Episode 16

3.3K 287 11
                                    

Warning! Typo nyangkut di mana-mana.
➹➷➹➷➹➷➹➷➹➷➹➷

Seharian ini Zio benar-benar tidak bisa fokus.

Sejak Andra meneleponnya tadi pagi Zio benar-benar tidak bisa tenang.

Kepalanya dibuat sibuk memikirkan banyak hal, terutama sagala kemungkinan yang akan terjadi di waktu mendatang.

"Aku kira mbok Dian itu pembantu di rumah barumu, kok suaranya cowok?"

"Dia anaknya, cuman nanyain nanti pulang apa enggak," sahut Zio pada orang yang baru saja tanpa izin mengangkat panggilan masuk di HP-nya yang datang dari Andra.

"Owh." Orang itu hanya ber-oh ria sembari mulai melingkarkan tangannya memeluk pinggang Zio dari belakang.

"Garrel," panggil Zio pada orang yang kini memeluknya itu.

"Hm?" sahut Garrel sembari menaruh dagunya bertumpu pada bahu kiri Zio sembari menatap wajah Zio dari sana.

"Aku enggak bakal lari lagi kali ini, tapi aku mau kamu janji satu hal," ucap Zio dengan serius.

"Apa?" tanya Garrel menanggapi.

"Jangan sampai ada lagi orang enggak bersalah yang harus terlibat," linta Zio dengan ekspresi memohon.

Garrel hanya menatapnya dalam diam untuk sesaat sebelum akhirnya sebuah seringai menghiasi wajah tirusnya.

Zio mengepalkan kedua tangannya erat, dia selalu tidak suka setiap kali melihat seringai itu sudah menghiasi wajah orang yang paling tidak ingin dia lihat lagi di sisa hidupnya.

"Siapa? Anaknya mbok Dian itu? Hahaha," celetuk Garrel diiringi tawa kecilnya yang terdengar menyebalkan.

Dengan kuat Zio melepaskan dirinya dari pelukan Garrel, berbalik dan mencengkeram leher Garrel dengan kedua tangannya.

Namun, Garrel hanya tertawa kecil masih dengan ekspresi menyebalkan itu.

Kedua alis Zio menukik tajam dengan raut kesalnya yang kentara.

Dalam diam mereka hanya saling menatap dengan ekspresi masing-masing yang berbeda.

Zio juga semakin mengeratkan cengkeramannya pada leher Garrel.

Tanpa repot-repot melawan Garrel tetap memamerkan seringainya dengan ekspresi seolah-olah dia tahu kalau Zio tidak akan mampu melakukan hal lebih dari ini.

Kembali pada Zio yang melamun dalam kelas. "Untung aku kasih nama kontak Andra pas banget kayak nama pembantu," batinnya.

"Zio! Woy! Arenzio!" seru Rino dengan suara tertahan untuk yang kesekian kalinya memanggil Zio, tapi sama saja hasilnya. Zio bergeming tidak bereaksi bahkan meski tubuhnya diguncang oleh Rino.

Jam pelajaran terakhir sudah hampir berakhir dan Zio sudah seperti itu sejak jam pertama. Dia sangat tidak fokus pada apapun.

"Baiklah anak-anak mari kita akhiri pertemuan kita pada hari ini, silahkan berkemas-kemas," ucap guru mapel jam itu dari mejanya tanda kelas sudah berakhir.

Semuanya berkemas-kemas kecuali satu orang, Zio. Bahkan saat kelas mulai bubar pun Zio masih belum kembali dari lamunannya.

Plak!

"Adaw!" seru Zio saat merasakan ada sesuatu yang mengenai ubun-ubun miliknya dengan keras.

Saat menoleh ke samping, di sana Rino berdiri dengan gulungan kertas di tangan kanannya. Pasti itu yang tadi dia gunakan untuk memukul kepala Zio.

"Ngapain kamu mukul aku sih?!" serunya sangsi.

"Kamu mau nginep di sini?" tanya Rino balik.

Zio mengedarkan pandangannya ke sekeliling dan yang dia dapati adalah kelas yang hampir kosong, sisa mereka berdua saja di sana.

KAKAK [Yaoi/BL, Lokal]Where stories live. Discover now