28. Diantara Dua Pilihan

162 32 29
                                    

Jika kamu ditempatkan dalam dua pilihan, apa yang akan kamu pilih. Dia yang bisa membuat kamu merasa nyaman, atau dia yang bisa membuat jantungmu berpacu diatas kata normal?

-Azanna Salsabila-

***

Beberapa hari ini Ana uring-uringan dengan pikirannya sendiri. Ana bingung apa yang harus dia lakukan kedepannya. Terkadang Ana merasa bahwa dia hanya menyukai Evan, tapi terkadang dia juga merasa menginginkan Ryan. Ana merasa ada yang berbeda jika Ryan tidak masuk sekolah. Tidak ada yang mengganggunya, tapi bukankah itu malah bisa membuatnya merasa tenang. Tapi kenapa Ana malah merasa kehilangan.

Evan. Ana merasa kalau dia menyerah sekarang, maka usahanya selama ini akan sia-sia. Tapi usahanya memang sudah sia-sia dari awal karna Evan sama sekali tidak menunjukkan atau bahkan mengatakan kalau dia tertarik dengan Ana. Bahkan sikap Evan berbeda ketika Evan bersama dengan Ana, dan ketika Evan bersama dengan gadis lain. Jika dengan gadis lain Evan bisa bicara lebih banyak.

Dan akhir-akhir ini Evan juga jarang menghubungi Ana. Ana berfikir mungkin Evan memang merasa risih karna Ana terus-terusan menunjukkan ketertarikannya pada Evan. Padahal Ana sudah mati-matian menyembunyikan rasa sukanya. Tapi tetap saja terlihat.

"Jadi gimana keputusan lo Na?" Tanya Mala yang sekarang duduk dihadapan Ana, dan diikuti Tania serta Ani.

"Gak tahu." Ucap Ana pasrah.

"Lo selalu gitu ya kalau gue yang tanya. Gak tahu lah, males lah, ini lah, itu lah." Ucap Mala.

"Gue beneran nggak tahu Mal. Gue bingung." Ana memejamkan matanya sejenak.

"Disisi lain gue suka sama Evan udah dari kita kelas sepuluh. Terus sampai sekarang, dia nggak ada bilang apa-apa sama gue. Padahal gue udah terus-terusan kasih kode ke dia. Tapi dia anggep gue cuma bercanda, padahal gue udah bilang kalau gue serius. Tapi tetep aja. Apa mungkin dia beneran segitunya ya nggak suka sama gue?" Ana memandang sendu temannya satu persatu yang tengah duduk didepannya dan menatapnya.

"Terus Ryan, gue nggak tahu perasaan gue ke dia itu kayak apa. Tapi hati gue nggak rela kalau dia harus pergi dari kehidupan gue. Menurut gue, ada yang hilang kalau dia nggak ada." Ucap Ana. Dan temannya masih setia mendengarkan dia bicara.

"Sebenarnya gue nggak bisa milih antara mereka bedua. Gue nggak mau salah satu dari mereka pergi dari gue saat gue udah nentuin pilihan diantara mereka. Intinya gue egois, karna gue mau mereka berdua." Ana menengadahkan pandangannya.

"Tapi Na, lo harus tetep buat keputusan. Lo harus milih." Ucap Mala.

"Apapun keputusan lo, lo jangan pernah nyesel." Ucap Ani.

"Oke gue tanya, dari mereka berdua siapa yang paling masuk ke kriteria lo?" Tanya Tania.

"Semua kriteria gue ada di Evan. Cuma satu yang nggak, dia nggak humoris. Dan humoris itu ada di Ryan. Gue selalu bisa ketawa kalau sama Ryan. Kalau Evan, gue cuma bisa lihat dia ketawa sama orang lain." Ana tersenyum getir.

"Terus?" Ucap Mala yang tidak sabar ingin tahu.

"Dan ya Ryan udah jelas, dia bilang suka sama gue. Kalau Evan, nggak ada bilang apa-apa sama gue. Mungkin dia cuma anggep gue temen kali ya. Tapi gue maunya lebih dari temen." Ana meringis mendengar ucapannya sendiri

"Terus?" Ucap Mala.

"Ya gitu, gue bingung mau milih dia yang kriteria ideal gue atau dia yang bisa buat gue nyaman?" Ucap Ana tersenyum.

"Jadi?" Tanya Ani.

"Gue udah ada jawabannya." Ana tidak tahu apakah keputusannya sudah tepat atau malah akan membuatnya menyesal di kemudian hari.

"Semoga itu keputusan yang tepat." Tania tersenyum.

"Ke kantin?" Tanya Mala.

"Boleh." Jawab Ana.

"Tumben mau ikut?" Tanya Ani.

"Gabut di kelas mulu." Jawab Ana cengengesan.

"Kalian duluan, ntar gue nyusul. Gue mau ngambil hp dulu di tas." Ucap Ana.

"Oke. Gue pesenin sekalian." Ucap Ani. Lalu mereja bertiga jalan lebih dulu ke kantin.

Ana pergi mengambil ponselnya didalam tas. Lalu dia berhenti sejenak di depan pintu kelasnya. Dia menoleh dan menemukan Evan disana, dia juga sedang berdiri di depan pintu. Evan menatapnya, lalu Ana tersenyum sekilas ke arah Evan. Tapi Evan hanya dim tidak membalas senyuman Ana.

"Eeh Na?" Ana di buat terkejut dengan keberadaan teman sekelasnya yang sekarang duduk di teras depan kelasnya.

"Iya Sin?" Ana lalu berjalan mendekati Sinta.

"Gue dari tadi merhatiin cowok itu yang disana." Sinta menunjuk Evan yang masih berdiri di depan kelasnya.

"Dia merhatiin lo mulu dari tadi." Ucap Sinta.

"Lo salah kali Sin."

"Nggak Na. Gue beneran. Tatapan dia juga beda ke lo." Ucap Sinta penuh arti.

"Bedanya gimana?" Tanya Ana.

"Tatapan orang suka." Ucap Sinta tanpa menyadari raut wajah Ana yang sudah berubah.

Ana tertawa hambar "Lo salah lihat Sin. Gue pergi dulu ya." Selama di jalan Ana terus memikirkan perkataan Sinta. Dia semakin bingung apakah keputusannya sudah tepat apa belum.

"Kenapa sih gue jadi kepikiran omongan orang. Kalau Evan suka gue, dia bakalan bilang kan." Ana meyakinkan dirinya sendiri.

Tanpa terasa Ana sudah berjalan sampai di kantin. Dia mencari-cari ketiga temannya. Dan ketemu Mala melambaikan tangannya.

"Lo jalam nglamun, hati-hati ntar kesambet." Ucap Mala ngawur.

"Biasa orang lagi bingung gitu Mal." Ucap Tania.

"Udah nih makan." Ani menyodorkan sepiring mie goreng ke depan Ana.

"Gue haus, mau minum dulu." Tania memberi Ana segelas air, lalu Ana langsung meneguknya sampai habis.

"Pelan-pelan aja kenapa sih Na." Ucap Mala greget.

"Iya maaf-maaf." Ucap Ana.

"Habisnya tadi gue lihat-" Ucapan Ana terputus saat tiba-tiba ada yang memanggil namanya.

"Lo." Tanpa sadar Ana melanjutkan ucapannya.

Ketiga temannya ikut kaget melihat orang yang berdiri di depannya sekarang.

"Gue kenapa?" Tanyanya. Tapi Ana masih diam dengan pikirannya.

***

Adududu tebak dong siapa yang bikin mereka kaget kayak gitu?

Dan untuk part ini gimana menurut kalian?

Aaw kalian juga harus tebak keputusan apa yang Ana ambil?

Jangan lupa pencet bintanya ya. Kasih comment juga biar aku tambah semangat nulisnya.

Sehat terus buat kalian semua, semoga dilancarkan segala urusannya.

Makasih udah mau mampir dan baca cerita ini.
















Salam Hangat❤

BetaAzanna

Cowok Dingin VS Cowok Rese'-TAMAT- [Proses Penerbitan]Where stories live. Discover now