bab 50

315 26 1
                                    

Edrea

Satu tahun kemudian..

Dua proyek besar yang dipercayakan oleh para kolega perusahaan kepada perusahaan Event Organizer tempatku bekerja sudah selesai. Kolega-kolega perusahaan sangat puas dengan proses kerja kami yang cukup cepat dengan hasil yang sangat memuaskan. Manajerku, aku, dan beberapa rekan kerjaku memang sangat sibuk dan memberikan banyak waktu kami untuk menyiapkan kedua proyek besar itu. Aku bahkan hampir setiap hari lembur di kantor dan lembur bekerja di apartemenku, dan aku juga terkadang tidak memiliki waktu istirahat yang cukup. Tapi hal tersebut sudah terlewati dan aku bisa lebih bersantai sekarang.

Aku saat ini berada di apartemenku—tepatnya di depan meja kerjaku, sedang menatap halaman email yang masih kosong dan siap untuk diisi. Mungkin sudah bisa ditebak apa yang akan aku lakukan di halaman email kosong ini.

Ya, aku memutuskan untuk memberikan balasan email pada Theo. Aku lagi-lagi membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membalas email yang ia kirimkan. Aku memang sebenarnya berpikir untuk membalasnya setelah semua urusanku selesai, baik urusan kantor, urusan keluarga, juga urusan membantu Karla dalam mengerjakan tugas skripsinya.

Baiklah, aku akan mulai mengetikkan emailnya sekarang, and here we go.

From: edreafredella@hotmail.com
To: theodorekenrick@hotmail.com
Subject: Sorry, it takes me one year to reply your email, Sir Theodore.

Hai, Theo! What's up?

Seperti subject email yang tertera di atas, aku minta maaf karena aku baru membalas email yang satu tahun lalu kamu kirimkan sekarang. Satu tahun belakangan ini aku memang cukup sibuk dengan urusan pekerjaan, urusan keluarga, juga membantu adikku untuk mengerjakan tugas skripsinya. Apakah aku terlalu lama membalas emailmu ini?

I'm so sorry, Theo.

Mengenai penjelasan kamu mengenai kesepakatan dan rencana antara papamu dengan papanya Jeanie untuk membuat kamu dan Jeanie menikah, aku sangat menghargainya, Theo. Terima kasih karena kamu sudah menjelaskannya padaku. Sejujurnya, meskipun aku memang tidak pernah secara terang-terangan menginginkanmu untuk menjelaskan semuanya, tapi aku juga ingin kamu setidaknya menjelaskan sedikit padaku. Maaf karena aku terlalu sulit untuk dimengerti dan terlalu bersikap kekanak-kanakan, Theo.

Lalu, mengenai perasaan kamu, sejujurnya aku sangat malu ketika kamu mengatakan hal itu di bandara saat itu. Ada banyak sekali orang yang menatap kamu dan aku. Rasanya aku bingung memilih antara ingin terbang dan lari secepat-cepatnya, atau malah tiduran saja di lantai bandara dan menyembunyikan wajahku. But, Theo, thank you for being honest about your feelings to me. Aku senang sekali mengetahui ada seseorang yang mencintaiku. Aku tidak pernah merasakannya sebelumnya. Kamu adalah orang pertama yang mengatakannya padaku. Thank you so much, Theo.

About that, I am also in love with you since—I don't know when, but all I know is, I also feel the same with you. Membutuhkan kurang lebih setahun untuk aku mengerti perasaanku sendiri terhadap kamu. Mamaku berkata kalau aku harus pelan-pelan mencoba mengerti perasaanku tapi dengan tidak membuat kamu menunggu terlalu lama—apalagi kalau kamu harus menunggu sampai tiga tahun. Aku bingung dengan perasaanku sendiri saat itu, Theo. Satu tahun yang lalu aku berumur dua puluh delapan tahun, tapi aku masih terlalu bodoh untuk mengerti hal itu. Tahun ini aku berumur dua puluh sembilan tahun, dan aku pikir aku sudah cukup pintar—mungkin—untuk mengerti apa yang aku butuhkan dan apa yang aku inginkan—kamu.

So, to answer your question—can we start over—I will answer,

Yes, we can, Theo. I'm really happy to start over everything from the very beginning with you.

-Edrea, a woman who has been smart enough to know and realize that she loves you so much.

Sent!

Kali ini aku bisa memastikan kalau aku tidak perlu mengetik puluhan ataupun ratusan drafts email lagi untuk mengirimkan satu balasan email pada Theo.

Kembali pada setahun atau bertahun-tahun yang lalu, aku adalah versi diriku yang terlalu takut untuk mengambil keputusan dan mengerti perasaanku sendiri. Sejak pembicaraanku di rumah sakit dengan Mama setahun yang lalu, aku mulai mencoba untuk berani mengambil keputusan dan memahami perasaanku sendiri. Di umur dua puluh delapanku, aku bahkan masih sulit untuk mengerti apa yang aku inginkan dan apa yang aku butuhkan. Di tahun ini, mungkin aku juga masih belum sepenuhnya bisa memahami diriku sendiri, tapi aku akan terus mencoba untuk berani dan mengerti diriku sendiri.

Kenapa akhirnya aku memutuskan untuk membalas email dari Theo lebih cepat daripada yang aku pikirkan sebelumnya, padahal apapun bisa saja terjadi tanpa aku tahu?

Karena—untuk kali pertama sejak aku mengenal Theo—aku mengerti perasaanku sendiri padanya.

*.*.*

Retrouvaille ✔️Where stories live. Discover now