027: Jakarta, Bagian Terakhir

187 33 8
                                    

Perjuangan Sera mengerjakan skripsi sejak akhir Januari hingga April 2018 akhirnya membuahkan hasil yang memuaskan. Respon dari dosen-dosen penguji hingga revisi yang sedikit menjadikan akhir dari perjuangan Sera yang selalu tidur larut malam, hingga merelakan dirinya untuk terbaring dirumah sakit karena penyakit maagnya.

Perempuan itu tengah menatap layar ponselnya untuk melihat foto-fotonya dengan Bayu serta ketiga sahabatnya. 2 Mei 2018 menjadi momen yang penuh memori bagi Sera, ditambah dengan sebuket bunga yang Bayu berikan untuknya. Seumur hidupnya, baru pertama kali Sera menerima bunga dari kekasihnya.

Bunga itu tak kunjung lepas dari genggamannya. Perempuan itu terus-terusan mencium aroma bunga tersebut, aroma yang persis dengan parfum yang Bayu kenakan. Beruntungnya bunga tersebut bukanlah bunga asli, sehingga Sera tak perlu menyiram bunga tersebut setiap harinya.

"Dipeluk mulu bunganya." Bayu menyempatkan dirinya yang tengah menyetir untuk menatap Sera dengan ekor matanya. "Suka?"

"Suka banget, mana wanginya wangi parfum kamu."

Bayu tertawa sekilas. "Abis itu aku dong yang dipeluk."

Sera mengejek lelaki itu. "Emoh ah. Kan tadi udah, masa mau dipeluk lagi. Maruk."

"Kurang kali, tadi bentar banget meluknya."

Tak heran bagi Sera melihat kelakuan manja bak balita yang terperangkap pada diri lelaki kelahiran tahun 1994 ini. "Iya nanti ya sebelum kamu nurunin aku di apartemen. Kita pelukan satu menit."

Bayu baru saja merayakan kelulusan sidang skripsi Sera dengan mengajaknya makan di mal yang terletak di Pondok Indah. Kini mereka sedang dalam perjalanan pulang menuju apartemen Sera. Sera masih begitu betah menggenggam bunga dari Bayu, dengan melihat sedetail mungkin jenis dan warna dari bunga tersebut.

"Kenapa kamu nyemprotin parfum kamu ke bunganya, Mas?" Bahkan hal kecil seperti itu saja Sera pertanyakan.

"Biar kalo kamu kangen sama aku, kamu bisa nyium parfum aku di bunganya."

Perempuan itu memperlihatkan ekspresi malu-malu kucingnya. "Terus kenapa kamu belinya bunga yang gak asli, Mas?"

"Kalo bunga asli kan kamu harus siram terus tiap hari, kalo kamu sibuk dan gak sempet nyiram sayang juga, nanti malah layu. Makanya aku beliin yang palsu biar awet." Bayu mencolek dagu kekasihnya itu. "Kayak cinta aku ke kamu."

Sera menutupi wajahnya dengan buket bunga tersebut. "Gombal terus!" Sontak mata mereka bertemu ketika mobil mereka terhenti karena lampu lalu lintas berubah menjadi merah. "Makasih ya, Mas."

Bayu menghembuskan senyumannya, yang tak lama senyuman itu tergantikan menjadi sebuah kecupan singkat yang ia layangkan tepat di bibir kekasihnya itu.

Setelah mengarungi kemacetan dari Jakarta menuju Depok, akhirnya mereka tiba tepat pada pukul 19.00. Seperti janjinya kepada Bayu, Sera memeluk lelaki itu sebelum menginjakkan kakinya untuk keluar dari mobil Bayu.

"Kabarin aku kalo udah di rumah ya, Mas." Ucap Sera seraya melepaskan pelukannya dari Bayu.

"Iya, emang kapan sih aku gak ngabarin kamu?"

"Ih pernah ya, pas kamu lagi sibuk." Balas Sera dengan rengutnya.

Sera mulai memasuki lobi ketika mobil Bayu sudah tak lagi terlihat dari pandangannya. Sembari mencari letak kunci kamar di tasnya, Sera tak menyadari bahwa ada setangkai bunga mawar asli terletak di depan kamarnya. Sampai akhirnya kunci tersebut berhasil ia temukan. Sera tak sengaja menjatuhkan kuncinya, benda kecil itu terjatuh tepat di dekat bunga tersebut. Sera sedikit terkejut mengetahui ada setangkai bunga mawar sungguhan yang tergeletak di depan kamarnya, yang disertai dengan sebuah kartu ucapan.

SAUDADE || Cho Seungyoun ✅ Where stories live. Discover now