Epilog

30K 5.1K 3.5K
                                    

"Akhirnya bangun juga, Lee Heeseung."

Heeseung mengerjapkan matanya berkali-kali, cahaya yang menyilaukan mata adalah hal yang pertama kali ia lihat. Kepalanya terasa berat, badannya terasa sakit dan kaku.

Perlahan, ia menoleh ke kanan, kemudian terkejut melihat ada orang yang tersenyum padanya.

"Gimana? Seru kan permainannya?"

Dan setelah orang itu bertanya, Heeseung pun ingat dan marah.

"Hei, jadi selama satu minggu kalian bohongin saya?!"

Orang itu terkekeh. "Hehe, iya."

"Terus sekarang saya dimana?! Yang lain masih hidup, kan?!"

Pak Jigeum Buto atau yang biasa disapa Pak Toto menunjuk ke pintu. "Beberapa dari mereka ada yang nungguin kamu, yang lainnya lagi makan di ruang makan."

"Terus itu alat apa?!"

"Terus terus mulu, kamu mau jadi tukang parkir?!" Omel Pak Toto sambil menjitak kepala Heeseung. "Pokoknya itu alat yang bikin kamu seolah-olah ada di dalam permainan, saya gak mau jelasin banyak-banyak. Nanti kamu cepu terus kamu bocorin ke yang lain, udah sana keluar."

"Dih, sensi betul bapak-bapak yang satu ini," decih Heeseung dengan suara pelan.

Namun baru satu kaki dipijakkan ke lantai, badannya langsung oleng ke depan. Untung Pak Toto sigap menahannya agar tidak mencium lantai.

"Dasar, kamu itu udah gak jalan seminggu. Seharusnya kamu mikir dong, punya otak kok gak dipake," omel Pak Toto lalu menjitak lagi kepala Heeseung.

"Iya-iya, sekarang lepas, saya bisa jalan sendiri."

Pak Toto melepaskan tangannya, membiarkan Heeseung berjalan keluar sendirian.

Dalam diam ia tersenyum, menatap Heeseung dengan bangga bercampur rindu.

"Hei, anakmu sudah besar sekarang. Kamu pasti bangga punya anak kayak dia, semoga kamu tenang disana."





























































"Kak Heeseung!"

Pas sekali dengan pintu yang terbuka, badan Heeseung ditabrak dari depan, dipeluk erat oleh bocah nakal yang suka ngatain orang.

"Jungwon hati-hati dong!" Omel Sunoo sambil berkacak pinggang ala emak-emak berdaster.

"Hebat lo kak, karakter lo keren anjir!" Puji Jungwon heboh sendiri. "Pokoknya lo abang panutan gue mulai sekarang! Ya ya ya?!"

"Heh, terus gue mau dikemanain?!" Sahut Jay tak terima.

Jungwon memeletkan lidahnya. "Ke empang, biar tinggal sama lele!"

"Jahat kamu dek, jahat! Hati abang rasanya seperti ditusuk garpu!" Seru Jay dramatis, memerankan tokoh yang suka muncul di televisi.

"Drama banget, cuih." Sunoo jadi jutek, sebelum akhirnya... "Aku juga sakit mas, sakit hati ini. Jungwon tega menduakan abangnya, tega kamu, Won!"

"Hoi, kalau mau drama jangan disini! berisik tau gak!" Teriak Jake dari arah meja makan.

Jadi, ruang makan dan ruangan Heeseung itu berdekatan. Dari ruangan Heeseung tinggal lurus ke depan, enak banget. Kalau lapar malam-malam tidak perlu jalan jauh-jauh.

"Tau nih, gue jadi keselek tau!" Teriak Nicholas ikut-ikutan, padahal mah dia senang-senang aja karena mereka jadi akrab.

"Kak Heeseung." Tiba-tiba Jay merangkul temannya itu. "Si Sunghoon kan kabur tau, katanya gak mau ketemu lo."

Survival Games | I-LAND ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang