Part 46 ~ Ending

3.6K 159 11
                                    

Perkiraan sudah 7 bulan Naufal berada di rumah sakit, Naufal juga sama sekali tidak menunjukan perkembangan nya. Meskipun Naufal tak kunjung sadar dari koma nya Dimas, Oliv dan Raisa tetap selalu menunggunya, bahkan setiap hari tak lupa mereka mengunjungi Naufal. Mereka juga selalu menceritakan apa yang mereka lakukan seolah Naufal mendengarkannya.

Hari ini adalah hari Dimas wisuda, betapa bahagianya akhirnya Dimas bisa selesai. Tapi kebahagiaan itu belum sepenuhnya sempurna jika sahabatnya Naufal tak bisa hadir di acara wisudanya.

Flashback On

Tampak dua wanita sedang berlari ke arah dua pria dan anak kecil di sampingnya, siapa lagi kalau bukan Oliv dan Raisa. Sedangkan pria yang sedang bersama anak kecil adalah Dimas, Naufal dan Rey.

"Selamat kalian berdua memang hebat" ucap Dimas memberikan selamat kepada sahabatnya yang baru saja menyelesaikan acara wisudanya.

"Gue seneng banget akhirnya selesai juga" ucap Raisa semangat

"Lo gimana bro? Kita bertiga udah selesai nih" sindir Naufal dengan menyenggol lengan Dimas

"Gue pasti bisa seperti kalian" balas Dimas

"Pasti dong. Lo ingat ni ya, kalau lo wisuda gue orang pertama yang akan ngasi lo ucapan selamat" ucap Naufal antusias

Haha tunggu aja" ucap Dimas sambil terkekeh kecil

Flashback Off

Air mata Dimas tak bisa di bendung lagi, hari ini seharusnya Naufal menepati janjinya tapi Naufal tak ada di hari wisudanya.

Setelah acara wisuda Dimas selesai, mereka langsung menuju ke rumah sakit mereka juga ingin menyampaikan kabar bahagia ini kepada Naufal. Terutama Dimas, ia ingin sekali mendengar ucapan selamat dari Naufal seperti yang dijanjikan.

Saat sampai di rumah sakit, sudah ada Bram, tetapi tidak ada Lidya dan Rey. Memang beberapa hari setelah Naufal dikabarkan koma, Rey tinggal di rumah kami tetapi kini Rey kembali tinggal bersama kedua orang tuanya. Rey juga sudah tau jika Bram dan litdya adalah orang tua kandungnya.

"Halo om" sapa Raisa yang melihat Bram duduk di kursi depan ruang kamar Naufal

"Ohh kalian datang lagi. Ohiya selamat ya Dimas, om sebenarnya ingin datang tadi mewakili Naufal tapi om harus menjaga Naufal di sini, maaf ya" jelas Bram

"Iya gak papa om, gimana kabar Naufal om?" tanya Dimas

Bram menghela nafas "Untuk saat ini belum ada perkembangan, masih sama seperti kemarin" ucap Bram lemah

Mereka bertiga memutuskan untuk masuk ke dalam ruangan Naufal. Suasananya masih sama seperti hari hari kemarin, Naufal yang masih dengan alat alat yang ada di tubuhnya.

"Hai fal, kita balik lagi" sap Raisa

"Fal, lihat. Gue udah wisuda nih, mana janji lo yang mau ngucapin selamat ke gue" ucap Dimas sambil menunjukan sertifikat kelulusannya

"Bangun fal, gue mohon" tambah Dimas parau

Mereka semua merindukan Naufal, merindukan sahabatnya ini bisa bersama mereka lagi. Cukup lama mereka diam sampai suara patient monitor berbunyi, garis lurus tercetak jelas di monitor itu seketika menjadi pusat pertama bagi mereka yang menyadari dan membuat semuanya resah dan panik.

"Fal, bangun fal. Lo gak boleh pergi" pekik Oliv sambil mengguncang tubuh Naufal yang diikuti Dimas dan juga Raisa. Mereka semua panik, merasa usahanya sia sia. Dimas pun keluar dan memanggil dokter yang berjaga di luar ruangan.

Diluar sudah ada Bram, Lidya dan Rey. Bram yang melihat Dimas seperti sedang panik pun ikutan panik. Mereka hanya bisa menyaksikannya lewat kaca yang terhubung langsung dengan Naufal berada.

Tangis Lidya pun pecah. Ia takut, takut jika anaknya akan pergi meninggalkannya.

Akhirnya seorang dokter dan beberapa suster ikut masuk ke dalam ruangan dan mempersilahkan Dimas, Oliv dan Raisa untuk keluar. Mereka semua hanya bisa melihat Naufal dari kaca yang tak henti hentinya mereka menangis dan berdoa demi keselamatan Naufal

Sedangkan Oliv, ia terduduk di dekat pintu masuk ruangan ICU. Sungguh ia sangat takut, ia tak mau kehilangan sahabatnya. Semua juga merasakan apa yang di rasakan Oliv.

Sampai seorang dokter keluar, mereka pun langsung menghampiri dokter itu dan menunggu penjelasan dokter.

"Apa yang terjadi dok?" tanya Bram

Dokter itu menunduk sebentar sebelum hendak berbicara "Saya sudah berusaha sebaik mungkin, tapi Tuhan berkehendak lain. tuthan lebih menginginkan Naufal dibanding kita semua. Putra anda tidak bisa kami selamatkan" ucap dokter

Seperti petir di siang hari, tubuh Lidya sudah melemah dan pingsan. Bram pun langsung menggendong Lidya dan membawanya cepat ke ruang kamar yang kosong.

Oliv, Raisa dan Dimas hanya bisa menggeleng tidak yakin dengan kenyataan ini. Oliv pun dengan cepat menerobos masuk ke ruang ICU itu.

"Jangan lepaskan itu!! Dia belum mati!!!" bentak Oliv sambil mendorong beberapa suster yang sedang melepaskan alat alat dari tubuh Naufal.

Dimas dan Raisa pun ikut ke dalam menyusul Oliv. "Liv kita harus ikhlas" ucap Dimas dengan pasrah. Sebenarnya Dimas memang tidak percaya ini, tapi mau tidak mau ia harus menerimanya.

"Gak, lo apa apaan sih!? Naufal belum mati!!" tegas Oliv yang langsung memeluk tubuh Naufal

"Fal, bangun fal. Lo gak boleh pergi hiks" ucap Raisa yang sudah menangis sedari tadi

Mereka tak henti hentinya menyuruh Naufal bangun. Tiba tiba Bram datang "Maafin ayah fal, ayah belum bisa menjadi ayah yang baik. Maafin ayah sama bunda" ucap Bram sambil mencium kening putranya

Sedangkan Lidya, ia masih berada di ruangan lain. Lidya masih belum sadar, Bram tak ingin seperti ini. Jika ia mempunyai mesin waktu maka ia ingin mengubah takdir. Ia ingin bisa bersama anaknya lebih lama, ia merasa bersalah karena menyia nyiakannya selama ini. Air mata yang sedari tadi membendung dan membuat matanya memerah pun tak bisa di tahannya lagi.

Kini anaknya telah meninggalkan dirinya dan istrinya untuk selama lamanya. Anak yang tak pernah menuntuk banyak darinya, hanya satu yang di tuntut oleh Naufal dan membiarkan anaknya tinggal bersama orang lain bukan bersama dirinya. Bram mencium kening Naufal sekali lagi.

Bram mengalihkan atensinya pada sahabat anaknya ini "Kalian ikhlaskan Naufal ya" ucap Bram parau

"Enggak om! Naufal belum mati" tegas Dimas. Jika tadi ia berusaha untuk seolah cukup tegar. Tetapi melihat teman temannya ia kembali tidak bisa menegarkan dirinya. Rasa tegar itu hilang jika mengingat ketika Naufal masih ada bersama mereka.

"Bangun fal, gue mohon" lirih Oliv sambil memeluk tubuh Naufal

Tak henti-hentinya mereka menangis, mungkin memang semuanya terasa berat. Tapi kita tidak bisa merubah takdir, semua manusia akan merasakan kematian mungkin diantara mereka Naufal lah yang merasakannya lebih dulu.

•End•

~
Akhirnya Stray Baby selesai juga. Terima Kasih ya buat yang selalu ngikutin perjalanan Stray baby.

Oiya nanti author bakalan buat satu atau dua ekstra-part yaa..

~Hanum_Kiyyah

Stray Baby [COMPLETED]Where stories live. Discover now