36 : Hari Pertama Kerja

13.4K 1.1K 162
                                    

Jangan lupa vote komen ya. Saya usahakan balas komen kalian satu-satu. Ehe.

Btw bacanya pelan-pelan ya wkwk. Kayaknya bab ini kurang panjang deh meski harusnya 1.600 kata itu cukup sih untuk di post 1 bab di wattpad. Malah penulis lain seringnya 1000-an kata saja :p Selamat membaca dan semoga suka.

Ps. Jangan dulu berharap konflik puncaknya cepat-cepat ya. Itu masih nanti :p 4-10 bab lagi lah mungkin :p

#Farid

Mataku terbuka saat kurasakan tubuhku terguncang ke kiri dan ke kanan. "Rid bangun, Rid. Ayo kita salat. Bangunin Panji cepetan."

Hah? Kalo gak salah aku mendengar nama Panji keluar dari mulut si Bayu.

"Bentar, Bay. Masih ngantuk nih."

"Buruan ah. Atau saya potong gaji kamu, mau? Cepetan bangunin Pan ...," kata Bayu menggantung, tidak melanjutkan kalimatnya. "Bu-buruan ambil wudu. Kita salat berjamaah."

"Mumpung masih lama Bay waktu salat subuhnya, gimana kalo saya panggil Panji sekarang di panti?" kataku setengah bercanda namun langsung direspon sewot oleh Bayu.

Sebenarnya aku jarang salat. Kalo sama si Bayu ada aku jadi rajin salat. Bagusnya temenan sama dia ya orang bangsat kayak aku sering dia ajak untuk berbuat baik dalam hidup. Salat dan sedekah misalnya. Dijamin dah, temenan sama dia mah selain hidup bakal makmur, kedamaian juga kerap didapatkan. Itu sih dulu. Sekarang aku mulai melihat sisi negatif dalam diri dia yang sejujurnya aku membenci hal itu.

Ya, sisi dia dalam memandang rendah semua homo di dunia ini. Padahal kan gak semua homo senang memperkosa orang. Kalo buat memperkosa mah, di berita-berita bukankah lebih banyak pelakunya orang normal? Intinya sih pemerkosa itu lebih ke arah sifat pribadi si orang itu sendiri. Sikap Bayu yang terlalu over takut terhadap Panji juga bikin aku kesel. Semoga saja aku bisa menjadi perantara supaya mereka berdua bisa baikan lagi.

Cuma masalahnya ... apa aku siap? Kan jika mereka baikan lagi, si Panji pasti akan meneruskan rasa sukanya sama si Bayu. Sementara di sisi lain aku juga suka sama si Bayu. Terus nanti aku cemburu. Ah, udah udah. Kupikirkan saja nanti persoalan itu. Kita bersaing secara sehat aja ya, Ji.

Eh walau kubilang aku suka sama si Bayu, entah kenapa aku juga merasa suka sama si Panji. Dia tuh ganteng, tipikal anak yang rasanya pengen gue lindungin dan ayomi. Aku ingin jadi panutan dia.

"Ayo, Rid, kita salat."

"Oke."

Anehnya, setelah aku menyelesaikan salat subuh, hatiku serasa rapuh hari ini. Serasa ada gejolak batin di dalam hatiku tentang kebenaran rasa sukaku pada si Bayu. Ini salah. Aku tahu berhubungan dengan laki-laki itu salah. Tapi kenapa semakin harinya malah semakin menguat?

Akhirnya aku jadi bingung sendiri, galau sendiri. Seharian ini kuhabiskan waktuku di workshop sembari melamun. Kerjaanku jadi keteteran. Untungnya masih bisa kuselesaikan walaupun memerlukan waktu berjam-jam.

Sorenya, saat aku mendengar suara kamar Bayu tertutup, buru-buru aku keluar untuk menyapa laki-laki nyaris sempurna itu. Di kamar dia terlihat sedang melamun. Malah meski sekarang aku ada di hadapan dia seakan-akan dia tidak menyadari kehadiranku.

"Bay?"

Si Bayu terlonjak kaget. "Eh i-iya, Rid?"

"Ngelamunin apa?"

"Ah nggak."

"Cerita aja kali, Bay. Saya kan sohib kamu."

"Anu ..., hmmm Panji pindah ke panti, kan? Pindah sekolah dan tempat tinggal. Tapi kok belum diurus surat kepindahannya ke sekolah?"

Guru Seksi [MxM] [Re-make]Where stories live. Discover now