ragamu memar darah. jiwamu ambyar zarah. kamu mengabu.
dan di penghabisan lolong serigala malam ini, kamu menangis dan mengais dan mengiris pergelangan nadi dengan tajam pisau harfiah.
yang, ternyata, gagal.
"apakah kamu baik-baik saja?"
tanya, yang bukan keraguan di muka pintu, mengetuk.
ibumu. ayahmu.
lalu, keberanianmu.
mulanya pikirmu, bunuh diri adalah hal terberanimu seumur hidup. mengingat betapa bermiliarnya ketakutanmu terhadap dunia.
namun, sebelum pisau terlambat menyalahkan dirinya sendiri, sesuatu yang lebih surat dari harap berderap. menjemput kepulanganmu.
tirta bagi terka-terkamu:
sebuah mengapa.
"mengapa kamu dilahirkan?"
menyelam ke netra sepasang penyelamatmu, kamu terbang di angkasa jawaban yang sejuknya mengairimu.
(bukan mengakhirimu). []
Ctrl + Z = membatalkan perintah sebelumnya (Undo)
YOU ARE READING
kamu bergantung kepada keyboard dari siksaan bully yang terburuk
Poetry[Puisi Panjang] MEREKA bilang ini dan itu dan seterusnya: kesedihanmu rebah, erupsi di haribaan gravitasi. jadilah hujan air mata, musim terpanjang di belahan bumimu. akan tetapi, pernahkah kamu berpikir, kelak, banjir air matamu itu menjelma benca...