Chapter 2

1.8K 100 16
                                    

||Kalian hanya tau seperempat hidup ku bukan sepenuhnya||

Sekarang Dira ada di toilet wanita. Dia sedang membersihkan rambut nya dari jus alpukat yang sangat lengket dan manis. Novi dan Gesya sedang mengambilkan baju ganti di loker Dira. Gak berapa lama Novi dan Gesya datang dengan baju baru miliknya.

"Ini Dira baju nya" kata Gesya sambil memberikan baju itu.

"Tadi lo kenapa ngelawan kak natasya?" Tanya Novi khawatir.

"Orang kayak gitu harus di lawan" balas Dira masih membersihkan rambut nya.

"Lo gak takut sama dia dir? Dia anak kepala sekolah. Di sini gak ada yang berani melawan dia" jelas Gesya yang gak tau bakalan gimana nasibnya nanti.

"Gue gak takut sama siapa pun" balas Dira sambil tersenyum devil.

Novi dan Gesya saling menatap karena baru pertama kali melihat nerd yang begitu berani seperti Dira.

"Tenang aja dia gak bakal bisa nyakitin kalian" ucap Dira menenangkan.

"Sebenarnya lo siapa sih dir?" Tanya Novi.

"Lo bukan nerd yah?" Sambung Gesya.

Dira membalas mereka dengan menaikan bahu lalu melenggang pergi keluar dari toilet yang di ikuti Novi dan Gesya. Di kelas banyak yang menatap mereka terutama Dira. Ada yang menatap kagum dan tidak suka.

"Sebentar lagi nerd itu bakal habis di tangan Natasya" Gosip para siswi.

"Tapi dengar-dengar kepala sekolah udah di pecat karena korupsi" sambung siswi lain.

Dira mengambil novel dari dalam tas lalu membacanya tanpa memperdulikan siswi yang sedang bergosip tentang diri nya. Terserah mereka bilang apa tentang diri nya yang pasti cuma Dira yang tau betul gimana dia.

"Dira gue takut bakal di keluarin dari sekolah ini" ujar Gesya.

"Udah tenang aja" balas Dira masih fokus pada novel nya.

"Besok pulang sekolah ikut gue" kata Dira.

"Kemana?" Tanya Novi.

"Udah ikut aja" balas Dira

Gak berapa lama bel masuk pun berbunyi. Mereka melanjutkan pelajaran sampai bel istirahat.

"Anak-anak guru mipa tidak datang, nanti setelah bel masuk kalian buka buku dari halaman 110 sampai 125 kerjakan soal yang ada" jelas nya dan setelah itu keluar dari kelas.

Dira pun kembali membaca novel, tidak peduli pada tugas yang di berikan. Sedangkan Novi dan Gesya sibuk mempelajari soal mipa yang di kasih guru tadi. Tiba-tiba handphone Dira berdering menandakan ada telepon masuk.

Ia langsung keluar dari kelas mencari tempat yang sepi agar tidak ada yang mendengar percakapannya karena yang menelepon Gitdan tangan kanan Dira di kelompok mafia.

"Halo nona malam ini akan ada penyerangan di markas utama dari kelompok Danzo"

"Papa gue udah tau?"

"Tuan menyerahkan tugas ini sama nona" balas orang di seberang telepon.

"Siapkan 50 anggota. Siang ini kita serang markas mereka" perintah Dira setelah itu sambungan langsung di matikan secara sepihak.

"Itu bukan nya nerd yang tadi di kantin? Ngapain dia kebelakang sekolah?" Heran Adit.

Dira langsung pergi ke belakang sekolah. Di sana sudah ada boy group yang membawakan baju kebesaran Dira. Boy group itu salah satu anggota mafia Dira yang sengaja dia suruh untuk menjaga sekolah ini.

"Nona ini baju nya" kata nya sambil menyerahkan baju kebesaran Dira dalam dunia gelap.

"Awasi tempat ini, jangan sampai ada yang melihat ku di sini" perintah Dira.

Setelah itu Dira langsung masuk ke dalam gudang yang ada di sana dan langsung mengganti baju nya. Adit yang mengikuti Dira ke hilangan jejak. Boy group Dira yang melihat seseorang mendekat langsung mendatanginya dan bertanya.

"Ada apa kamu ke sini?" Tanya nya.

"Enggak saya nyasar" balas Adit asal lalu segera pergi dari sana.

Senjatanya kali ini hanya sebuah pisau kecil dan pistol. Dira juga selalu menggunakan topeng emas yang dia rancang sendiri. Semua senjata dan barang-barang mafia itu Dira yang merancangnya.

Setelah selesai Dira langsung keluar dan pergi dari sekolah. Tas nya sudah dia suruh boy group untuk membawanya saat pulang sekolah nanti. Sekarang Dira sudah berada di perjalanan menuju markas. Dia menggunakan mobil agar tidak ada orang yang memperhatikan.

Saat sampai di markas 50 anggota sudah berkumpul dan yang lain tetap pada kegiatan masing-masing. Ketika Dira turun dari mobil Gitdan langsung datang kehadapan Dira.

"Nona pasukan sudah siap" kata nya hormat.

"Ayo berangkat" balas Dira lalu masuk kembali ke dalam mobil.

Dira berada di paling depan sebagai pemimpin. Saat tiba di  markas Dira turun dengan santai. Di depan pintu markas itu ada penjaga nya. Untuk memancing sang ketua kelompok keluar ia harus membuat keributan terlebih dulu.

"Menyingkir aku ingin bertemu Danzo" perintah Dira.

"Tidak bisa!" Bantah nya menghalangi.

Dira tersenyum devil sebelum menghabisi penjaga itu. Dalam sekali pergerakan mereka langsung mati di tangan Dira. Karena mendengar keributan Danzo akhirnya keluar bersama anak buah nya.

"Ada keributan apa ini!" Teriak Danzo dengan amarah.

"Halo om" sapa Dira.

"Mana si tua bangka itu? Kenapa dia mengirim bocah seperti mu kemari" senyum nya.

"Jangan banyak basa-basi, aku akan menghabisi om dengan tangan ku ini" kata Dira tersenyum jahat.

Kini hawa berubah menjadi dingin. Hawa yang di ciptakan Dira benar-benar sangat mengerikan. Anggota Danzo mengusap tengku mereka karena Dira. Gitdan dan anggota yang lain ikut merinding melihat Dira yang seperti ini. Dira sudah seperti seorang monster.

Danzo dan anggota nya pun menyerang lebih dulu. Dira mengambil pisau satu lagi. Dia akan menggunakan 2 pisau sekaligus. Dengan cepat Dira mampu menumbangkan begitu banyak anggota Danzo.

Meski pun pisau itu kecil tapi ada racun yang sangat mematikan. Racun yang mampu membunuh makhluk hidup dalam sekejap. Sekarang Dira berhadapan dengan sang ketua.

"Jangan harap kau bisa menang bocah ingusan" kata nya sambil terus menyerang.

"Kita lihat saja" balas Dira.

Tubuh Dira terlalu lincah untuk di gerakkan. Danzo menyerang Dira menggunakan samurai. Tapi Dira mampu menangkis dan menghindar dari serangan Danzo. Kini Dira mampu menggoreskan pisau nya ke kulit Danzo.

Pisau itu mengenai pipi Danzo yang mulai keriput. Wajah Danzo mulai membiru dan tak berapa lama dia muntah darah. Cairan kental merah dan amis itu berceceran di tanah. Sebelum dia terjatuh Dira menusuk dada Danzo. Dan nyawa Danzo langsung menghilang. Banyak anggota Danzo yang mati. Sedangkan anggota Dira hanyak mengalami luka-luka.

"Apa ada anggota yang ingin masuk ke kelompok ini? Ketua kalian juga sudah mati" tawar Gitdan.

"Karena ketua kami sudah mati saya tangan kanan Danzo dan para anggota memutuskan bergabung dengan kalian" kata nya lalu menunduk.

"Penghianatan artinya mati" ucap Dira lalu masuk ke dalam mobil dan segera pergi dari sana.

Sebelum pulang Dira sudah membersihkan diri dan mengganti baju di markas tadi. Sampainya di rumah Dira langsung tidur karena tubuhnya yang merasa lelah.

The Queen Darkness [End]Onde histórias criam vida. Descubra agora