Chapter 6

1.3K 80 9
                                    

||Di balik hujan ada kenangan yang menyakitkan untuk ku||

Pagi ini Dira kesiangan. Karena rasa sakit itu membuatnya tidak bisa tidur. Dira tidur pukul 5 pagi. Dan berakhir dia ke siangan. Setelah memakai seragam Dira melihat hp nya ada sepuluh panggilan tak terjawab dari Gesya dan Novi. Dira langsung turun ke bawah. Di sana bik Inah sudah menyiapkan sarapan dan ada papa nya yang menunggu diri nya.

"Bik ini masukan tempat aja. Aku akan bawa bekal" perintah Dira sambil memakai sepatu nya.

"Iya non"

"Mau papa antar?"

"Gak usah pa, lagi pula papa harus jemput Sona di bandara. Dira pamit"

"Iya, hati-hati"

Setelah itu Dira mengambil mobil nya di garasi. Hari ini dia akan membawa Novi dan Gesya untuk latihan makanya dia membawa mobil. Sesampainya di sekolah ada pak Hendra yang sedang menjaga gerbang.

"Pak bukain" suruh Dira.

"Baik non" pak Hendra.

Setelah Dira masuk dia bertemu sama Adit. Adit itu ketua Osis di sekolah. Dira ingin pergi meninggalkan Adit. Tapi tas nya di tarik.

"Mau kemana lo?" Tanya Adit.

"Masuk kelas" balas Dira.

"Udah terlambat gak ada rasa bersalah" kata nya menyindir.

"Emang lo siapa di sini?" Tanya Dira pura-pura gak tau.

"Gue ketua Osis di sini"

"Ketua Osis aja sombong" balas Dira datar.

"Udah ayo ikut gue" ajak Adit sambil menarik tas Dira.

Mereka pun pergi menuju taman belakang sekolah. Sampainya di sana Adit langsung melepas cengkeraman nya dari tas Dira.

"Lo bersihin ini taman. Kalau udah siap tanam kembali bunga yang mati" perintah Adit lalu pergi meninggalkan Dira sendiri.

"Huh ngeselin" kata Dira datar.

Dira pun memulai membersihkan taman. Dari mulai menyapu, membuang sampah dan menata kembali bunga yang tidak pada tempat nya. Sekarang Dira lagi menanam bunga.

Tiba-tiba kilat menyambar dan gak berapa lama guntur pun ikut berbunyi, angin juga berhembus kuat. Dira melihat langit yang mulai menghitam. Padahal tadi langit begitu cerah.

"Tanggung banget bentar lagi siap" kata Dira terus melanjutkan kegiatannya.

Ia mempercepat kerja nya. Karena langit saat ini benar-benar menghitam dan hujan siap jatuh membasahi bumi.

"Selesai juga" ucap Dira lalu melihat pekerjaannya yang begitu rapi.

Tiba-tiba rintikan hujan mulai turun membasahi bumi. Dira belum sempat lari sudah di basahin hujan. Dengan cepat ia menyambar tas nya dan berteduh di bawah pohon yang tidak jauh dari sana. Kini gerimis menjadi hujan yang sangat deras.

Dira mengambil kaca mata nya yang basah lalu menaruhnya di dalam tas. Adit yang sedang lewat melihat Dira yang lumayan basah berada di bawah pohon dekat taman belakang. Ia pun menghampiri Dira untuk membawanya ketempat berteduh.

"Lo ngapain di sini?" Tanya Adit.

Dira pun mengangkat kepala nya untuk melihat siapa yang bertanya. Adit tertegun melihat Dira yang tidak menggunakan kaca mata nya. Melihat mata kebiruan itu dengan lekat. Dira nampak begitu cantik tanpa kaca mata.

"Lo ngapain liatin gue gitu?" Tanya Dira datar.

"E..enggak. Kaca mata lo mana?" Tanya Adit.

"Basah" balas Dira.

"Udah ayo cari tempat berteduh" ajak Adit masih setia memegang payung nya.

Dira pun mengangguk dan berjalan beriringan dengan Adit. Mereka pun ke teras di lantai bawah. Dira berusaha mengeringkan baju nya yang basah.

"Lo gak ada baju ganti?" Tanya Adit yang di balas gelengan oleh Dira.

Terakhir kali baju di loker sudah ia pakai saat dia di siram dengan jus oleh Natasya.

"Basah nya gak nembus sampai dalamkan?" Tanya Adit.

Dira mengerti apa mangsudnya ia pun menggeleng dengan pertanyaan Adit.

"Kalau gitu lo pake hoodie gue aja"

"Gak usah" balas Dira.

"Nanti lo masuk angin. Bentar gue ambil di loker" kata Adit sambil berlari kecil menuju loker nya.

Gak berapa lama Adit kembali dengan hoodie berwarna hitam. Dia pun memberikan hoodie itu kepada Dira. Dira langsung menuju kamar mandi untuk mengganti baju. Tas nya ia titipkan sama Adit.

Dira pun keluar dengan hoodie Adit. Hoodie itu nampak ke besaran di tubuh mungil Dira. Adit yang melihat Dira  mengenakan hoodie nya yang nampak kebesaran pun membuat nya terlihat sangat menggemaskan.

Rambut nya yang basah ia urai kan. Dira menutupi agar dia tetap terlihat cupu dengan kacamata dan menggunakan topi hoodie itu.

"Nanti gue pulangin" kata Dira.

"Udah sana gue mau ke kelas" usir Adit lalu meninggalkan Dira.

Dira pun menuju ke lantai atas di mana kelas nya berada. Saat berada di depan pintu kelas Dira langsung mengetuk pintu. Guru langsung membukanya. Guru itu heran mengapa penampilan Dira seperti ini.

"Kamu kenapa?" Tanya buk Tesa.

"Tadi saya terlambat dan kehujanan" balas Dira.

"Kamu ikut saya" ujar buk Tesa lalu menarik Dira keluar.

"Ada apa?" Tanya Dira yang merasa bingung.

"Kamu kalau gini bisa ketauan nyamar" kata buk Tesa greget.

"Kelihatan banget aku gak cupu?" Tanya Dira.

"Banget malah cuma kaca mata kamu yang sedikit nutupin. Jangan masuk dengan keadaan gini Dira" kata buk Tesa memberi tau.

"Aku ke ruangan kesehatan aja" balas Dira lalu pergi dari hadapan buk Tesa.

Sesampainya di sana ia meminta handuk kepada kak Citra penjaga ruang kesehatan untuk mengeringkan rambut.

"Kamu kenapa bisa basah?" Tanya kak Citra.

"Tadi menjalani hukuman dari ketos" balas Dira.

"Terus itu hoodie siapa? Karena hoodie nya gak pas di badan kamu" tanya kak Citra ingin tau.

"Itu ketos" balas Dira.

"Menurut kamu dia ganteng kan?" Tanya kak Citra sambil senyum mengejek.

Dira memutar bola mata nya malas karena Citra selalu seperti itu saat ia dekat dengan pria. Dira dan kak Citra emang lumayan dekat. Dira sudah menganggapnya seperti kakak sendiri. Setelah mengeringkan rambut nya Dira berbaring di tempat tidur yang ada.

"Kak jangan ganggu aku yah" peringat Dira lalu memejamkan mata nya.

The Queen Darkness [End]Where stories live. Discover now