Chapter 5

14.4K 782 23
                                    

12 November 2022

•••

"Oh, ya. Bisa kamu bantu saya, akan saya bayar juga. Ini, tolong antarkan ke Bu Pika." Yayang menghentikan sang ojek yang siap beranjak, seraya menyerahkan bingkisan di tangannya ke ojek.

"Eh, tidak usah, Pak. Dekat, kok ...."

Yayang menggeleng, tetap memberikan uang padanya. "Terima saja ya. Terima kasih."

"Mm bukan, Pak. Saya harusnya terima kasih. Makasih banyak, ya, Pak." Sang ojek tersenyum dan Yayang hanya tersenyum balik. "Baik, saya antarkan, Pak." Yayang mengangguk.

Sang ojek menuju seberang rumah, meski agak kikuk karena apa yang barusan terjadi, rumah mereka hanya berjarak beberapa langkah tapi pakai jasa ojek online lho.

Ini rezeki untuk sih, tapi apa mereka tak rugi? Oh iya sih, ini kan perumahan elite.

Ia pun mengantarkan ke Pika. "Ojek, Bu."

"Lho? Kenapa balik lagi?" sahut Pika dari dalam, sepertinya ada di balik pintu.

"Bukan, Bu. Ini dari Bapak Yayang tadi." Pika yang mendengarnya sejenak heran, tetapi kemudian tersenyum.

"Masukkan saja ke pintu kucing, Pak." Pika meminta dan sang ojek segera melakukannya. "Makasih ya, Pak."

"Mm i-iya, Bu. Sama-sama. Saya permisi dulu." Sang ojek menatap ke Yayang yang masih setia menunggu di seberang rumah, dia mengacungi jempol tanda misi selesai, dan Yayang mengangguk tanda balik berterima kasih sebelum akhirnya memasuki mobilnya. "Ada-ada aja ...." Ia menghela napas sebelum akhirnya pergi.

Pika membuka apa yang kali ini diberikan Yayang padanya, ternyata jagung rebus yang diberi susu serta keju melimpah. Kalau ini sih, Pika suka banget, dan semoga Yayang suka makanannya.

"Coconut, kalau dipikir-pikir, kok aku baru ngeh ya kalau nama Yayang Ramayang, rada unik. Yayang, Yayang, Sayang. Lucu." Pika tertawa geli menatap kucingnya yang hanya ndusel-dusel di kaki sembari menikmati sarapannya.

Sementara itu, Yayang sampai di kantor, dan saat sampai ia tak menyangka disambut seseorang yang tidak dia duga.

"Pagi, Pak. Apa Bapak sudah sarapan?" tanya sang satpam, tetangganya itu.

Yayang tersenyum. "Pagi, saya sudah sarapan, kamu sendiri?" tanyanya balik dengan ramah.

"I-iya, Pak. Sudah. Pak, saya ...." Sang satpam menunduk takut, Yayang menatapnya bingung sejenak, sampai dia menyadari satu hal. "Saya benar-benar minta maaf, Pak. Saya mohon jangan pecat saya, Pak. Saya--"

"Hei, tidak usah dipikirkan, kenapa kamu berpikir saya harus mecat kamu sementara posisinya kan memang saya yang salah?" Yayang menatap sendu dia yang tampak ketakutan. "Sudahlah, jangan pikirkan ... Pak Satrio." Sekilas Yayang menatap tag namanya. "Saya bukan atasan yang gila hormat, kalau saya salah ya salah. Saya yang harusnya minta maaf ke kamu."

"Ta-tapi, Pak--"

"Sudahlah, jangan pikirkan, maafkan saya. Sepertinya ini bikin kamu kepikiran, bukan hak saya memecat kamu, kamu sudah bekerja keras untuk perusahaan ini. Jangan pikirkan itu, oke?" pinta Yayang, menepuk bahu Satrio beberapa kali. "Jangan pikirkan lagi." Sebelum akhirnya ia beranjak pergi, meninggalkan Satrio yang cengo selama beberapa saat.

Sungguh?

Apa benar rumor itu, atasannya berhati bak malaikat?!

"Pak, terima kasih banyak ...." Satrio berkata penuh haru.

Sedang Yayang yang melangkah belum jauh, menghela napas pelan, dan mengangkat tangannya tanda ia mengucapkan sama-sama. Perlakuan Satrio saat itu wajar sih, dia shift malam melelahkan menjaga kantor ini, dan Yayang dengan kurang ajar mengganggunya. Memang, Yayang sakit hati, tapi kan itu salahnya sendiri jadi yah dia tetap bersalah.

Satrio tak berhak mendapat pemecatan hanya karena masalah sepele dan bahkan Yayang sang pelaku.

Berjalan memasuki kantor, Yayang disapa para karyawan dan karyawati, segera dia ganti wajah kusutnya menjadi senyuman hangat mempesona, walau kala memasuki lift, ekspresi tadi kembali.

Dia jadi kepikiran soal Satrio, semoga saja pria itu tak merasa bersalah terus-menerus, tak baik untuknya karena Satrio pasti sangat kelelahan, mungkin dia akan memberikan beberapa bonus. Bagus. Yayang tersenyum akan hal itu.

Oh, ya, omong-omong, apa yang diberikan Pika padanya kali ini?

Tunggu, mana bingkisan dia?

Astaga, ketinggalan!

Lift sudah di atas, pintu bergeser terbuka, tampak Yossef menyambut Yayang tetapi wajah Yayang kelihatan panik, hal yang membingungkan sekretarisnya.

"Ada apa, Pak?"

"Makanan saya ketinggalan!" kata Yayang, segera menekan lift.

"Eh, Pak, biar saya ambilkan--" Pintu sudah tertutup, Yayang turun lagi, berlari cepat membuat para karyawannya bingung dibuatnya, sampai akhirnya ia ke parkiran lagi.

Menuju mobil, membukanya, dan mengeluarkan bingkisan dari Pika. Segera, sang pria memeluknya erat.

"Syukurlah kamu baik-baik saja." Ia berkata layaknya bingkisan itu makhluk hidup.

Mengunci mobil kembali, Yayang buru-buru memasuki kantor, dan nyatanya ia siap dijemput Yossef di sana. Keduanya segera memasuki lift.

"Syukurlah, Pak Yossef, makanan saya baik-baik saja." Yayang berkata, sembari memeluk erat bingkisan itu di pelukannya.

"Oh, iya, Pak. Syukurlah." Yossef ikut berbahagia sambil mengusap dada. Diperhatikannya sang atasan yang mulai membuka isi, sepertinya kotak bekal, dan yang diambilnya berupa catatan kecil di sana.

"Apa kamu suka salad buah? Hope you like." Yayang tertawa pelan akan catatan kecil itu, dan roman wajahnya agak berbeda, atasannya seperti ... hm berseri banget gitu.

"Sepertinya bukan makanan biasa ya, Pak? Apa dari orang yang spesial dari Bapak?" tanya Yossef, tak hanya berbasa-basi, ia ingin mengorek hal baru untuk dilaporkan ke sang bu bos.

"Ini dari tetangga saya, dia gadis unik yang misterius." Gadis?

Kalau pria menanggapi seorang gadis begini, tanda-tandanya ... mirip dia dan istrinya lho.

"Oh, kekasih Bapak ya?" tebak Yossef, dengan nada menggoda.

"Bukan, hanya tetangga, kami baru kenal dan kami bertukar hadiah makanan, beberapa kali, tepat saat saya kali pertama datang ke perumahan baru dua hari lalu. Dia tetangga yang beda dari yang lain." Yayang tertawa pelan kembali. "Sesuai yang saya katakan, dia unik dan misterius."

"Oh begitu, Pak." Yossef mengangguk, dan ia rasa ia perlu menyelidiki soal ini.

Lift terbuka, tanda mereka sampai di tujuan, keduanya pun mulai bekerja seperti biasa hingga makan siang tiba. Seperti kemarin, Yayang hanya memesan beberapa makanan untuk makan siangnya dan Yossef, dan sebagai pencuci mulut.

Salad buah enak dari Pika, yang lumer dengan saus berwarna pink, pula keju. Buahnya pun segar. Enak.

Sangat enak.

Yayang memakan dengan lahap, dan Yossef yang ada di sana terus memperhatikan, roman-roman pria ini seperti ... ya, tengah jatuh cinta!

"Pak, saya sebentar keluar, ya. Ada sesuatu yang ingin saya lakukan." Yossef permisi.

Yayang mengangguk. "Ya, ya, silakan."

Dan saat keluar, ia segera memberitahukan soal ini pada sang nyonya bos besar, dan tanggapannya ....

"Cari tahu wanita yang didekatinya bagaimana, saya tidak mau anak saya mendapatkan seseorang yang salah, hingga dia ternodai! Mengerti?!"

Jelas, itu juga hal yang ingin dia lakukan. "Baik, Bu. Akan saya laksanakan!"

Di seberang telepon sana, ibunda Yayang, wanita tua yang masih begitu cantik, mulai kepikiran. "Baby-ku Sayang ... sudah bisa jatuh cinta."

BERSAMBUNG ....

•••

Cerita An Urie yang lain bisa kalian temukan di
Karyakarsa: anurie
Playstore: An Urie

ISTRI NOLEP [B.U. Series - Y]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang