Chapter 16

940 62 1
                                    

||Teka-teki yang hampir membuat nyawa ku melayang||

Setelah selesai mandi Dira pergi ke ruang makan. Bik Inah sudah menyiapkan makan untuk Dira.

"Non sakit? Kelihatan pucat" Tanya nya khawatir.

"Aku gak papa"

Gak berapa lama Sona turun.

"Lo kenapa? Wajah lo pucat" tanya Sona khawatir.

"Gue gak papa, papa mana?"

"Gak tau, belum ada pulang. Papa kan gitu suka ngilang kayak jin"balas Sona.

Dira masih fokus pada makanannya. Pikirannya melayang entah kemana. Banyak sekali masalah yang harus ia selesaikan. Mungkin waktu nya tidak banyak lagi. 

Selesai makan ia langsung mengambil jaket nya. Dia akan berangkat ke cina hari ini juga.

"Sona selama gue gak di rumah tolong jaga rumah ini. Mungkin papa pergi keluar negeri lagi. Kalau kira-kira ada yang ngintai rumah ini segera hubungi gue. Liat aja dari cctv rumah"

"Emang siapa yang mau ngintai rumah?"

"Kalau ada"

"Lo gue pulang malah pergi ninggalin gue sendiri" kata Sona cemberut.

"Gue gak lama, ini urusan pekerjaan"

"Emang kerja lo sama papa apa sih?"

Dira mendekat ke telinga Sona.

"Kepo"

"Bangke, udah sana lo"

Setelah itu Dira langsung pergi menuju bandara. Ia akan segera berangkat menggunakan pesawat pribadinya.

"Gitdan tolong awasi rumah ku. Aku akan pergi ke cina untuk beberapa hari"

"Baik nona"

Sampainya di cina Dira menuju apartemen yang ada. Mengistirahat kan tubuhnya sebentar sebelum memulai misi nya di sini.

Karena ketiduran Dira pun pergi menuju hutan pada sore hari. Hutan ini adalah hutan terlarang yang jauh dari penduduk. Dira hanya sendirian. Ia membawa pisau berjaga-jaga kalau ada binatang buas. Cuaca sekarang sedang mendung. Di lain tempat ada seseorang yang mengejar Dira ke cina. Dia tau keberangkatan Dira.

Dira masuk menelusurin hutan ini. Cuaca bertambah gelap, awan yang tadi nya hanya abu-abu berubah menjadi hitam. Dari balik-balik pohon sudah ada yang memata-matin Dira.

Mereka tinggal menunggu arahan untuk menyerang. Saat atasan mereka menyuruh untuk segera menyerang mereka langsung saja membidik Dira dan menembak.

Tapi peluru itu meleset. Ia bisa merasakan keberadaan orang lain tadi. Karena mereka menggunakan senjata jarak jauh tidak mungkin Dira mendekat. Lagi pula jumlah mereka lebih dari 20 orang.

Hujan turun dengan deras bersama dengan guntur yang mengiringi. Mereka terus menembak Dira. Dira pun berlari tanpa arah mencari tempat persembunyian. Target mereka untuk membunuh Dira.
Tubuh nya saat ini begitu lemah. Sakit nya benar-benar tidak mendukung.

"Ayo lah jangan kumat sekarang" kata Dira dengan nafas yang terengah-engah

Kali ini peluru itu terkena tangan Dira. Ia terus berlari meski merasa sakit. Karena jalan yang licin Dira pun tergelincir ke jurang yang lumayan dalam. Orang-orang yang berusaha membunuh Dira ke hilangan jejak.

Dira tidak pingsan tapi dia menahan sakit yang luar biasa. Mereka pun pergi ke arah lain karena tidak mendapatkan Dira. Tiba-tiba terdengar suara Gitdan dari alat komunikasi mereka.

"Nona apa kau baik-baik saja?"

"Nona kau dimana sekarang?"

"Nona! Nona!"

Namun tak ada balas dari Dira. Kepala nya kumat lagi. Ia segera mencari obat yang di bawa untuk berjaga-jaga. Dira meminumnya tiga butir agar sakit kepala nya segera mereda.

Dira menyenderkan kepala nya di batu besar. Tangan nya masih terus mengeluarkan darah dan peluru itu menyangkut di sana. Saat kesadaran Dira mulai menipis ia sempat melihat seorang lelaki dengan samurai di tangan nya. Dan kesadarannya pun menghilang.

🍁🍁🍁

Saat sadarkan diri Dira melihat lelaki itu lagi duduk di hadapan nya. Dira menatap lelaki itu bingung karena pakaian yang ia kenakan begitu aneh. Seperti pakaian di zaman dulu. Saat masih masa-masa perang kerajaan.

"Siapa kau sebenarnya?"

Lelaki muda dan tampan itu tersenyum menanggapi pertanyaan yang Dira lontarkan.

"Penguasa hutan ini. Kau mau apa ke hutan ini?"

"Aku ingin memecahkan teka-teki yang ada di suatu peti"

"Kau mencari kunci peti itu kan?" Tanya nya lagi yang di balas anggukan oleh Dira.

"Sejujurnya peti itu milik ku. Senjata yang ku warisi untuk orang yang layak memakainya" kata nya masih tersenyum.

"Kau pemilik nya? Bukan kah seharusnya pemilik peti itu sudah tua atau mati. Tapi kau..." kata Dira bingung karena lelaki di hadapannya itu masih sangat muda dan begitu tampan.

Dia tertawa mendengar perkataan Dira. Menurutnya Dira anak yang baik dan juga begitu polos.

"Aku sudah mati. Dan ini hanyalah roh ku"

Dira berusaha menetralkan  keterkejutan nya dengan orang maksudnya roh di depan nya saat ini.

"Kenapa kau masuk dunia gelap?"

"Dari mana kau tau?" Tanya Dira.

Sang pendekar itu tidak menjawab dia terus menatap Dira meminta penjelasan.

"Karena masa lalu ku yang begitu kelam. Terlalu sakit mengingatnya" kata Dira lalu menunduk.

Bahkan saat ini sakit di tangan nya tidak berasa. Sakit di hati nya mengalahkan sakit fisik. Lelaki itu mengusap kepala Dira sambil tersenyum hangat ke arah nya. 

"Jangan jadikan dendam mu sebagai alasan untuk membunuh orang-orang. Kau itu anak yang baik dan memiliki hati yang besar. Kau boleh menghukum mereka yang bersalah tapi tidak dengan cara seperti ini. Segerakan lah ke tujuan mu dan keluar dari semua ini" ucap nya sambil menatap mata Dira.

"Obati luka di hati mu dan berdamailah dengan masa lalu mu. Kau itu berharga dan jangan jadikan diri mu seperti ini. Kasihan diri mu, lihat dia begitu tidak terurus"

Dira yang mendengar itu kembali menundukkan kepala nya. Memang sudah terlalu jauh dendam itu menyesatkan nya. Dan membuat dia lupa pada diri nya sendiri. Kesehatannya saat ini benar-benar keritis.

"Baiklah, setelah dendam ini terbalas aku akan berdamai pada diri ku dan masa lalu" kata Dira sambil mengelap air mata nya yang turun.

"Biar ku beri tau petunjuk  selanjutnya. Kunci itu ada pada pangeran di negara Yordania. Temukan lah kunci nya di sana"

Dira mengangguk dan setelah itu lelaki itu pergi menghilang. Karena merasa sudah aman Dira segera berlari keluar dari hutan. Meski hujan masih melanda negara itu dan jalanan yang licin membuat Dira harus berhati-hati, dia harus segera kembali ke apartemen nya.

Jangan lupa vote dan komen:)

The Queen Darkness [End]Where stories live. Discover now