahnya.

Laki laki itu bangkit, mengambil sesuatu yang tidak jauh dari jangkannya. Wadah yang berisi timah panas.

"Lo tau kalau ini kena kulit kan?" tanya Arvind membuat Bella tambah bergetar. "Kulit putih mulus lo bakal melepuh. Dan gue suka liatnya."

Laki laki itu menyerngit, menuangkan cairan timah panas itu ke kaki dan tangan
Bella. Gadis itu hanya bisa menjerit dalam
hati. Tubuhnya bergerak liar karena merasa sangat sakit dikaki dan tangannya. Air matanya semakin deras turun.

Sakit. Sangat sakit. Bahkan rasa sakit itu ia rasakan keseluruh tubuhnya. Bella menatap Arvind penuh harap. Gadis itu berharap semoga Arvind mau berbaik hati untuk menyelamatkannya.

"Oh kurang ya. Biar gue tambahin!" kesadaran Bella semakin menghilang dan
itu membuat Arvind merasa senang. Dia meletakkan sapu tangan diperut Bella. Menuangkan cairan timah panas itu lagi keperut Bella.

Arvind sangat yakin kalau Bella akan mati. Rasa sakit itu Bella rasakan secara perlahan membuat ia ingin mati langsung saja. Arvind memperhatikan wajah Bella yang kesakitan. Tulang belulang tubuh Bella mulai terlihat. Daging dan segala isi perut Bella hancur tidak tersisa.

"Matikan," gumam Arvind. Rasanya senang karena tidak akan ada pengganggu Iagi. "Makanya jangan berurusan sama gue!"

Arvind berjalan menuju ruang CCTV yang
ada disekolahnya. Dia ingin menghapus rekaman saat dia membunuh Bella tadi. Hanya beberapa menit saja, rekaman tadi sudah terhapus. Dan tidak akan ada yang tau kalau dia pelakunya. Laki laki itu masuk kedalam mobilnya menjalankannya dengan kecepatan tinggi. Tidak lupa membuang wadah bekas timah panas itu ketempat yang jauh dari sekolahnya.

"Berurusan sama gue, mati!" desis Arvind sambil menyeringai jahat.

🐥

"Arvind kita udah dewasa. Kamu nga bisa
begini! Bunda sama Ayah bisa curiga." ujar Kei saat lagi lagi Arvind masuk kedalam kamarnya secara diam diam.

"Memangnya kenapa kalo kita udah dewasa? lagi pula itu tidak penting," jawab Arvind santai, kelewat santai malah. Laki laki itu memeluk perut Kei erat.

"Kamu ngga bisa kayak gini, Vind. Kita udah dewasa, kita ngga bisa kayak anak kecil lagi. Aku takut terjadi apa apa," ujar Kei mencoba menyingkirkan tangan Arvind.

Arvind mengangkat wajahnya. "Maksudnya terjadi apa apa gimana? Maksud Kei gini?"

Belum Kei menjawab, Arvind sudah membungkam mulut Kei menggunakan
bibirnya. Mencium gadis itu rakus dan
menuntut. Kei mencoba mendorong tubuh Arvind menjauh. Ini salah, tidak seharusnya Arvind melakukan ini.

Childish but PsychoWhere stories live. Discover now