SEAN-11

28.7K 1.7K 29
                                    

Malam ini, Acara Resepsi tengah berlangsung. Laki laki yang berstatus Sebagai Suami ini pun melihat gedung yang di sewa untuk acaranya. Tamunya sudah tinggal sedikit. Pikirnya.

Teman teman mereka pun sudah pulang 30 menit yang lalu.

Laura sedari tadi memegang kerongkongannya. Astaga dia haus, Tapi tidak bisa turun karna ekor gaunnya begitu panjang.

Tidak ada cara lain, Ia harus meminta tolong pada Sean.

"Se!"

Sean yang tadinya menatap lurus langsung menoleh pada gadis disampingnya ini. "Apa?"

"Ambilin minuman dong, Haus nih." Laura memasang Puppy Eyes nya.

Menggemaskan. Sean langsung menggelengkan kepalanya menepis pikiran itu.

'Belum apa apa masa udah suka aja. Lemah lo Se.' Batin Sean berucap.

Clak!

Laura menjentikkan jarinya. "Woi, Gue nyuruh lo ngambil minuman bukan geleng geleng."

Sean terkesiap. "Ck, Bentar."

Sean turun kebawah. Meninggalkan Laura yang tiba tiba Melamun. Laura ingat dengan ucapannya bersama Genta, Dulu.

Disebuah taman kompleks. Kedua remaja yang baru merasakan cinta monyet ini tengah duduk berdua dengan tangan yang saling bertautan.

"Genta, Nanti Kamu mau nikah umur berapa?" Tanya Gadis ini.

Genta tertawa. "Ura, Kita masih SMP kelas 1 kok udah ngomong nikah nikahan."

"Ih! Kan Aku cuma nanya Genta."

"Iya iya, Genta mau nikah Pas udah kerja. Biar nanti anak sama Istri aku gak kelaparan."

Gadis ini Takjub atas pemikiran pacarnya. "Genta udah gede ya." Genta terkekeh.

"Emang anak dan Istri kamu siapa?" Tanya lagi gadis yang bernama lengkap Laura ini.

"Kamu dan Genta Ura Junior."

Laura tertawa. "Amin, Semoga kita bisa sama sama sampai Tua ya Genta!"

Genta mengangguk.

Tak terasa Air matanya mengalir, Lalu langsung Laura hapus dengan kasar. Ia teringat ucapan Genta saat itu. "Ura, Apa—pun yang ter—terjadi Ura gabol—gaboleh nangis. Genta gak suka Ura na—nangis."

Ura kangen kamu, Genta.

"Woi, Laura!" Laura tersentak.

"Daritadi gue panggil panggil ga nyaut. Nih minumnya tangan gue pegel."

Laura mendongan menatap Sean. Dan Sean merasa ada yang aneh dari mata Laura. "Lo nangis?"

Laura gelagapan. "Ng—Nggak, Kata sapa. Mana
minumnya." Laura langsung mengambil alih minuman berwarna merah di tangan Sean, Lalu meminumnya.

Sean menggelengkan kepalanya. Jangan kira Sean tidak tau, Ia tahu bahwa Laura habis menangis.

🔥🔥🔥

Resepsi telah selesai. Dan sekarang Laura serta Sean tengah berjalan menuju Rumah barunya. Sebenarnya Laura ingin pindah besok saja, Tapi kata Mami dan Bundanya harus malam ini. Ya, Seperti Biasa Tadi ada drama sediki sebelum Mereka menuju rumah baru. Drama nangis nangisan.

Lalu mobil Sean memasuki sebuah rumah yang berpagar tinggi, Sangat tinggi. Dan setelah masuk, Laura takjub dengan rumahnya. "Astaga, Ini Mansion kali, bukan rumah." Rumahnya dengan Sean lebih Besar sedikit dari rumah orang tua mereka.

"Norak lo!"

"Nyenyenye." Jawab Laura. Lalu mereka turun dari salah satu mobil Lamborghini milik Sean.

"Pak nanti kalo ada Mobil lagi Suruh aja barang barangnya turunin." Ucap Sean pada Satpamnya.

"Siap Den!"

Sean masuk terlebih dahulu tanpa memperdulikan Laura yang kesusahan. "Setan! Bantuin Gue!" Teriak Laura dari Teras rumah. Sumpah demi apapun, Gaunnya sangat Ribet.

"Nama gue Sean bukan Setan kalo lo lupa." Ucap Sean kembali keluar lalu membantu Laura membawa Ekor gaunnya yang panjang.

"Milih gaun kok panjang banget, Susah sendiri kan jadinya."

"Lo yang milih gaunnya kalo lo lupa." Jawab Laura sinis, Mengikuti gaya Bicara Sean.

"Ini pilihan Putri dan Alexa, Kalo kalian gak suka bisa pilih sendiri kok." Ucap tante Hilya pada Sean dan Laura.

Sean melihat gaun itu dari atas sampai bawah. Lalu matanya tak sengaja menatap Gaun yang dipajang di Patung Manekin. "Itu aja Tan." Tunjuk Sean pada gaun yang memiliki Ekor yang sangat panjang.

"Oh itu, Pintar sekali kamu memilih Sean. Ini salah satu Desain tante yang limited Edition."

"Oke kita ambil itu."

"Laura gimana?"

"Laura ngikut Sean aja tante."

"Ck, Ya!" Sean berdecak.

"Oke jadi, Biar gue bagi kamarnya. Lo Kamarnya di atas sebelah kan—"

"Gue mau kita sekamar!" Ucap Sean tegas. Pertanda tak bisa dibantah.

Laura membolakan matanya. "Hah? Kita kan Terpaksa dan gak saling cinta jad—"

"Cinta datang karna terbiasa. Kalo Tidurnya kepisah gimana mau terbiasa?" Ucap Sean.

"Dan gimana cinta itu bisa datang?" Lalu Sean melangkahkan Kakinya menuju Tangga dan naik menuju kamarnya.

🔥🔥🔥

SEAN: Gang Leader Is My Husband (HIATUS)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant