Umbrella 2

19 5 0
                                    

Happy reading

Shilla Dara Titiana

Saat pertama memasuki mobil Audi, milik cowok di sebelah aku sekarang ini. Yang tercium adalah wangi parfum miliknya yang memenuhi mobil. wangi banget.  Wangi yang sama yang aku cium saat kami berdiri bersebelahan di bawah payung yang sama. Saat dia menawarkan untuk pergi bersama ke gedung apartemen.

Dia melajukan mobil dengan santai.   Karena, belum masuk jam pulang kantor jalanan jakarta jadi belum macet.

"Kamu udah lama jadi penulis." Dia membuka pembicaraan di antara kita. Setelah hening beberapa saat. Mungkin karena gak enak. Dalam suasana hening dia jadi mencari topik pembicaraan.

"Dari SMA, aku emang udah sering update cerita di aplikasi baca online. Terus, kantor penerbitan tempat Clarisa kerja sekarang nawarin buat nerbitin salah satu karya ku." Aku mulai berbicara rasanya memang masih canggung, walau gak se canggung pertemuan kita sebelumnya.

"Kamu gak ingat kita pernah ketemu di lift apartemen 4 tahun yang lalu. Itu pertama kalinya kita ketemu." Dia terlihat tersenyum tipis.

"Oh ya, saya nggak ingat mas Jeffrey."

"Panggil Jeff aja biar lebih akrab."

Masak iya panggil nama doang gak sopan dong.
"Tapi, mas Jeffrey lebih tua dari saya. Gak papa kalo saya panggil Jeff aja."

"Gak papa, santai aja." Dia menjawab dengan santai.

"Iya deh Jeff, ngomong-ngomong Jeff ngapain ke apartemen 4 tahun yang lalu.

"Waktu  saya baru pindah ke gedung apartemen itu. Saya ketemu kamu, di lift kamu masuk duluan saya datang waktu pintunya hampir tutup, tapi kamu liat saya dan langsung tahan pintunya. Terus saya masuk deh." Dia terlihat tertawa kecil sambil menjelaskan.

"Kamu juga sempat nanya saya mau ke lantai berapa. Kamu gak ingat? Saya bahkan ingat wajah kamu saat itu. Bahkan baju yang kamu pake, baju yang sama dengan yang kamu pake sekarang. Nice to meet you Shilla, saya gak sempat ngomong itu ke kamu. Jadi saya bilang sekarang dan juga Terimakasih." Dia mengungkapkan dengan suara berat khasnya, suara yang aku dengar beberapa bulan yang lalu. dan berharap akan mendengar nya lagi, keesokan harinya, untuk menawarkan payungnya padaku. Suara yang aku harapkan, kembali terdengar, setelah, terus teringat akan wangi dan suara ini lagi. Berharap dia akan datang lalu menawarkan payung.  untuk berlindung Dengan nyaman, tanpa takut terkena hujan. Untuk, menutupi air mata yang terus berjatuhan.

"Saat kamu nendang payung  sampai patah. saya sempat kaget, ternyata kita masih tinggal di gedung apartemen yang sama, saya kira, kamu udah pindah. karena gak pernah liat kamu lagi. Tapi, waktu liat kamu ntah kenapa saya merasa lega. Saya belum sempat bilang, terimakasih  waktu itu, Malam waktu saya nganterin kamu, dan, tadi waktu kita di cafe. Jadi, saya bilang itu sekarang terimakasih sekali lagi Shilla." Dia mengungkapkan dengan senyum menghiasi wajahnya. Tampan.

Aku membalas dengan senyum "sama- sama."

☔☔☔

Rintik-rintik hujan sudah membasahi kaca mobil, kami terus mengisi perjalanan dengan mengobrol. Tentang kesibukan ku. Tentang kesibukannya.

Saat sudah sampai di basemen. Gedung apartemen. Dia mengeluarkan payung oranye miliknya.

Kami memang harus ke lobi lebih dulu karena life basemen rusak.

Aku tersentak dari lamunan saat asik melihat fitur wajah nya dari samping.
"Ayo."dia mengulurkan tangannya agar aku bisa berjalan disebelahnya.
Lagi kami berada di bawah payung yang sama untuk pergi ke lobi apartemen.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 05, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

UmbrellaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang