Bukannya ga percaya, tapi keadaan yang memaksakan ini semua.
~ PRESSURE ~
"Kalian berdua gamau apa cari cogan? Ayo cari cogan mumpung masih ada jam istirahat, apalagi liat temen-temennya Erlangga." ujar Sheryl seraya membayangkan apa yang dia pikirkan.
Alvina mendekus pelan, lalu berdiri dari duduknya, membuat Sheryl dan Fidelya langsung memandang Alvina heran.
"Kemana Vin?" tanya Fidelya.
"Cemburu nih pasti, ciee cemburu," goda Sheryl.
Mengabaikan perkataan Sheryl, Alvina mengambil buku tulis di laci meja. "Gue mau ke perpustakaan, kalo kalian berdua mau ke kantin gapapa."
"Lo ga ikut?"
"IHH VINA AYOK IKUT. NANTI KETEMU PACAR LO,"
"Sher,"
Sheryl meringis pelan, menyengir seolah tidak merasa bersalah sama sekali. "Ya maap keceplosan beb."
"Kebiasaan lo itu mah." sembur Fidelya.
Alvina berjalan keluar kelas, dia benar-benar ke perpustakaan sekarang.
Sheryl menyeritkan dahinya bingung, mengusap dagu seolah berpikir. "Ada yang ga beres nih kayaknya. Kaya cinta gue ke Raden."
"Raden aja terus," Fidelya beranjak kemudian ikut keluar kelas membuat Sheryl yang sedang berpikir langsung mengejarnya.
Namun keduanya berhenti berjalan saat Erlangga dan ketiga temannya berdiri di depan pintu kelas. Erlangga tampak meneliti dalam kelas, mencari sesuatu yang kedua sahabat Alvina tebak pasti mencari Alvina.
"Alvina mana?" tanya Erlangga. "Pacar gue ilang."
"Sher calon istri gue mana?" Liam ikut menyahut, seketika Erlangga memandangnya penuh intimidasi.
"Apa lo Yam? Cari yang lain sana. Dasar buaya!"
"Mirror plisss,"
"Sesama buaya ga usah ngatain." sembur Saga.
"Buruan kek, gue laper." ujar Kennan.
"Alvina di perpustakaan, baru aja kesana." jawab Fidelya.
"Nah gitu dong cepet. Makasih cantik." ujar Liam membuat Fidelya bergidik ngeri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pressure
Teen Fiction'Ketika angan-angan menjadi sebuah harapan' --- Sebuah tekanan menjadi satu alasan bagaimana sebuah pribadi seseorang terbentuk. Alvina Alvatha, si gadis cantik dan kalem hidup di dalam lingkaran keluarga yang menurutnya menekan jiwa. Alvina yang se...