bab 48

264 26 0
                                    

Edrea

Aku tiba di Berlin kemarin dan aku langsung menuju ke apartemenku untuk meletakkan barang bawaan, lalu menuju ke rumah sakit. Dua hari yang lalu, Karla memutuskan untuk membawa Mama ke rumah sakit karena suhu tubuhnya belum juga turun setelah empat hari berselang.

"Hai, Ma. Maaf karena aku mengganggu tidurmu," ucapku sambil mengecup pipi Mama ketika aku sudah berada di kamar rawatnya dan beliau terbangun karena menyadari kedatanganku.

"Hai, Edrea. It's okay, Mama merasa sudah terlalu banyak tidur selama empat hari belakangan," balas Mama sambil tersenyum hangat padaku.

Aku membalas senyumannya dan berkata, "so, how do you feel today?"

"I'm good. How about you—bagaimana liburan kamu, Dre?"

"Seperti biasa, menyenangkan, Ma."

Karla dan aku memiliki hubungan yang sangat dekat dengan kedua orang tua kami. Meskipun Papa sudah meninggal beberapa tahun yang lalu, hubungan kami tidak menjauh, dan malah semakin dekat. Papa akan selalu berada di hati Mama, aku, dan Karla.

Papa keturunan Jerman asli sedangkan Mama adalah keturunan Indonesia asli. Ketika mereka menikah tiga puluh tahun yang lalu, Papa mengajak Mama untuk pindah ke Berlin, dan itulah sebabnya kami sudah tinggal di Berlin sejak lama. Mengenai aku dan Karla, meskipun kami memiliki perbedaan usia lima tahun, hal itu tidak membuat kami menjadi tidak akrab. Kepribadianku dan Karla bisa dibilang cukup berbeda. Karla tidak terlalu menyukai bepergian dan ia tidak pernah pergi liburan denganku, kecuali liburan keluarga.

"Maaf karena Mama membuat liburanmu terganggu, Edrea," ucap Mama setelah berselang beberapa menit.

"Tidak, Ma. Aku juga memang harus pulang lebih cepat karena ada dua proyek besar di kantor yang harus aku urus. It's okay, you don't need to say sorry, Ma. Aku juga sudah hampir sebulan berada di Paris dan itu sudah cukup."

Mama tersenyum kembali padaku, dan aku membalas senyumannya.

Hari ini aku bergantian dengan Karla untuk menjaga Mama di rumah sakit. Karla mengatakan kalau ia harus menyelesaikan beberapa tugas kuliahnya hari ini. Ketika Mama kembali tertidur setelah beliau memakan makan siangnya, aku memutuskan untuk duduk di sofa kamar rawat Mama sambil memainkan handphoneku. Aku membuka aplikasi email dan mencari email yang dikirimkan Theo kemarin. Ketika aku sudah menemukannya, aku pun kembali membaca email itu untuk kesekian kalinya.

From: theodorekenrick@hotmail.com
To: edreafredella@hotmail.com
Subject: Must read and must reply as soon as possible, Miss Edrea!

Hai, Edrea! Aku tahu kalau kamu pasti akan membaca email yang aku kirimkan ini. Seperti yang aku ketik di kolom Subject kalau kamu harus membaca dan membalas email ini karena memang dibutuhkan balasan. Aku akan menunggu kamu membalas email ini, tapi jangan biarkan aku menunggu sampai tiga tahun lagi, boleh?

Seperti yang aku katakan tadi di bandara—bukan, bukan hal itu karena aku akan membahasnya nanti—kalau aku akan menjelaskan padamu mengenai kesepakatan antara Papa dengan Papanya Jeanie enam tahun yang lalu, yaitu membuat Jeanie dan aku menikah. Alasan dibuatnya kesepakatan itu adalah, karena Jeanie pernah mengalami Menorrhagia yang cukup berat dimana hal itu mengharuskannya untuk menjalani operasi pengangkatan rahim delapan tahun yang lalu. Papanya Jeanie berpikir kalau aku adalah pilihan yang terbaik untuk bersama dengan Jeanie. Dengan aku yang memilih untuk menikah dengan Jeanie, beliau akan memberikan salah satu anak perusahaan Adayana's Co. padaku sepenuhnya. But, it's not what I want and what I need, Dre.

Jeanie dan aku tidak memiliki perasaaan semacam itu. Tentu saja hal itu akan sangat berpengaruh kalau kami benar-benar memutuskan untuk menikah. Maka dari itu, kami juga membuat rencana untuk membatalkan rencana pernikahan itu, dan kami juga melibatkan Mama dan Mamanya Jeanie dalam hal ini. Sayangnya, Jeanie mengalami kecelakaan ketika kami dalam proses menjalankan rencana itu dan aku harus menyelesaikannya. Dengan bantuan Mama, Mamanya Jeanie, dan Jeanie sendiri, kesepakatan dan rencana itupun dibatalkan oleh Papanya Jeanie karena beliau sadar kalau Jeanie juga tidak akan bahagia kalau semua pilihannya harus diputuskan oleh kedua orang tuanya dan ia tidak memiliki hak atas pilihannya sendiri.

Tenang saja, hal ini bukanlah privasi antara keluargaku dan keluarga Jeanie. Jeanie sendiri yang memintaku untuk menjelaskan dengan sangat detail pada kamu, Dre. Maaf karena aku baru menjelaskannya sekarang padamu dan aku hanya bisa menjelaskannya lewat email. Aku berpikir untuk menemuimu setelah semua urusanku selesai, tapi aku sudah terlambat sepertinya.

Berbicara mengenai perasaan, ketika aku mengatakan hal itu di bandara tadi, aku benar-benar bermaksud untuk mengatakannya. Apakah kamu juga berpikir kalau ini adalah hal yang lucu—kita hanya bertemu selama beberapa minggu, tidak terlalu banyak berkomunikasi, dan bahkan kita tidak bertemu maupun berkomunikasi sama sekali selama tiga tahun, but unexpectedly I fall in love with you. Well, I have to say that I am in love with you since three years ago when I was in Berlin and we first met. Kalau saja aku bisa memperpanjang liburanku waktu itu, aku tentu saja akan melakukannya.

Aku sebenarnya berpikir untuk mengulang semuanya dari awal. Kita kembali bertemu di salah satu coffee shop atau di mana saja kamu mau, lalu aku mengajak kamu berkenalan, setelah itu aku meminta kamu untuk menjadi tour guide-ku, dan kalau kamu tidak keberatan, kita menghabiskan lebih banyak waktu bersama sehingga aku bisa lebih mengenal satu sama lain. Aku ingin mengenal kamu lebih, Edrea.

So, can we start over?

-Theodore.

*.*.*

Retrouvaille ✔️حيث تعيش القصص. اكتشف الآن