Chapter 5

1.5K 131 21
                                    

Plak..

Setelah suara tamparan keras yang menggema tadi, hanya isak tangis Sakura lah yang saat ini mengisi sepetak kecil ruangan apartemen Sakura.

"Sakura, a-apa kau serius? Kita benar-benar melakukan nya saat itu? Kau pasti berbohong kan,iya kan?" Tatapan Naruto kosong, ia sungguh tak pecaya saat mendengar penjelasan Sakura beberapa saat lalu.

Perih bekas tamparan Minato pada pipi  kanannya sama sekali tak Naruto hiraukan. Pikiran Naruto benar-benar kacau saat ini. Remaja pirang itu masih berusaha mengingat kejadian malam itu.

"Bohong?,kalau aku bohong bisa kau jelaskan kenapa selimut yang ada foto itu berbeda dengan yang kita pakai Naruto!!, ditambah lagi kita terbangun dengan keadaan tanpa busana." Dalam dekapan Kushina—ibu dari Naruto– Sakura bicara dengan terisak.

"Hiks... Kau mungkin lupa karna mabuk, Naruto. Tapi aku ingat semuanya. Aku sudah berusaha menghentikan mu, ta-tapi kau... "
Sakura tak kuasa melanjutkan kalimatnya. Ia hanya bisa kembali menangis.

Dalam diamnya Naruto jelas merasa sama kagetnya. Tapi jika dipikir berapa kalipun semua penjelasan Sakura tentu sangat masuk akal. Naruto mungkin tak terlalu ingat semuanya, ia mabuk, itu jelas alasannya. Namun, mengingat  bagaimana mereka bangun di atas ranjang dan selimut yang sama sebenarnya sudah cukup menjelaskan semuanya. Bahkan ada bukti fisik foto mereka dalam keadaan mabuk yang entah oleh siapa yang ambil serta disebar di internet.

Ahh, ingin rasanya Naruto saat ini ingin melesat pergi ke rumah Suigetsu dan menghajar pria yang sudah memaksanya minum itu.

" Dasar pria brengsek!!! , kau tahu seberapa berjasanya keluarga Haruno pada kita?, apa kau tau pengorbanan Kizahsi untuk ibumu, HAHH!!?" Minato menarik kerah seragam Naruto, dan berteriak tampan ampun pada anak semata wayangnya itu.

" Pengorbanan a-apa?"

" Karena pengorbanan Ayah Sakura lah ibumu tetap ada sampai sekarang, kau harusnya paham itu brengsek " Teriakan Minato yang membuat mata Naruto membulat dan Khusina ikut menangis.

Dari dulu Kushina memang punya masalah dengan organ ginjalnya. Namun seiring berjalannya waktu, penyakit pada ginjalnya semakin parah.
Minato mungkin kaya raya, tapi di masa saat itu, sulit sekali menemukan orang yang sudi mendonorkan salah satu ginjal sehat mereka bahkan dengan tumpukan uang.
Ingin mendonorkan ginjal Minato sendiri, namun miliknya sangat tidak cocok dengan Kushina.

Hingga masa terburuknya adalah saat waktu kelahiran Naruto. Ibu hamil yang megidap ginjal kronis memiliki banyak sekali kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Minato dan Kushina putus asa, dan saat itulah Kizahsi Haruno, yang juga sahabat paling dekat Minato datang dan menawarkan ginjal sehat nya dengan sukarela.

Minato tentu menolak di awal, karna mau bagaimanapun, hidup dengan satu ginjal bukan sesuatu yang baik. Di tambah saat itu, istri dari Kizahsi juga sedang hamil besar.

Namun Kizahsi tetap bersikeras, dengan dalih balas budi beberapa pertolongan finansial di masa lalu. Kizahsi meyakinkan Minato hingga pada akhirnya setuju.

Nasib baik, operasi berjalan dengan lancar, Naruto lahir dengan sehat tanpa kekurangan apapun, begitu pula dengan Kushina yang tak mendapat gangguan serius selain sakit dan demam normal pasca melahirkan.

Namun tidak bagi Kizahsi sendiri. sudah dibilang kan, hidup dengan satu ginjal sangat berakibat buruk. Kizahsi jadi mudah lelah dan gampang jatuh sakit. Hingga waktu berlalu, pada akhirnya Kizahsi pergi saat usia Sakura masih balita berusia 6 bulan.

Tak berhenti sampai disana. Saat Sakura menginjak 15 tahun, Mebuki sang ibu, juga ikut pergi meninggalkannya.

Masih terngiang di kepala Minato sampai sekarang, beberapa gurauan dari Kizashi, sahabat sejak SMA nya itu sering sekali mengatakan ingin menjodohkan Sakura dengan Naruto.

18 marriageTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang